TF: 16

99 11 4
                                    

🏃💨  ƃuıpɐǝɹʎddɐɥ

Singto makin aneh dengan Krist setiap harinya. Krist sekarang bagai sesuatu yang sangat sulit untuk ia gapai terutama setelah kedatangan Toptap. Awalnya Singto sangat mewajari apa yang terjadi, tapi akhir-akhir ini Krist sering melakukan hal yang tidak mungkin pemuda manis itu lakukan. Ia juga sudah bertanya dengan Gun apa dia mengenal Toptap tapi jawaban yang diterimanya makin membuat dirinya khawatir dengan Krist.

"Nggak, gue nggak kenal dia. Mungkin cowok itu teman Krist pas SHS karena gue nggak satu SHS sama Krist" Jawab Gun. Dan Singto dapat menarik kesimpulan bahwa pemuda itu sudah mengenal Krist sebelum dirinya.

Ia takut Krist salah memilih teman, pasalnya sudah berapa kali pemuda manis itu membolos kelas, membatalkan janji yang sudah mereka buat dari jauh jauh hari, melupakan hari aniversary mereka walaupun baru pertama kali tapi jelas Singto mencurigai hal ini semua karena Toptap.

Seperti sekarang...

Singto sudah menunggu Krist selama 30 menit. Ia menunggu dengan sabar kedatangan pemuda manis yang membuatnya khawatir beberapa hari ini. Tapi bukannya kedatangan pria itu yang menghampirinya melainkan sebuah pesan yang bertuliskan ia tak bisa datang karena harus mengantar Toptap ke suatu tempat yang sangat jauh. Singto tak bisa melakukan apapun selain menikmati rasa sakit yang menjalar di dadanya.

"Maaf apa kursi ini masih kosong?" Tanya seorang gadis kepada Singto.

"Sepertinya begitu, lo boleh duduk kalau lo mau" Jawab Singto sambil tersenyum sopan.

"Terima kasih" Jawab gadis itu lalu memanggil seorang waitress. "Lo nggak mesen?" Tanya gadis itu ke Singto.

"Gue udah, lo aja" Jawab  Singto sambil menatap minuman dihadapannya.

"Oh ya Gue Namtan Tipnaree, dan siapa nama lo?" Tanya Namtan dengan senyuman.

"Singto, Singto Prachaya" Jawab Singto dengan senyum sopan.

"Lo sendirian disini?" Tanya Namtan.

"Nggak seharusnya" Jawab Singto.

"Lo lagi nunggu orang ya, gue pindah aja ya nggak enak nanti orang itu dateng lihat lo duduk sama orang lain" Ujar Namtan mulai merasa tak enak hati.

"Nggak, nggak usah pindah dia nggak akan dateng juga" Sanggah Singto dengan suara makin mengecil.

"Emangnya dia siapa sih? Dan kenapa dia nggak dateng? " Tanya Namtan mulai penasaran.

"Pacar gue, dia nggak dateng karena pergi sama temennya" Jawab Singto. Singto tak paham mengapa ada sedikit rasa nyaman yang berbeda ketika berbicara dengan Namtan dan  berbicara dengan Krist. Rasa nyaman ini tak bisa ia jelaskan seperti ia menjelaskan rasanya bersama Krist.

"Ohh sayang sekali, padahal lo cowok ganteng tapi bisa-bisanya pacar lo milih temennya dari lo. Lo tenang aja gue akan nemenin lo karena gue juga nggak ada kegiatan hari ini" Ujar Namtan dengan menggebu-gebu berhasil membuat Singto sedikit tersenyum ketika melihat Namtan.

'Sangat berbeda dengan Krist batin Singto sambil mengagumi wajah Namtan yang masih terus berceloteh tentang banyak hal.

Setelah menghabiskan hari bersama, Singto mengakhiri harinya dengan mengantar Namtan menuju rumah gadis itu tak lupa mereka bertukar nomor ponsel untuk saling menghubungi karena mereka berdua merasa sangat cocok satu sama lain.

$                              $
  $                         $
     $                   $
        $             $
           $       $
              $ $
              $ $
           $       $
        $             $
     $                   $
  $                        $
$                            $

Two Faces (END) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin