BAB LXXXIX

1.2K 173 1
                                    

Klinik dibuka untuk bisnis pagi-pagi keesokan harinya. Ada antrean panjang di pintu masuk klinik.

Baik Ke Mei dan Xia Lin adalah profesional klinis. Tidak ada masalah untuk mendiagnosis beberapa penyakit ringan dan rasa sakit untuk mereka.

Ada seorang pasien dengan kaki tidak nyaman yang membutuhkan mobil untuk menjemputnya.

Song Yan menawarkan diri untuk menjadi pengemudi dan Ke Mei meminta Xia Lin untuk mengikuti Song Yan. Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, tidak ada yang berbicara.

Song Yan mengintip Xia Lin. Tadi malam, dia banyak bicara pada Xia Lin. Setelah mendengarkannya, Xia Lin tertidur. Sebaliknya, dia tidak tidur nyenyak.

Dia berharap Xia Lin akan berubah pikiran tetapi Xia Lin membantu Ke Mei masuk dan keluar pagi ini. Dia bahkan tidak memberinya satu pandangan pun.

Song Yan berhenti memikirkannya.

Mobil sudah sampai di depan pintu rumah pasien dan keluarga pasien masih melakukan persiapan. Mereka meminta mereka untuk menunggu sebentar.

Keduanya hanya bisa menunggu di jalan berkerikil di luar pintu. Tempat ini sangat dekat dengan area pemandangan air terjun di gunung dan kalian dapat melihat puncak gunung yang tinggi dan rimbun ketika kaliam melihat ke atas.

Xia Lin menemukan bahwa Song Yan telah melihat gunung dengan terpesona.

Hatinya sedikit tergerak kemudian berkata, "Jangan berpikir untuk pergi ke sana lagi. Setidaknya, jangan pergi ke sana sebentar. Akan ada tanah longsor."

Song Yan kembali sadar dan menatap Xia Lin dengan curiga, "Apakah kamu yakin?"

"Aku yakin." Xia Lin berkata, "Aku telah berkunjung ke sini saat dalam kehidupan terakhir ku."

Ekspresi Song Yan berubah, "Apakah kamu mengalami tanah longsor? Apakah kamu terjebak?"

"Terjebak selama sehari semalam."

"Mengapa aku tidak pernah mendengar kamu menceritakan hal sebesar itu?"

Xia Lin tersenyum. Sedikit kepahitan muncul di sudut mulutnya.

"Aku sudah menceritakannya kepada mu tetapi kamu tidak mendengarkan ku pada saat itu."

"Bagaimana mungkin? Kapan kamu menyebutkan ini padaku? Tidak peduli seberapa kacaunya aku, aku tidak akan..."

"Itu sekitar bulan ini di kehidupan terakhir. Aku meneleponmu, tidakkah kamu ingat?"

Song Yan mengerutkan kening dengan erat dan jatuh ke dalam lamunan.

"Lupakan saja. Kurasa kamu tidak bisa mengingatnya lagi."

Song Yan berkata, "Apa yang terjadi ketika aku baru saja lulus dari universitas di kehidupan terakhir ku? Sudah terlalu lama untuk aku bisa mengingat. Bisakah kamu memberi ku petunjuk?"

"Waktu itu, aku menelepon mu. Begitu kamu menjawab telepon, kamu bertanya mengapa ku mengapa tidak pulang setelah kelulusan ku. AKu bilang aku pergi ke Desa Zilin selama perjalanan merayakan kelulusan ku dan terjebak tanah longsor di sini. Lalu aku mendengarkan mu. Ada banyak suara dari sisi mu. Kamu buru-buru memberi tahu ku bahwa Yu Luotong telah meledakkan panci dan kemudian menutup telepon."

Song Yan tidak ingat panggilan telepon itu tetapi dia benar-benar ingat insiden penggorengan Yu Luotong.

Saat itu, dia tinggal bersama Yu Luotong. Yu Luotong berkata dengan hati-hati bahwa dia ingin belajar memasak sendiri tetapi ketika dia membiarkannya pergi untuk pertama kalinya, dia meledakkan panci.

