Royal Prince | 02

3.6K 770 107
                                    

Saga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saga

Tidak ada hal lain yang bisa saya lakukan selain berdiam diri di ruang kerja, sambil menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan perlahan. Detak jarum jam seolah mengejar, denyutan di pelipis masih terasa nyata, dan suara bising dalam kepala terus mengajak saya berbicara.

Saya benar-benar muak.

Pada titik ini saya marah pada keadaan. Tidak ada satu hari pun yang saya lalui tanpa menaati semua peraturan di kerajaan ini. Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik. Bahkan pada titik tertentu, saya berusaha keras melewati batas diri saya sendiri untuk melakukan apa yang kerajaan ini inginkan. Lalu, mengapa keadaan selalu membuat saya harus melakukan sesuatu yang tidak saya inginkan?

Hampir tidak ada laki-laki normal yang akan keberatan bila diminta menikah lagi dengan perempuan lain. Apalagi, jika hal itu adalah permintaan dari istrinya sendiri. Namun, pada kasus yang menimpa saya, menikah untuk kedua kalinya bukan sesuatu yang bisa saya terima dengan lapang dada. Menikah dua kali karena peraturan kerajaan adalah sesuatu yang tidak pernah saya inginkan. Karena bagi saya hanya ada satu perempuan yang menjadi pendamping di hidup saya. Dan dia adalah Tania.

Jika saya terlahir bukan sebagai keturunan kerajaan, mungkin hidup saya akan berjalan jauh lebih normal. Sekalipun keadaan seperti ini menimpa, setidaknya saya tidak harus mengikuti peraturan kerajaan. Saya tidak perlu menikah lagi dan bisa lebih fokus mengurus Tania, agar dia bisa kembali pulih.

"Permisi, Yang Mulia." Ucapan Rafis, tangan kanan saya, mengalihkan pikiran saya. Laki-laki itu melangkah masuk ke ruang kerja saya dengan menenteng sebuah tablet di tangannya.

"Ada apa, Rafis?"

"Penasehat Kerajaan baru memberi kabar bahwa beliau sudah menemui perempuan yang bernama Citra, Yang Mulia. Beliau juga mengirimkan beberapa foto dan data informasi pribadi mengenai perempuan itu." Rafis memberikan tabletnya kepada saya, hingga saya bisa melihat dengan jelas sebuah foto dari seorang perempuan dengan rambut hitam panjang bergelombang, sedang tersenyum menghadap kamera.

"Nama lengkapnya Citra Ayudia. Lahir di Jakarta, 28 April 1994. Dari informasi yang didapatkan, sejak kelahirannya perempuan itu tinggal di Panti Asuhan Mentari karena kedua orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil tunggal. Sekarang dia bekerja sebagai penjaga kasir di sebuah supermarket besar di Jakarta, Yang Mulia."

"Lalu bagaimana respons perempuan ini? Apa dia menyetujui permintaan kerajaan?"

"Tidak, Yang Mulia." Mendengar jawaban Rafis, pandangan saya kontan mengarah kepadanya. "Penasehat Kerajaan mengatakan bahwa perempuan itu menolak permintaan kerajaan. Bahkan perempuan itu sangat marah ketika Penasehat Kerajaan berusaha menjelelaskan situasi yang sedang terjadi di kerajaan kita."

Saya cukup terkejut. Ada perasaan lega yang muncul di dalam hati kecil, meski isi kepala saya mulai bertanya-tanya dengan alasan perempuan itu menolak permintaan kerajaan. Seharusnya permintaan ini bukan sesuatu yang bisa ditolak begitu saja. Paling tidak, permintaan kerajaan bisa dipertimbangkan terlebih dahulu. "Apa alasan perempuan itu menolak permintaan kerajaan?"

Royal PrinceWhere stories live. Discover now