"Aku nggak pernah minta Pangeran Saga untuk menikahi perempuan yang nggak dia cintai. Aku juga nggak pernah mau berdiri di antara dia dan Tania. Kalaupun masih ada perasaanku yang tersisa untuknya, biarkan itu menjadi urusanku."
-Citra Ayudia.
"Saya...
Saga membuka pintu kamar Citra dan mendapati perempuan itu sedang bersandar di kepala tempat tidur, sambil menggulir layar ponselnya. Tanpa berbasa-basi, Saga menghampiri Citra dan melontarkan pertanyaan kepadanya.
"Kata Karina, kamu pingsan? Kenapa bisa begitu?"
Citra menatap Saga dengan ekspresi heran. Dia juga menatap pakaian Saga yang kelihatan berantakan dan agak kotor.
"Hei, apa kamu tidak mendengar ucapan saya?"
"Aku baik-baik saja," jawab Citra menangkup ponselnya di samping bantal dan memalingkan wajahnya dari Saga. "Dokter bilang aku hanya kelelahan. Aku perlu istirahat."
Saga menatap nakas di sebelahnya dan tidak melihat apa-apa di sana. "Apa kamu sudah makan?"
"Sudah."
"Makan apa?"
"Mi instan."
"Kenapa mi instan?" Kali ini Saga terdengar sedikit menyentak. "Ada banyak makanan lain yang bisa kamu makan! Kenapa harus makan makanan tidak sehat itu?"
"Aku cuma mau makan makanan yang hangat. Lagi pula aku sedang tidak berselera makanan."
"Tapi kamu bisa meminta juru masak untuk membuatkan sup atau semacamnya! Bukan memakan makanan seperti itu!"
Citra yang sejak tadi berusaha menahan diri kembali menatap Saga. "Mas kenapa sih datang-datang malah marah-marah? Memangnya apa urusan Mas kalau aku sakit?"
"Ya, jelas itu urusan saya! Kalau kamu sakit, kamu akan merepotkan saya!"
"Aku tidak meminta bantuan Mas!"
"Tapi hal itu tetap menganggu pikiran saya!"
"Mengganggu kenapa? Aku bahkan berusaha mengurus diriku sendiri tanpa melibatkan Mas! Jadi Mas tidak perlu merasa terganggu atau marah-marah seperti ini!"
"Kamu itu bodoh atau apa, sih? Apa kamu tidak mengerti kalau saya mengkhawatirkan kamu!?"
Ucapan Saga membuat Citra terdiam. Jeda yang mengisi membuat keduanya sama-sama bergelut dengan rasa terkejut atas sikap satu sama lain.
Saga menghela napas seraya berkacak pinggang. Dia tidak menyangka kalau dia bisa mengatakan kekhawatirannya kepada Citra.
"Kenapa Mas mengkhawatirkan aku?" Ada getir dalam ucapan Citra yang membuat perasaan Saga tidak nyaman. "Mas merasa kasihan lagi? Kan Mas sendiri yang bilang kalau kita harus mengurus urusan kita masing-masing, supaya tidak ada kesalah pahaman lagi di antara kita."
"Citra, apa kamu bisa—"
"Aku belum selesai bicara, Mas!" sergah Citra memotong ucapan Saga. Dia mulai meneteskan air mata karena merasa tidak tahan dengan semua ini. "Mas pikir sikap Mas barusan membuat perasaanku menjadi lebih baik? Mas pikir dengan Mas mengkhawatirkan aku, aku akan sembuh dalam sekejap? Sebenarnya Mas mengerti tidak, sih, apa yang aku rasakan?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bab 46-50 sudah ready teman-teman!!!
Kalian bisa baca lanjutannya di aplikasi Karyakarsa, ya. Di sana sudah ada 50 Bab Royal Prince dan setiap bulannya akan aku posting perlima bab. Untuk link ada di bio Wattpad dan Instagram. Tata cara mendukung juga ada di highlight Instagram.
Oh, iya, ada catatan buat kamu yang udah dukung aku, kalau transaksi pembayaran di Karyakarsa saat ini SANGAT DIANJURKAN di akses via WEBSITE/BROWSER ya manteman. Setelah bayar di Web atau Browser kalian bisa baca ceritanya diaplikasi.
Ribet memang, cuma untuk saat ini caranya memang seperti itu. Karena ada kebijakan koin jadinya kalian biar ga keluar uang banyak aksesnya di web aja.
Dan buat kalian yang belum baca di sana dan baru mau baca, aku juga ada paket Bab 1-30 (6 karya) harganya 50K. Lebih murah daripada beli satuan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Terima kasih masih bersedia membaca. Semoga hari kalian selalu menyenangkan!
