TF: 23

136 9 2
                                    

❀❀❀❀ᎻᎯᏢᏢᎽᏒᎬᎯᎠᎨᏁᎶ❀❀❀❀


"Gue harus dapetin Krist apapun yang terjadi" Gumam Singto sambil menatap dirinya yang terpantul dilayar TV. Lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Pho Singto mau" Ujar Singto setelah mendapat sapaan dari sebrang.

"Bagus, besok datang ke rumah karena besok kamu harus pergi sama Pho" Balas Pho Singto.

➷➹➷➹➷➹➷➹➷➹➷➹➷➹➷➹➷

"Pho yakin mereka datang?" Tanya Singto dengan sebal. "Dan ini transaksi apa sih?"

"Iya, tunggu aja sebentar lagi" Jawab Pho Singto dengan mata yang menilai sekitar.

Ceklek!

Suara pintu terbuka membuat dua orang yang sedang menunggu langsung menatap pintu. 2 orang pemuda dan 1 orang wanita memasuki ruangan, yang menarik perhatian Singto adalah topeng yang mereka pakai untuk menutupi wajah.

'Kenapa gue nggak asing sama wajahnya' batin Singto sambil menatap pemuda yang berada ditengah.

"Mana barangnya?" Tanya Pho Singto sambil menatap pemuda yang sedang duduk dihadapan mereka dengan dua orang yang lain berdiri di sisi kanan dan kiri pemuda itu.

Tanpa diperintah pemuda yang berdiri di sisi kiri tuannya meletakkan sebuah koper ke atas meja. Entahlah Singto merasa suasana ini terlalu hening, pasalnya tidak ada salah satu dari 3 orang yang datang membuka suara.

"Oke semua sesuai dengan kesepakatan, dan ini bayarannya" Ujar Pho setelah memeriksa barang yang ada di dalam koper. Kemudian meletakkan koper lain.

Setelah melihat isi dari koper itu, pemuda yang duduk menampilkan senyum kecil yang terlihat oleh mata Singto. "Baik kami terima bayaran ini, Terima kasih sudah mau bertransaksi dengan kami" Ujar wanita dengan suara yang disamarkan.

"Kami juga berterima kasih karena Khun P sendiri yang mengantarkan pesanan saya" Ujar Pho Singgo sambil menatap pemuda yang duduk.

"Tentu, anda adalah orang istimewa yang sudah sangat lama bertransaksi dengan kami" Jawab wanita itu lagi.

"Kalau begitu kami undur diri, karena boss ada pertemuan selanjutnya" Ujar pemuda di sisi kiri mengakhiri pembicaraan mereka.

"Hati-hati dijalan Khun P" Ujar Pho Singto sambil membungkuk yang diikuti oleh Singto dengan terpaksa mengiringi kepergian 3 orang misterius itu dari ruangan tertutup.

"Pho, mereka bertiga terlalu aneh" Ujar Singto membuat Tuan Ruangroj menatapnya tajam.

"Hey jaga bicaramu kalau kamu masih mau hidup Singto" Balas Tuan Ruangroj. "Ayo pulang, lain kali kalau ada transaksi lain Pho akan ajak kamu. Dan mulai sekarang sering-sering datang ke kantor, kalau tidak keinginan kamu nggak akan Pho kabulin" Lanjutnya berhasil membuat Singto berdecak sebal.


٩( 💢•̀ з•́)و


Dengan wajah sendu Singto keluar dari mobilnya. Kini ia berada di kampus, bagaimanapun juga ia tetap harus menyelesaikan study nya. Sudah seminggu ia tak melihat Krist, banyak rumor yang bertebaran di kampus, mulai dari yang wajar hingga diluar nalar pernah didengarnya.

Ketika berjalan kearah tangga untuk menuju lantai  3 ia tak sengaja mendengar 2 orang juniornya yang berjalan dibelakangnya berbicara mengenai Krist, hal itu berhasil membuat Singto berlari menuju lantai dasar.

"Lo tau pas datang tadi gue ngeliat Krist turun dari sebuah mobil" Itulah yang didengar oleh Singto untuk memastikan kebenaran yang dikatakan oleh gadis itu.

Dan benar saja, dirinya dapat melihat Krist yang sedang berjalan dengan seorang gadis yang ia ketahui telah dijodohkan dengan Krist dan tak lupa diikuti oleh 2 pemuda dibelakangnya.

"Siapa cewek itu? Kenapa dia lengket banget sama Krist?"
"Anjir 2 cowok dibelakang Krist keren banget"
"Selingkuhan Krist kah?"
"Anjir orang kayak Singto aja diselingkuhin apa lagi gue yang remahan gorengan"

Dan masih banyak lagi bisikan yang didengar oleh Singto. Mendengar itu semua membuat Singto marah, ia tau kalau semua itu tidak benar, tidak ada satu kata pun yang benar. Singto ingin mendekat, tapi ketika matanya tak sengaja bertemu dengan mata Nammon, yang dapat Singto artikan. 'Jangan berani lo ngedeketin Krist'. Berhasil membuat Singto menurunkan pandangannya. Singto mengikuti mereka hingga berhenti didepan ruangan yang dimiliki salah satu petinggi dikampus.

"Tunggu sebentar ya" Ujar Krist sambil mengusak rambut Mook kemudian masuk ke ruangan diikuti oleh Nammon.

"Minggir" Ujar Singto setelah menunggu 15 menit Krist masih belum keluar.

"Nggak akan pernah" Balas Toptap sedangkan Mook hanya menatap Singto dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gue mau ketemu sama Krist" Ujar Singto dengan putus asa.

"Emang lo siapa?" Tanya Toptap tak peduli dengan nada putus asa Singto.

"Gue pacar Krist!" Bentak Singto membuat Toptap tertawa sedangkan Mook menatap Singto tak percaya.

"Hahaha pacar? Bukannya lo udah putus?" Tanya Toptap dengan tawa. Perkataan Toptap berhasil membuat Singto mendidih.

Bugh!!

"Jaga mulut lo sialan, gue nggak pernah putus sama Krist!" Bentak Singto setelah memukul Toptap bertepatan dengan Krist membuka pintu. Mook yang melihat arah tatapan Krist langsung memeluk pemuda itu agar tidak terjadi yang tak diinginkan.

"Krist" Lirih Toptap ketika melihat tatapan dingin dari Krist setelah melepaskan pelukan Mook.

"Menjauhlah" Ujar Nammon sambil mendorong Singto. Dan dengan menurut Singto mundur memberikan jalan untuk orang-orang dihadapannya, yang dilakukan Singto berhasil membuat senyum merendahkan terbit dibibir pemuda yang ada di hadapannya. "Ayo pergi, urusan kita udah selesai disini Krist" Lanjut Nammon. Singto dapat melihat tatapan sedih dimata Krist. Kemudian Krist berjalan menuju Nammon yang masih berdiri ditempatnya.

Grep

"Maaf Phi" Bisik Krist yang tiba-tiba memeluk Singto, berhasil membuat pemuda yang di peluknya mematung. "Maaf" Tanpa menunggu Singto membalas pelukannya Krist langsung melepas Singto, kemudian ia berjalan mendahului orang yang pergi bersamanya.

Singto yang masih mematung tak paham maksud Krist, tak menyadari beberapa tatapan yang menatapnya tak tega. Kemudian orang-orang itu pergi meninggalkan Singto yang masih menyelam dipikirannya. Tanpa Singto pertemuan ini akan menjadi pertemuan terakhir mereka.

End

Epilog menyusul 🥳🥳

Two Faces (END) Where stories live. Discover now