Royal Prince | 01

4.5K 782 59
                                    

Jakarta, 2019

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jakarta, 2019.
Citra

Nggak ada hari yang normal untuk para pekerja retail.

Ketika beberapa orang bisa bersantai di akhir pekan, pekerja retail masih banting tulang demi kepuasan pelanggan. Ketika beberapa orang bisa berkumpul bersama keluarga, pekerja retail masih bekerja keras menyalurkan tenaga. Mereka adalah orang-orang yang dianggap biasa yang memberikan banyak jasa. Sayangnya, masih ada beberapa orang yang menyepelekan pekerjaan mereka. Padahal, para pekerja retail selalu berdedikasi untuk para konsumen yang membutuhkan bantuannya.

Seenggaknya itu yang aku rasakan selama hampir dua tahun menjalani kehidupan sebagai pekerja retail. Aku melayani pembeli dengan menjadi kasir di salah satu supermarket besar di bilangan Senayan. Sedihnya, bulan depan kontrak kerjaku sudah habis. Rasanya cukup berat meninggalkan kebiasan yang sudah menjadi bagian dari hidupku. Oleh karena itu, di minggu-minggu terakhir berkerja, aku ingin memaksimalkan pekerjaanku dengan memberi arahan untuk beberapa karyawan baru yang akan menggantikan pekerjaanku.

"Cit, istirahat dulu. Mumpung lagi nggak terlalu ramai, nih." Nindy, salah satu temanku di supermarket yang sering mengingatkanku untuk beristirahat. Orangnya hitam manis, gaya bicaranya juga agak nyablak. Namun di dunia retail yang sibuk dan melelahkan ini, jarang sekali ada orang yang seperhatian Nindy.

"Nanggung, Nin. Kalau lo mau makan duluan nggak apa-apa, kok," jawabku sambil membersihkan mesin kasir.

"Ogah, ah. Gue mau nungguin lo. Kalau nggak ditungguin, lo beneran nggak istirahat nanti!"

Aku melihat sekitaranku. Di jam-jam menjelang sore begini supermarket memang nggak terlalu ramai, sih. Apalagi sekarang tanggal tua. Dari pada Nindy kehilangan jam makan siangnya karena menungguku, lebih baik aku menerima ajakkannya. Toh, ada banyak kasir yang sedang buka juga hari ini. "Oke-oke, gue istirahat." Aku memasang tanda "istirahat" di kasirku.

"Cakep!" Nindy langsung menarik tanganku pergi. "Sekarang, kita makan di Solaria!"

Aku cuma bisa tertawa sambil geleng-geleng kepala. Kami nggak benar-benar makan di Solaria, kok. Biasanya, aku dan Nindy pergi ke luar mal dan pergi ke warung tegal Bu Darmi di dekat pemukiman warga sekitar. Rasanya sayang aja kalau kami harus menghabiskan uang untuk makan siang di Solaria. Karena harga sekali makan di sana sama dengan harga untuk belanja sehari di panti.

Letak warung tegal Bu Darmi memang agak jauh dari jalan besar. Aku dan Nindy perlu menyeberang jalan besar dan sedikit berjalan kaki untuk sampai di sana. Setibanya di warung tegal, Bu Darmi menyapa kami dan langsung menyiapkan makanan yang biasa kami pesan.

"Pak Sigit benar-benar nggak ada pembahasan apapun, gitu, soal kontrak kerja lo, Cit?" Nindy bertanya setelah kami duduk di salah satu kursi di dekat dapur. "Padahal kinerja lo lebih dari kata bagus, loh. Loyalitas lo juga tinggi banget buat Supermart. Masa, sih, pihak Supermart nggak ada pertimbangan untuk perpanjang kontrak kerja lo?"

Royal PrinceWhere stories live. Discover now