TF: 06

362 35 6
                                    

Matahari sudah mulai terlihat di ufuk barat yang menandakan bahwa sebentar lagi matahari akan terbenam. Krist baru saja bangun dari tidurnya yang sudah ia mulai dari pukul 9 pagi. Malam ini dia akan pergi ke tempat tak biasa ia datangi, ia akan pergi ke markas yang sudah didirikan oleh Papa nya.

Setelah bersiap Krist menuruni anak tangga dengan mantap. Sebenarnya ia sangat malas datang ke markas karena di tempat itu, ia selalu dipandang rendah oleh semua bawahan dari Papa nya. Krist tau mereka hanya menganggap dirinya seorang anak muda yang tak tau apa apa dan hanya bisa bersembunyi di balik orang orang yang sudah menjaganya dari kecil.

Selama perjalanan Krist hanya diam dan memikirkan apa lagi kata kata yang akan didengarnya saat berada di markas. Dia sudah muak mendengar semuanya jikalau saja mereka bukan orang yang sudah bekerja dengan Papa-nya dari lama ia yakini mereka semua sudah menyatu dengan tanah.

Disini lah ia sekarang, di markas yang sudah sangat tidak terawat. Saat Krist melangkahkan kakinya memasuki ruangannya dia langsung disambut oleh suara desahan yang teramat nyaring. Dan dapat dilihatnya kalau yang melakukan hal itu bukan hanya sepasang namun 5 pasangan atau lebih yang sedang melakukan hal yang sama.

Krist hanya menatap dingin orang orang yang sudah mengotori ruangan yang biasa ia gunakan untuk menenangkan diri. Dan dengan emosi yang membara Krist menembakkan satu peluru kepada salah satu dari seluruh orang yang ada di ruangannya. Hal itu tentunya berhasil menarik perhatian orang orang yang ada di dalam ruangan dan langsung menatap dirinya.

"Apa yang lo lakuin?" Tanya salah satu pemuda yang sudah berumur kepada Krist yang masih berdiri didepan pintu.

"Lo ada mata kan?" Tanya Krist balik dengan sangat dingin pula.

"Udah berani ya lo sekarang" ujar pemuda lain sambil berdiri tanpa mengenakan satu helai pakaian pun di tubuhnya.

"Gue nggak pernah takut sama kalian" jawab Krist sambil tersenyum meremehkan.

"Lo--" sebelum pemuda itu menyelesaikan kata yang akan keluar dari mulutnya satu buah timah panas berhasil tertanam ke tenggorokannya.

"Gue nggak peduli lagi sama kalian, gue lebih milih markas ini dibubarkan dari pada diisi sama orang yang nggak ada otak kayak kalian" ujar Krist sambil memainkan pistol ditangannya. "Jadi siapa selanjutnya?" Tanya Krist sambil tersenyum iblis.

"Lo kira kita akut sama lo hah!!" Teriak laki-laki lain kemudian darah mengalir dari kepalanya.

"Kalau kalian ingin mati sekarang baris yang rapi jadi gue mudah nembaknya" ujar Krist berhasil membuat pria-pria yang hampir setengah abad merinding ketakutan.

"Maafkan kesalahan kami tuan muda" ujar seorang pemuda sambil bersujud didepan Krist.

"P'Mike urus mereka gue nggak mau lihat mereka di markas lagi. Dan P'Joss cari anak buah baru yang bisa dipercaya!" Perintah Krist mutlak lalu ia memasuki ruangan tanpa memedulikan teriakan yang memanggil namanya.

"Apa ada masalah selama gue nggak datang ke sini P'Lee?" Tanya Krist sambil duduk di kursi kebesarannya tak menghiraukan bau sperma yang ada diruangan.

"Tak ada tuan muda, semua transaksi berjalan sesuai apa yang anda inginkan" jawab Lee dengan kepala menunduk.

"Lee awasi Joss dan Mike, gue yakin mereka menyembunyikan sesuatu!" Perintah Krist.

"Baik tuan muda"

"Ingat ini Lee, kalau lo yang penghianat gue nggak segan-segan ngehabisin lo dan keluarga lo" ancam Krist dengan nada yang sangat mencekam.

"Tuan muda tenang saja, saya tak mungkin menghianati anda karena keluarga saya sudah terikat sumpah dengan tuan besar akan menjaga dan tak mungkin menghianati anda" jawab Lee dengan tubuh yang membungkuk.

"Baguslah kalau begitu, sekarang keluar" perintah Krist dengan menurut Lee meninggalkan ruangan.

|||////
|||\\\\    

Sedangkan disebuah rumah sepasang suami istri sedang berbaring di atas ranjang seusai pergulatan panas yang sudah berlangsung berjam-jam.

"Apa dia masih hidup?" Tanya sang suami sambil mengusap lembut surai istrinya.

"Dia masih hidup, tapi tak lama lagi ia akan mati" jawab sang istri sambil menenggelamkan wajahnya ke dada bidang sang suami.

"Bagus lah aku tak sabar menunggu mayatnya disini" balas sang suami. "Ingat ini sayang, kita harus menghabisinya sebelum 2 penjaga utamanya kembali ke Thai dan sebelum ia mengetahui tentang kita" ujar sang suami sambil memeluk tubuh ramping istrinya.

"Aku tak mungkin lupa sayang" balas sang istri sambil mengusap wajah sang suami.

"Ia pasti sangat terkejut ketika tau siapa kamu sayang" ujar sang suami.

"Pastinya Krist sangat terkejut" ujar sang istri. Kemudian dua orang itu memasuki alam mimpi masing-masing.

Two Faces (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang