TF: 14

105 16 2
                                    

Happy reading~~

Suasana kampus kali ini sangat heboh. Setelah kabar Singto dan Krist menjalin hubungan ditambah dengan Krist yang memasuki gedung fakultas bersama dengan Singto. Dan yang menjadi pusat dari semuanya adalah tangan Singto yang setia mengenggam erat tangan Krist. Tak ayal apa yang dilakukan oleh Singto mengundang tatapan iri dari beberapa pria yang ingin mendekati Krist. Dan beberapa wanita dan pemuda manis menatap Krist dengan tajam pasalnya mereka sudah lama mengincar Singto dan mencoba mendekatinya tapi tak pernah bisa sedangkan Krist dengan mudahnya membuat Singto menjadi miliknya.

"P'Sing nggak usah anter Kit sampai kelas, Kit bisa sendiri kok" Ujar Krist karena mulai tak nyaman dengan tatapan orang-orang.

"Nggak Phi harus antar Kit sampai Kelas" Ujar Singto lalu melepaskan genggaman tangannya.

"Tapi Kit nggak nyaman sama tatapan orang-orang Phi" Bisik Krist. Setelah mendengar apa yang Krist katakan tangan Singto langsung merengkuh pinggang kekasihnya.

"Nggak papa sayang, ada Phi" Ujar Singto mencoba menghalau ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Krist. Kemudian mereka melanjutkan langkah hingga sampai di kelas Krist.

"Phi ke kelas dulu na" Ujar Singto lalh mengecup kening Krist singkat tentunya hal itu dilihat oleh warga kelas. Setelah Singto pergi Krist memasuki kelas dengan kepala yang tertunduk karena ada beberapa tatapan tajam menuju kearahnya.

"Congrats ya Krist" Ujar Janhae teman baik Krist ketika ada dikelas. Sedangkan Krist menjawabnya dengan anggukan dan senyum manis.

Selama di dalam kelas pun Krist hanya menundukkan kepala karena tak sekali dua kali asisten dosen yang sedikit menjelaskan materi menyindir dirinya. Waktu pergantian jam membuat Krist harus beranjak dari tempat duduknya menuju ke kelas selanjutnya. Saat memasuki kelas selanjutnya, ia merasa suasana yang sangat mencekam pasalnya semua mata menatap dirinya bagai menelanjangi tubuhnya.

'Baru kali ini gue dapet tatapan kayak itu' batin Krist dengan kepala yang menunduk menuju tempat duduk paling ujung.

Pembelajaran kembali dimulai setelah beberapa menit Krist memasuki kelas. Tentu ini sangat tidak nyaman untuknya, karena beberapa kali ada mahasiswa yang menatap dirinya dan jangan lupakan senyum aneh yang terpancar dibibir mereka.

.
.
.
.
.
.
.
.

Waktupun menunjukkan jam makan siang, Krist tidak beranjak sama sekali pasalnya Singto berjanji ingin menjemputnya untuk makan siang bersama. Ya, itu hal baru bagi Krist sebab baru kali ini ia mau menuruti perintah dari orang lain yang mungkin dapat menyakitinya nanti. Sudah lewat dari jam yang dibicarakan oleh Singto dan entah kenapa ada sedikit rasa kecewa yang Krist rasakan karena ulah Singto.

"Krist, boleh kita bicara berdua?" Tanya seorang gadis yang tiba-tiba mendekatinya.

"Boleh Jane" Jawab Krist kemudian berjalan mengikuti Jane dari belakang.

"Taman belakang?" Gumam Krist saat menyadari langkahnya menuju ke arah tempat paling sepi.

"Krist lo tega banget sama gue" Ujar Jane ketika sampai ditempat yang ia tuju.

"Apa maksud Jane?" Tanya Krist polos.

'Bodoh, lo kira tempat kayak ini nggak ada CCTV apa' batin Krist setelah menangkap sebuah kamera yang tepat mengarah ke arah mereka.

"Berhenti pura-pura bodoh Krist, lo tau kalau gue suka sama P'Singto tapi kenapa lo terima dia jadi pacar lo!!" Bentak Jane sedangkan Krist hanya menundukkan kepalanya. "Udah gue bilang berhenti Krist, lo kira gue nggak tau gimana lo diluar sana Hah!" Bentak Jane lagi, berhasil menghasilkan senyum miring di bibir Krist.

"Ahh ternyata ada yang tau, gue kira nggak ada yang tau" Ujar Krist masih dengan kepala yang menunduk.

"Lo kira gue nggak tau, gue satu SHS sama lo Krist!" Ujar Jane dengan membentak.

