Chapter 33✓

109K 8.3K 1.9K
                                    

sudah seminggu Raya mengalami koma, sudah seminggu pula Erlan rajin memberikan bunga mawar di nakas samping Raya tertidur.

Erlan menarik kursi di sebelah brankar lalu duduk di sana.

"hai cantik, masih betah tidur hm?"Erlan menggenggam tangan Raya lalu mengecupnya.

sungguh, ia sangat merindukan sosok Istrinya ini

"bangun Ray, gue kangen"

Erlan terus saja memandangi wajah Raya, hingga matanya menangkap jemari Raya yang perlahan bergerak,

"Ray?"

mata gadis cantik bernama Raya perlahan mulai terbuka, matanya berkedip menyesuaikan cahaya yang berada di ruangan itu.

"Raya, Lo sadar?" pekik Erlan lalu bangkit

sang empu memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit,

"kenapa Ray?gue panggilin dokter ya" saat Erlan hendak melangkah, suara Raya menghentikan langkah Erlan

"jangan"lirihnya

Erlan mendekati Raya lalau mengelus pipinya "kenapa hm?"

"aku sayang sama kamu Erlan" ujar Raya dengan air mata yang menetes,

Erlan tersenyum tipis "aku juga sayang kamu, aku panggilin dokter dulu ya"

Raya menggeleng, ia menggenggam erat tangan Erlan, nafasnya mulai tak beraturan

"m-makasih udah singgah walupun cuma sesaat Lan"

"Lo ngomong apa Ray?gue bakal selamanya sama Lo"

Raya tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya

"gue minta maaf Ray, kasih gue kesempatan"

"Tuhan ngga ngasih itu lan"

"maksud Lo?"

"bahagia terus ya Lan, sampai ketemu lg di titik terbaik menurut takdir"Raya tersenyum, nafasnya tersengal-senggal

"jangan macem-macem ray!!!"

perlahan genggaman raya di tangan Erlan mulai melonggar, nafasnya sudah tak beraturan,

buru-buru Erlan berlari memanggil dokter

"DOKTERRR"

"DOKTER ISTRI SAYA"

"kenapa mas?" dokter dan sejumlah suster menghampiri Erlan dengan wajah paniknya

"istri saya"

dokter dan para suster buru-buru menuju ruang ICU,

Erlan mengikutimya dan hendak ikut masuk ke ruang ICU

"maf mas, mas Erlan boleh tunggu di luar" ujar salah satu suster lalu menutup pintu

Erlan mengacak rambutnya frustasi ia berjalan mondar-mandir di depan ruang ICU sambil terus merapalkan doa

"Erlan" panggil Rosa dengan menenteng satu kantung plastik

"mama.."

"kenapa Lan?kok panik gitu?"Rosa meletakkan kantung plastiknya di kursi tunggu

"Raya ma"

"Raya kenapa?"

"Raya tadi udah sadar, tapi sekarang kritis"

Rosa buru-buru melihat Raya yang tengah di tangani tenaga medis dari jendela.

dokter terus memacu jantung Raya menggunakan pacemaker.

monitor yang menampakkan detak jantung Raya menunjukkan garis lurus dengan bunyi yang menuntut

"engga engga, Raya jangan tinggalin mama" lirih Rosa dengan air mata yang mulai mengalir

Erlan yang mendengar Rosa buru-buru mendekatinya, netranya menangkap monitor yang menunjukkan garis lurus

Erlan menggelengkan kepalanya cepat, matanya sudah berkaca-kaca
"Tuhan jangan sekarang..."

"suster, catat jam dan tanggalnya" ujar sang dokter mengentikan pacemaker nya.

salah seorang suster mencopot alat bantu yang berada di tubuh Raya lalu menutup badan serta wajah Raya dengan selimut,

cklek

"kenapa alat bantunya di copot dok?anak saya masih butuh itu"Rosa menghampiri dokter dengan air mata yang terus keluar dari kelopak matanya

"maaf Bu Rosa, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain"

"engga engga"lirih Rosa lalu tak sadarkan diri, beruntung Erlan menangkap tubuh Rosa dari belakang

"maa" Erlan menepuk pelan pipi Rosa

"bawa bu Rosa ke UGD saja mas, takut terjadi hal yang tidak di inginkan" ujar sang dokter dengan wajah paniknya

Erlan menggendong Rosa ala bridal style lalu membawanya ke UGD

.
.

dengan tangan yang bergetar, Erlan membuka kain yang menutupi wajah cantik istrinya.

sedari tadi air matanya tak kunjung berhenti, Erlan mengelus pipi Raya yang terasa dingin

"sayang ayo bangun"

"kamu kenapa tinggalin aku hm?" lirih Erlan masih setia mengelus pipi Raya.

ya, istri yang selama ini ia sia-siakan tlah pergi meninggalkannya

"bangun Ray, ayo kita mulai lagi dari awal"

"jangan pergi"

Erlan memeluk tubuh Raya dan menangis sejadi-jadinya

"maafin aku, aku minta maaf"

"ini semua gara-gara aku"

"jangan pergi Ray"

"Erlan" panggil seseorang dari belakang menepuk pundak Erlan

Erlan masih setia pada posisi awal.

"jangan gini nak"

"ini semua gara-gara Erlan bun, andai waktu itu Erlan--".

"shtttt, jangan salahin diri kamu sendiri, ini semua udah takdir Erlan" potong Ersya dengan berderai air mata

baru kali ini ia melihat putranya sangat kacau, ia juga sangat terpukul mengetahui menantu kesayangannya pergi.

"kenapa Raya tinggalin Erlan bunda? kenapa hiks"

"yang ikhlas sayang, Raya udah tenang, udah ga sakit lagi" tutur Ersya berusaha untuk tersenyum.

Erlan menggelengkan kepalanya ia terus memeluk tubuh Raya yang sudah tak bernyawa

"bangun Ray. . . . . "

"jangan gini hiks"

"jangan tinggalin aku"

"RAYAAA BANGUNNNNN" teriak Erlan kacau

ia mengguncangkan tubuh Raya lalu menepuk pelan pipinya

"ayo bangun. . . . "

_________________________________________
ER
31-07-2021

nah lo Raya pergi...
menurut kalian gmna guys?

jgn lupa voment yaa-!!
see u🤎

BAD ERLAN [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang