bab 1 dan 2

32.6K 2.8K 258
                                    

Versi lengkap plus ekstra part yang tidak tayang di wattpad sudah ada di karyakarsa ya.

==

"Apa ada perempuan lain?" tanya Nita. Tubuhnya yang tinggi semampai terus bergerak di depanku. Membuat pusing.

Kalau dipikir-pikir, ini kali pertama Nita begitu khawatir tentang pacarnya. Sebelum-sebelumnya para prialah yang kewalahan menghadapi sikap Nita yang suka berubah-ubah tergantung suasana hati. Untuk pertama kalinya, Galen bisa membuat Nita khawatir.

"Setahu gue, dia nggak lagi dekat sama siapapun," jawabku yang kini lebih memilih untuk menggulir layar ponsel. Melihat Nita terus bergerak membuatku tidak bisa berpikir.

"Ya pasti disembunyiin dari lo lah, Nda. Dia jelas-jelas tahu kalau lo sahabat gue."

Kepalaku terangkat, mataku menyusuri langit-langit ruang tengah rumah Nita hanya untuk mengingat-ingat apa Galen kelihatan berubah. Seingatku dia tidak kelihatan berbunga-bunga juga tidak ada tanda-tanda tengah menyembunyikan sesuatu. Atau aku yang tak peka? Meskipun aku pernah..., fak, jangan memikirkan masa lalu, Vanda.

"Perasaan, Galen kayak hari-hari sebelumnya deh, Nit. Nggak ada yang berubah."

"Tapi dia berubah ke gue, Nda!"

"Misalnya?"

"Dia sulit dihubungi, nggak lagi datang tiap akhir pekan, sibuk terus setiap hari. Gue ada feeling kalau ada cewek lain, Nda." Nita akhirnya duduk di sampingku, wajahnya tertekuk sedih, "Lo paham 'kan, Nda, insting wanita? Ketika pasangannya mulai berpaling, insting itu muncul. Dan entah kenapa, gue menduga, ada orang ketiga di antara kami."

Tanpa kuduga, ia mendadak meraih jari-jariku. Dalam hitungan detik aku bisa merasakan Nita akan membuatku menderita tak lama lagi.

"Demi persahabatan kita yang sudah terjalin sejak kita masih di taman kanak-kanak," tuh kan, pembukaannya sudah terdengar seperti pertanda buruk, "lo harus mata-matain Galen. Demi gue, Nda."

Ini repotnya kalau pacar sahabat sendiri satu tempat kerja. Galen dan Nita mulai pacaran enam bulan lalu. Mereka saling mengenal bukan karena aku. Aku tak pernah jadi makcomblang buat keduanya. Tahu-tahu, di satu akhir pekan, Nita mengajak bertemu di kafe favorit kami dan mengenalkanku pada Galen yang tak lain dan tak bukan adalah teman kerjaku. Catatan pentingnya, kami bekerja di divisi yang sama.

Mau tahu bagian terburuknya? Aku sempat naksir padanya. Pada Galen! Takdir memang selalu sekejam itu. Sudah jomlo dari lahir, pas naksir cowok, eh pacar teman sendiri!

Aku ingat dengan jelas bagaimana kejadiannya. Ketika Nita muncul kala itu. membawa senyuman yang begitu lebar hingga akupun bisa merasakan bagaimana kebahagiaan yang tengah menyelimuti Nita.

"Gue traktir semua yang lo mau hari ini," ucapnya begitu kami sampai di kafe.

"Lo mencurigakan, Nit. Lo mau minta tolong apa?"

Dia menggeleng tapi senyuman tak menghilang dari wajahnya yang cantik, "Nggak ada, seriusan."

Tanpa tahu apa yang terjadi, aku memesan dengan suka cita. Hingga akhirnya Galen datang dengan senyum miringnya yang memesona. Dan seolah semua bergerak begitu lambat, aku melihat Nita melingkarkan tangannya ke tangan Galen. Memperkenalkan teman sedivisiku itu sebagai pacar baru Nita. Hari itu, istilah bagai disambar petir di siang bolong seolah terjadi tepat di depan mataku.

"Vanda? Lo sahabat baik Nita?" tanya Galen hari itu, dengan mata bersinar penuh kebahagiaan, "Lo tahu nggak, dia sering banget cerita tentang lo. Sahabat baik sejak masa taman kanak-kanak." Senyum Galen tak meninggalkan wajahnya. Aku bahkan masih ingat dengan jelas bagaimana Galen tersenyum penuh cinta pada Nita.

The Fool who Rocked my WorldМесто, где живут истории. Откройте их для себя