BAB I

9.8K 935 143
                                    

Ketika Xia Lin mendongak, ia melihat bahwa ia telah mencapai pintu rumahnya.

Pintu itu tertutup rapat.

Dia mengingat bahwa hari ini adalah hari ketiga Song Yan dalam perjalanan bisnis. Berdasarkan rencana itu artinya Song Yan masih punya dua hari sebelum kembali.

Xia Lin berdiri diam di luar pintu dengan tangan dan kaki yang mulai membeku, dengan ekspresi kebingungan, hasil diagnosa yang berada di tangannya terasa begitu berat sehingga ia tidak mampu untuk mengangkat tangannya hanya untuk membuka pintu.

Rasanya bahkan jika dia memasuki rumah, Xia Lin tidak akan melihat Song Yan dan tidak ada yang datang untuk menghibur atau pun memeluknya.

Xia Lin tidak tahu berapa lama dia berdiri, tetapi akhirnya dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu dengan gerakan lambat.

Tanpa diduga, begitu Xia Lin memasuki pintu, asap rokok mengepul ke arah nya.

Xia Lin terbatuk beberapa kali tanpa sadar, dan ketika pandangan mulai fokus, dia melihat Song Yan sedang duduk diam di sofa ruang tamu dengan kepala yang menunduk, setengah rokok di tangannya dan seluruh tubuh tertutupi kabut asap. Puntung rokok mati yang terpelintir berserakan di atas meja kopi di depannya. Dimana mana.

Xia Lin tertegun sejenak sebelum dia kembali tersadar dan segera menyembunyikan hasil diagnosa di belakang tubuhnya. Dia tidak tahu bagaimana harus memberi tahu Song Yan mengenai hal itu, dan juga Xia Lin tidak ingin melihat Song Yan yang merasa kasihan kepadanya.

"Kenapa kamu kembali lebih awal?" Dia berusaha bertanya dengan nada santai dan berjalan ke arah jendela. "Merokok begitu banyak dan tidak membuka jendela bisa membuat sesak."

"Berhenti!" Song Yan perlahan mengangkat kepalanya untuk menatapnya, dan berkata dengan suara yang dalam.

Xia Lin tiba-tiba berhenti dan dia melihat wajah Song Yan yang gelap dan suram, bahkan telihat raut sedikit marah yang tak terkendali.

"Ada masalah apa?" Dia menurunkan volume suaranya dan berjalan menuju Song Yan. "Apakah pekerjaannya tidak berjalan dengan baik?"

Song Yan tiba-tiba berdiri, menatap Xia Lin sesaat. Postur waspada terlihat di seluruh tubuhnya, tampaknya menolak didekati.

"Tebak, siapa yang aku lihat ketika aku pergi ke Kota C kali ini?"

"Siapa?"

"Yu Luotong."

Xia Lin menahan nafas.

"Kenapa," Song Yan menatapnya, dengan senyum mengejek di wajahnya, "Apakah itu mengejutkan mu? Dalam hidupku, aku akan bertemu dengan Luo Tong lagi."

Detak jantung Xia Lin berhenti selama dua detak, dan kemudian mendengar suaranya sendiri dengan suara yang hampa bertanya, "Luo Tong... apakah dia sudah kembali ke China?"

"Benar saja, kamu tahu dia pergi ke luar negeri." Wajah Song Yan bahkan lebih mengejek, dan jejak kebencian dengan raut menjijikkan terpancar dari wajahnya. "Tapi pada awalnya kamu berbohong kepadaku bahwa Luo Tong sudah mati? Kamu sangat ingin dia mati?"

"Aku terpaksa...."

PLAK!! (Tamparan)

#My Baby ToT

Bahkan Xia Lin belum selesai berbicara tiba-tiba Song Yan telah menamparnya.

Dia hanya merasa gelap di depan matanya, dan tubuhnya gemetaran. Jadi dia dengan cepat mengulurkan tangannya untuk menompang pada dinding dan menstabikan tubuhnya yang terhuyung mundur.

Menahan rasa sakit yang sangat nyeri di pipinya, dia menarik napas rendah dan menunggu penglihatannya kembali fokus, sebelum perlahan berkata, "Kamu... bisakah kamu mendengarkan ku dan biarkan aku menjelaskannya?"