"Ternyata ada satu orang yang berhasil masuk sini, padahal gue udah ngasih tau mereka jangan ada satu orangpun dari sana masuk kesini" Ujar Krist dengan tangan yang memutari case jam tangannya. Setelah mendapat jawaban berupa kedipan dari jam tangannya baru Krist berani untuk mengangkat kepalanya.

"Sayang sekali mereka gagal ngelakuin hal mudah kayak ini dan membuat gue turun tangan sendiri" Ujar Krist memandang Jane dengan merendahkan.

"Jadi lo mau ngapain ngajak gue ke sini? Awaw jangan dijawab dulu" Lanjut Krist ketika Jane ingin menjawab pertanyaannya. "Lo mau ngancem gue?Tapi lo yakin bisa lepas dari gue nanti?" Tanya Krist dengan nada yang sangat merendahkan.

"Lo nggak akan bisa jatuhin gue Krist Perawat" Jawab Jane dengan yakin.

"Ya sayangnya lo terlalu percaya diri, Jane Ramida seorang jalang dari club Royal. Seorang jalan lepas yang siap menerima penis siapapun untuk memasuki lubang yang mungkin sudah mengendur. Ya mungkin gue paham kenapa lo nggak masuk ke kawasan pelelangan sama kayak Namtan karena lo memang nggak layak masuk ke ruangan yang isinya orang-orang yang siap menghujani lo dengan uang dalam semalam" Ujar Krist dengan mata yang menatap tubuh Jane. "Ah jangan lupakan Pho lo yang masuk penjara karena menggelapkan uang perusahaan dan Mae lo yang berakhir di rumah sakit jiwa karena tak sanggup hidup dengan uang yang seadanya" Lanjut Krist dengan senyum miring.

"Lo tau dari mana soal itu?" Tanya Jane dengan takut. Ia tau kalau Krist adalah anak orang yang berpengaruh tapi ia tak tau kalau Krist tau tentang pekerjaannya di club yang tergolong privat dan orang tuanya bahkan teman dekatnya saja tak tau tentang hal ini.

"Tau dari mana ya?" Tanya Krist balik. "Lo pasti tau Toptap kan? Ah mungkin lebih tepatnya Mr. Jirakit" Jawab Krist dengan senyum manis.

"Lo..."

"Jane gue bisa hancurin hidup lo karena lo udah tau siapa gue, seharusnya lo diem aja jangan ngasih tau gue yang sebenarnya. Hm apa gue mulai dari Pho lo yang ada di penjara? Atau dari Mae lo yang ada di rumah sakit jiwa?" Tanya Krist dengan senyum manis.

"Jangan berani lo nyentuh keluarga gue! Kalau nggak!" Bentak Jane.

"Kalau nggak lo mau ngapain? Lo nggak akan bisa nyentuh gue Jane" Tanya Krist dengan senyum merendahkan.

"Lo!" Dan setelah itu sebuah tamparan mengenai wajah manis Krist hingga sudut bibirnya berdarah.

"Jane!!" Teriak seseorang yang baru saja tiba. "Apa yang lo lakuin ke pacar gue?" Tanya Singto sembari menatap Jane dengan sangat tajam.

"P'Sing ini nggak kayak Phi lihat Phi, Krist itu--" Apa yang akan dikatakan oleh Jane langsung dipotong oleh Singto.

"Cukup Jane, gue udah tau semuanya. Gue tau lo iri kan sama Krist karena Krist pacaran sama gue iya kan? Jadi berhenti bela diri lo dan jelek-jelekin Krist" Ujar Singto sedangkan Krist yang ada dibelakang Singto tersenyum kemenangan. "Dan sebaiknya lo segera keluar dari kampus ini, karena gue nggak mau lo ganggu Krist lagi. Lo taukan siapa keluarga gue? " Lanjut Singto.

"P'Sing itu berlebihan, Kit nggak papa kok" Ujar Krist mencoba untuk menghentikan apa yang akan Singto lakukan.

"Kit berhentilah terlalu baik, biar aja ini terjadi lagian ini salah dia karena udah buat kamu terluka kayak ini" Ujar Singto sambil mengusap darah disudut bibir Krist.

"Phi" Lirih Krist dengan mata yang berkaca-kaca. Kemudian Singto membawa Krist ke dalam pelukannya dan berjalan meninggalkan Jane yang mematung setelah mendengar apa yang Singto katakan. Dan tanpa Singto sadari Krist memberikan senyum kemenangan kearah Jane yang masih menatap mereka.

Two Faces (END) Where stories live. Discover now