XX

9.1K 2K 370
                                    

Ada 2500 word loh bab ini. Jadi, jangan lupa follow, vote, dan komen. Kalau penasaran sama cast Gama, Galen, Vanda, kalian bisa main ke instagramku. Di moonkong27.

Happy reading, Mate!

==

Mataku terus melihat ke layar ponsel. Setiap beberapa detik sekali aku mengetik dengan cepat. Mengirim rentetan pesan untuk Gama dengan punggung yang mendadak berkeringat. Semua efek ini disebabkan karena Nita mengantarku ke tempat Gama.

Aku kalah dalam perdebatan kami tadi. kengototan Nita tak bisa ditaklukkan. Dia tetap ingin mengantarku meskipun hanya sampai depan pintu gerbang masuk perumahan Gama. Ia bahkan membuat janji sepanjang kereta ekspres. Tidak akan berlama-lama di depan Gama, tidak akan genit pada Gama, tidak akan mengganggu acara kencan kami, hanya ingin menyapa Gama lalu dia akan pergi.

Tak sampai disitu, dia akhirnya melihatku dengan mata penuh kecurigaan. Menuduhku bahwa aku tak ingin mempertemukan keduanya karena takut Gama akan berteman baik dengannya. Ia juga membuat prasangka bahwa aku telah melupakannya sejak ada Gama di sisiku.

Segala upayanya membuatku menyerah. Jadi, perjalanan menuju rumah Gama berisi kepanikan dan ketakutan. Sementara aku terus menerus mengirimi pesan untuk Gama, yang sayangnya tak mendapatkan balasan.

"Kenapa sih lo tegang gitu?" tanya Nita sambil menyetir.

Karena aku butuh menyelaraskan kebohongan dengan Gama tapi Gama belum membaca pesanku! Aku tak bisa menelepon Gama. Pasti akan langsung ketahuan kalau aku membohongi Nita.

"Ini date pertama kami." Aku kembali berbohong.

Tanganku berkeringat. Lima menit lagi kami tiba di rumah Gama tapi pria itu belum ada kabar sama sekali. Membuat pikiranku kemana-mana. Bagaimana kalau Gama tidak ada di rumah. Bagaimana kalau Gama terpaku tolol di depan rumahnya karena melihat Nita. Bagaimana kalau ternyata Gama masih di kantor karena lembur. Apakah semua akan terbongkar malam ini?

Tubuhku melonjak tanpa sadar saat kami hampir tiba di depan gerbang masuk perumahannya. Satu pesan dari Gama masuk. Pesan yang sangat singkat tapi bisa meredakan semua kepanikanku.

"Oke."

"Selamat malam," sapa satpam begitu mobil Nita berhenti dan kaca jendelanya terbuka.

"Malam Bapak," sahut Nita ramah saat salah satu satpam mendekat ke mobil.

Pria paruh baya itu akan menanyakan standar dasar kunjungan ketika aku melongok tanpa sadar ke arah jendela Nita. "Oh, Bu Gama. Mau ke Pak Gama hari ini?"

Pertanyaan dari satpam langsung membuat Nita menoleh padaku. Aku sempat lupa tentang panggilan ini. "Bu Gama," terang Pak Satpam yang menoleh pada teman jaganya yang lain. Membuat pembatas gerbangnya langsung terangkat ke atas.

"Malem Pak," sapaku berusaha tak canggung, "iya, ada urusan dikit."

"Kenal baik sama Mas Gama ya, Pak?" Nita yang penasaran.

"Iya, Mbak. Sering main ke sini. Sering juga kirimin gofood buat pos di sini. Nggak sombong kayak yang lain." Satu gosip dan membuat acara perbincangan basa-basi ini jadi pergibahan tanpa henti. Mereka bahkan mewanti-wanti agar tak dekat dengan orang yang tinggal di beberapa nomor rumah yang disebutkan. Pergosipan seru itu diakhiri oleh datangnya satu mobil di belakang kami. Membuat Nita buru-buru berpamitan pergi.

"Bu Gama?" tanya Nita dengan ekspresi tak percaya, "bukannya baru jadian?"

"Akal-akalan Mas Gama itu. Biar nggak kebanyakan ditanyain sama mereka." Singkat. Padat. Jelas.

Meskipun seluruh rencana telah tersusun rapi lewat pesan aplikasi bersama Gama, aku tak bisa menghilangkan rasa was-was yang makin kuat bersamaan dengan mobil Nita yang makin dekat ke rumah Gama. Tanpa sadar, aku sudah mengoceh pada Nita. Mengulang janji-janji Nita yang ia ucapkan tadi di rumah.

The Fool who Rocked my WorldWhere stories live. Discover now