Song Yan mencibir, "Apakah kamu pikir aku sebodoh itu untuk mempercayaimu?"

"..."

Rasa pusing menyerang, Xia Lin memejamkan mata dan dia menelan penjelasan yang baru saja ingin diutarakan.

"Kamu tidak punya apa-apa untuk dikatakan?" Wajah Song Yang sangat datar, "Xia Lin, aku telah bertanya pada diriku sendiri bagaimana aku memperlakukan mu selama ini, dan aku juga berpikir untuk tinggal bersamamu selama sisa hidupku. Tapi bagaimana balasan mu? Kamu berbohong kepada ku bahwa Luo Tong sudah mati. Setelah melihat saya kesakitan begitu lama, kamu akhirnya memiliki ku di sisi mu. Apakah kamu bangga dengan itu?"

#Pingin Bee cekik :"

Xia Lin menutup matanya lagi, "Song Yan, cinta tidak memandang menang atau kalah. Aku akui bahwa aku mengakui bahwa aku mengambil kesempatan ketika kamu dalam keadaan kesakitan, tetapi bukan niat ku untuk menipu kamu bahwa Luo Tong sudah mati."

"Cukup!!" Song Yan memotong perkataannya dengan dingin, "Kamu terlihat sangat sok, aku lebih sering melihatnya dan aku merasa mual."

Song Yan berjalan terburu buru menuju pintu, dengan segera Xia Lin menyusulnya dengan wajah panik dan meraih tangannya, dengan menyedihkan seperti hewan peliharaan yang ditinggalkan, "Song Yan, kemana kamu akan pergi?"

Song Yan menghempaskan tangannya dan tanpa melihat kebelakang, "Kamu punya satu hari untuk pindah dari rumahku!"

"...Song Yan?" Wajah Xia Lin memucat.

"Aku tidak ingin melihat mu lagi, jadi menghilang lah dari diunia ku!" Song Yan berkata kemudian berjalan keluar dan menutup pintu dengan keras.

Xia Lin berdiri di sana dalam keadaan linglung untuk sesaat, air mata penuh keputuasaan berangsur-angsur turun dan meluap.

"Yu Luotong, karena kamu bertekad untuk mati dan menghilang. Mengapa repot-repot kembali sekarang..."

Dia agak membenci kelabilan Yu Luotong, tetapi dia lebih membenci dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apapun saat ini.

Xia Lin mundur beberapa langkah dan kemudian duduk di sudut ruangan, membiarkan air mata mengalir deras tanpa suara, duduk disana sampai senja tiba.

Akhirnya ia mengingat hasil diagnosanya.

Menyeka air mata, melihat kertas medis yang kusut ditangannya dengan emosinya yang berangsur-angsur menjadi tenang.

"Itu dia," dia menghela nafas berat dan bergumam pada dirinya sendiri, "Tidak apa-apa..."

Dia tidak memikirkan bagaimana untuk memberitahu Song Yan tentang ini, tetapi sepertinya Tuhan telah membuat keputusan untuknya.

Faktanya apakah Yu Luotong kembali ke China atau tidak, dia dan Song Yun ditaktirkan untuk tidak menjadi tua bersama dalam hidup mereka.

Karena itu, lebih baik membiarkan diri mu lebih bebas dan mudah. Memikirkan hal itu, Xia Lin meremas hasil medisnya dan membuangnya ke keranjang sampah.

Kemudian, dia membuka jendela untuk menghilangkan bau asap dari ruangan itu. Kemudian membersihkan asbak di atas meja kopi, dia melipat pakaian yang tergantung di balkon dan memberikan label pada makanan di lemari es.

Kemudian, dia mengemasi kopernya. Mengembalikan kunci rumah dan meletakkannya di lemari sepatu dan akhirnya melihat sekeliling ruangan yang penuh kenangan antara dirinya dan Song Yan selama beberapa tahun, lalu membuka pintu dan berjalan keluar.


-END- [BL Novel Terjemahan] Tidak Ingin Melihat Mu di Kehidupan SelanjutnyaWhere stories live. Discover now