Itu mungkin dipertengahan saat dia dalam panggilan dengan Xia Lin, dia mendengar "ledakan" keras di dapur dan pada saat yang sama, teriakan Yu Luotong datang. Dia tidak ingin mendengarkan Xia Lin berbicara di telepon dan buru-buru menutup telepon. Dia segera pergi untuk memeriksa luka Yu Luotong. Untungnya, lukanya tidak parah sehingga dia dikirim ke rumah sakit untuk mengobati lukanya dan kemudian kembali ke rumah.

Tapi setelah sekian lama, Song Yan tidak ingat untuk menelepon kembali Xia Lin.

Mengingat kejadian itu, wajah Song Yan penuh dengan keterkejutan, "Jadi, saat itu, kamu terjebak di gunung dan memanggilku?"

"Sinyal di gunung awalnya buruk. Setelah tanah longsor terjadi, aku tidak bisa mengirim pesan. Aku tidak pernah punya kesempatan untuk menelepon mu."

Xia Lin berhenti, "Itu terjadi setelah tim penyelamat mengirim ku ke rumah sakit di daerah tetangga. Saudara laki-laki ku dan Zhou Shuo masih dalam perjalanan ke rumah sakit. Aku sedang berbaring di ranjang rumah sakit dan diberi dengan cairan infus. Ketika aku memejamkan mata, pemandangan mengerikan yang tak terhitung jumlahnya membayangi ku. Pada saat itu, aku sangat ingin ... "

Xia Lin tiba-tiba berhenti, merasa bahwa dia sepertinya terlalu banyak bicara.

"Maaf, Xia Lin. Maaf."

Song Yan merasa tidak nyaman, bercampur dengan kesusahan dan rasa bersalah.

Dia ingin memeluk Xia Lin tetapi didorong menjauh.

"Aku tidak punya maksud lain ketika aku menyebutkan ini," tambah Xia Lin, "Aku tidak ingat hari ketika tanah longsor terjadi di kehidupan terakhir. Bisakah kamu membantu ku mencari cara untuk mendapatkan kepercayaan semua orang dan memperingatkan mereka?"

Melihat dia membahas masalah hidup dan mati ini dengan serius, Song Yan mengambil keputusan.

Dia berpikir sejenak dan bertanya, "Sebelum tanah longsor terjadi, apakah ada perkiraan cuaca yang masih kamu ingat?"

"Yang paling jelas adalah bahwa ada hujan lebat." Xia Lin berkata, "Tapi aku tidak tahu apakah hujan lebat biasa terjadi di sini..."

Di tengah kata-kata Xia Lin, keluarga pasien telah mendorong pasien keluar dari kursi roda.

Song Yan berkata, "Mari kita bicarakan nanti."

Dia melangkah maju dan bekerja sama dengan keluarga itu untuk mengangkat pasien ke dalam mobil.

Ketika mereka kembali ke klinik, mereka melihat kepala desa berdiri di pintu masuk klinik, tersenyum pada Ke Mei yang sedang sibuk. Dari waktu ke waktu, mereka memuji keterampilan medis Ke Mei.

Ketika Xia Lin keluar dari mobil, dia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh lehernya.

Dia mengulurkan tangan dan menyentuh bagian belakang lehernya lalu menemukan beberapa tetesan air di tangannya.

Ketika dia melihat ke atas lagi, dia menemukan bahwa langit yang semula cerah telah digulung dengan awan hitam.

Gambar ini sangat familiar.

Xia Lin ingat dengan jelas bahwa dia telah melakukan hal yang sama pada kehidupan sebelumnya dalam perjalanan ke air terjun gunung.

Dia melihat ke langit.

"Song Yan!"

Ekspresi Xia Lin berubah dan dia kehilangan suaranya, "Hari ini adalah harinya."

-END- [BL Novel Terjemahan] Tidak Ingin Melihat Mu di Kehidupan SelanjutnyaWhere stories live. Discover now