Spoiler Ending Royal Prince

734 32 0
                                    

Setelah semua anak panti berangkat ke sekolah, Bu Pita pergi ke pasar dengan maksud memberikan Citra dan Saga waktu untuk bicara berdua. Namun setelah setengah jam berlalu, baik Citra maupun Saga masih belum bertatap wajah. Citra masih diam di dalam kamarnya, sementara Saga sedang di luar—entah melakukan apa?

Sebenarnya Citra ingin keluar kamar dan menemui Saga, tetapi dia tidak yakin untuk melakukannya. Pagi tadi dia meninggalkan Saga begitu saja. Rasanya sangat aneh jika dia harus menghampiri Saga duluan seperti itu.

Di tengah kebingungannya, tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu kamar Citra dengan pelan. Citra menoleh dan mendengar Saga memanggil-manggil namanya dari luar.

Dengan jantung yang berdebar cepat, Citra membuka pintu kamarnya dan melihat Saga sudah berdiri dengan memegang sebuah nampan berisi semangkuk mi, segelas air mineral, secangkir cokelat panas, dan sepiring potongan buah melon dan semangka.

"Kamu belum makan, kan? Saya membawakan makanan ini untuk kamu," kata Saga menyodorkan nampan tersebut kepada Citra. "Ini mi instan kesukaan kamu. Kali ini saya memakai bumbu bawaannya."

Citra menatap mi instan itu sejenak dan mengatakan sesuatu dengan suara yang dibuat dingin. "Tidak perlu berpura-pura baik. Langsung saja ke intinya. Mas, mau menjelaskan apa ke aku?"

Saga menatap Citra untuk beberapa saat. Meski sedikit lebih tenang, perempuan itu masih enggan membalas tatapannya. Bagaimana sorot itu berbicara membuat Saga merasakan bahwa Citra sedang menahan amarah dalam dadanya.

"Saya akan menjelaskan semuanya, tapi kamu makan dulu ya?" kata Saga yang terdengar sangat lembut ketika mengatakan hal itu kepada Citra.

Bahkan Citra sendiri hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Meski begitu, Citra mencoba untuk tidak terbawa perasaan. Dia lebih memilih diam saat menerima makanan itu dan meninggalkan Saga begitu saja menuju meja makan.

Sepanjang menyantap sarapannya, Citra berusaha mengabaikan Saga yang terus mengamatinya dari sudut lain meja makan. Sejujurnya, Citra merasa deg-degan karena takut pertahanannya akan runtuh—jika Saga bersikap seperti itu terus kepadanya. Citra mungkin bersedia mendengarkan penjelasan Saga, tetapi bukan berarti dia akan luluh setelah semua hal yang terjadi sampai hari ini.

Lagi pula Citra sudah berniat ingin melupakan Saga. Jadi jika Saga bersikap baik kepadanya, Citra tidak boleh terbawa perasaan.

"Aku sudah menghabiskan makanannya," kata Citra seraya menangkup alat makannya di atas mangkuk. "Sekarang Mas bisa ceritakan semua yang mau Mas ceritakan ke aku."

Keadaan menghening untuk sejenak. Saga sedikit gugup dan mulai menceritakan semuanya kepada Citra tentang apa yang dia katahui tentang permasalahan ini. Mulai dari dia yang menemukan buku catatan Naveen, pergi menemui Sugandi, apa yang Ishak katakan kepadanya, dan memberikan semua bukti-bukti yang dia miliki kepada Citra.

Citra meraih salah satu foto yang Saga berikan dan menatap wajah ayahnya saat masih bekerja bersama Gagas dan Sugandi. Di sana terlihat jelas bahwa mereka bersahabat baik. Senyum di wajah mereka begitu tulus, terutama ayahnya yang kelihatan sangat tampan dan hangat.

Citra menetaskan air mata. Andai ayahnya masih hidup, beliau tidak akan mungkin membiarkan Citra menangis seperti ini.

"Saya minta maaf karena tidak mengatakannya kepada kamu lebih dulu," ujar Saga melanjutkan ucapannya. "Saya hanya ingin memastikan sekali lagi kalau informasi yang saya dapat benar-benar akurat sebelum memberitahukannya kepada kamu. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk membohongi kamu, Citra. Apalagi jika hal itu dilandasi hanya untuk melindungi Tania."

"Tapi setidaknya Mas bisa mengatakannya kepadaku," sahut Citra yang perlahan menatap Saga di hadapannya. "Kita bisa cari tahu kebenaran ini sama-sama, kan? Oke kalau hubungan kita memang tidak baik, tapi setidaknya Mas libatkan aku dalam masalah apa pun yang menyangkut dengan aku, Mas. Apa keinginan aku terlalu berlebihan?"

Royal PrinceWhere stories live. Discover now