Bab 2 "Remember The Past"

241 29 2
                                    

Rutinitas Laila di pagi hari membuatnya selalu bersemangat menjalani kehidupan.  Apa lagi saat dia sudah membereskan semua keperluan Rega suaminya.  Kini ia berada di hadapan rega untuk memakaikan dasinya,  sedangkan rega masih berbica dengan tomi di tempat lainnya.  Selalu seperti  ini, saat terburu-buru rega selalu lupa dengan Jaz nya.  Sebagi istri yang sudah mengenal tabiat sang suami,  Laila menyiapkan semuanya agar suaminya berangkat bekerja dengan aman dan nyaman tentunya semakin tampan.

"terima kasih La,  saya pergi Assalamuallikum ".

Laila mengambil tangan rega untuk dicium,  namun ada yang sedikit mengusiknya selama dua tahun lebih pernikahan.  Laila menginginkan tatapan itu dan sebuah ciuman di kening yang begitu hangat.  Namun apa lah daya angan tak sampai,  semua hanya angan dalam doa.

"Waqallahikumsalam...  Mas Rega tidak bisa kah berbalik sejenak". Batin Laila penuh pengharapan, namun harpan itu sia-sia.
Reganya sudah melaju bersama pikirnya yang tak kunjung tersampaikan.  Hanya sebuah tulisan ia coretkan dalam diary dan puisi dalam lautan yang tak bertepi pikirnya.

Dalam perjalanan Rega biasa saja sampainya dia di ruang kerjanya,  bertemu  beberapa klien dan sudah waktunya dia masuk kedalam ruang meeting. Sesuai jadwal hari ini.  Sebuah pertemuan yang tidak ingin dia lakukan namun harus terjadi. Tapi jauh dilubuk hatinya,  dia rindu dengan cintanya dulu atau mungkin sekarang masih.

Setelah pertemuan dan pembahasan kontrak antara perusahan Rega dan klien dihapadannya.  Yang begitu  membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya kini hadir  kembali.
Yaaa...  Dia gadis yang memiliki tawa khas dan suara yang terniang selalu dalam pikirannya. Dia gadis manis , sosok adik kelas yang begitu menarik perhatiannya pada saat itu.  Yang membuat hidupnya menjadi berwarna.  Banyak ragam rasa semenjak gadis ini datang,  dia Raline yang membuat tawa,  tangis menjadi satu. 

Kecuali hari itu,  saat dimana semua rasa bercampur aduk dan kian membara saat semua rasa terungkap ingin bersatu.

"Will you marry me? ". Ujarnya tiba-tiba, mengangkat pandangan menuju sang pujaan.  Yang kini kaget begitu rega mengucapkan semua inginnya.

"Wow...  Kamu habis makan apa sampai kepikiran ini sekarang.  Kamu kan tahu masih banyak Planning yang aku kejar". Tanya wanita itu dalam bimbang dan penekahan yang begitu serius.

Sedangkan Rega berusaha menceritakan semuanya,  tentang rencana sang Papa. Baik masalah perusahaan,  pernikahan dan bagaimana dia tidak bisa menikah dengan wanita asing, selain Raline. 
Raline hanya mendengar,  sekali-kali mengangguk dan menjedah bahkan mengambil napas cukup panjang dalam pandangannya saat ini.  Banyak impian dan angan yang sudah dia tancapkan saat ini untuk masa depannya.  Tidak mungkin dia mundur dengan begitu langkah panjang yang dia lakukan selama ini. Perjuangannya untuk mencapai New York Fashion Week dan di kontrak oleh Agensi Model internasional  sekelas gigi hadid tidak mungkin ia sia-siakan.  Pangung itu sudah menunggunya.

"Hmmm...  I know Rega.  Tapi kamu tahu,  karir yang aku bangun dengan penuh perjuangan ini gak mungkin  aku tinggalkan".

"Raline, kamu tetap bisa berkarir dan kita tetap melaksanakan pernikahan.  Aku tidak akan menghambat karirmu Lin".

raline yang begitu kekeh dengan pendiriannya dan planning hidupnya.  Tetap menggeleng dan tidak mengiyakan akan keinginan rega.

"Kamu tahu ga, dalam kontrak yang sudah aku tanda tangani tidak diperbolehkan adanya status pernikahan. Dan selain itu aku tidak bisa konsen dengan dua hal sekaligus.  Aku hanya bisa memilih ke karir ku saat ini. Dan tidak akan ada yang bisa buat aku lepasin keinginan aku ini,  termasik kamu".

Bahkan kini pembicaraan sama sekali tidak ada,  karena Raline langsung bangkit dan pergi dari hadapan Rega . Namun sebelum ia pergi dari hadapan Rega,  di berdiri sejenak menatap rega.

"Maaf dan terima kasih untuk semuanya Ga.  And i hope your happy for your marrige".

Sebenar-benarnya rasa saat sang pujaan tahu letak arti sebuah komitmen akhir nantinya.  Namun bila akhir seperti ini,  siapa yang harus ia salahkan.  Tidak ada yang mengerti akan rasa di hempaskan saat tangan itu tak menggapainya lagi.  Bahkan sakitnya urung dia ungkapkan, dalam hening bahkan ia tak menoleh sedikitpun dalam menuntaskan rasa sakitnya saat ini. 

🌾🌾🌾🌾🌾

Apa nih up seharusnya malam minggu jadi hari ini.
Kasih bonus dadakan
Bukan ikoy ikoyan yahhhh
Aku juga gak paham
Dan bukan seorang miliarder
Mau bagi2 duit.
Bisanya bagi2 hasil tulisan
😬😬😬
Selamat  membaca untuk  kalian 

L A I L A ( On Going )Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz