Bab 10 " The First Meet "

184 20 1
                                    


Matahari sudah mulai menampakan sinarnya,  ia keluar dari peraduannya. Namun ada hal yang selalu mengahlikan dunia Laila saat bangun terlebih dulu.  Lelaki yang begitu tampan dan ia cintai,  hingga kini masih tidur terlelap.  Orang bilang usia semakin tua semakin keriput wajahnya,  lain halnya dengan Mas Gara nya begitu tampan seperti bayi mungil yang sedang tertidur pulas. Laila selalu melupakan kesedihannya saat melihat wajah mas garanya seperti ini.

"Sudah puas mandangi wajah saya?".

"Hah....  Bagus donk Mas Laila mandang wajah suami sendiri,  dari pada mandang suami orang itu yang harus dikhawatirkan hehehe". Kataku penuh penekanan dan diiringi khas candaan.

Namun Regara yang mendengar penuturan Laila,  sedikit mencelus Jantungnya.  Ia merasa dirinya seperti ditikam pisau belati langsung mengenai jantungnya.  Ia tidak mengerti situasi saat ini sangat menyentil keadaan jiwa raganya.  Tapi regara berusaha menampakan wajah santainya.

"kamu hari ini gak usah masak makan malam banyak-banyak yaa ila.  Aku nanti malam ada acara. Dan satu lagi gak usah nunggu Saya pulang. Aku gak mau kamu sakit kecapekan begadang nungguin Saya".

"baiklah,  mas hati-hati dan juga jaga kesehatan. Mas yang lebih banyak kerjaan dibanding ila.  Mas jarang istirahat full,  sampai dirumah juga kadang masih kerja.  Ila gak mau Mas sampai sakit".

"Terima kasih kamu sudah mengurus saya begitu baiknya".

"Jangan berterima kasih mas,  itu sudah kewajiban ila sebagai istri mas Gara.  Dan tenang Mas tidak perlu bilang itu untuk kesekian kalinya.  Ila gak akan menjadi manusia berharap pada manusia lainnya walau itu suami ila sendiri. Ila tau itu mas".

Setelaj Laila mengungkapkan semua isi hatinya,  ila langsung pergi menuju dapur untuk menyiapkan serapan dan menunggu cake untuk Kak Safa dan suaminya ini masak. Yaaaa suaminya yang saat ini masih berada di dalam kamar mandi sedang memikirkan semua ucapan laila. Setelah kegiatan rutinitas di kamar mandi selesai.  Kini ia sudah berada di meja pentry bersama laila.

"Mas mau sarapan dulu,  atau mau jogging? ".

"Hmmm... Saya mau lari pagi aja dulu,  kamu mau ikut? ".

"Hmmm...  Boleh Mas,  ila ikut juga yaa biar sehat".

Setelah itu laila yang sudah membereskan semua kegiatannya didapur,  dari hal memasak kue dan lainnya.  Kini ia pergi menuju kamar untuk berganti pakaian olahraga.  Dan selanjutnya ia menghampiri sang suami. 

Keduanya kini berada dilapangan dekat komplek perumahan tempat tinggal pasangan suami isti ini.  Diputaran pertama laila sungguh bersemangat,  namun diputaran ke dua ia merasa denyut jantungnya seperti tidak stabil dan membuatnya berhenti merasakan sakit.  Ia ingin memanggil Mas Garanya,  namun sudah terlalu jauh dan membuatnya harus duduk dipinggir taman untuk membuat napasnya teratur. 

Tapi apa yang dia dapat bukan ketenangan tapi sebuah guyonan pagi dari sepupu Mas Gara.  Lihat tiba-tiba dia ada di hadapannya.  Seperti jelangkung saja.

"Aku pikir siapa yang ngedeprok disini.  Rupanya bidadari dari taman ini hehehe".

"Maaf Mas Rey,  Laila gak bawak uang buat bayar gombalan Mas hari ini".

"hahaha...  Aku gak mau uang.  Maunya di traktir makan aja,  Laper aku ini loh".

"justru itu ila mau traktir makan,  uang gak bawak.  Mas Gara juga tah kemana,  dari tadi belum mutar lagi".

"Hah...  Kamu sama Rega disini.  Bener-bener tuh anak.  Istri kelelahan malah gak nongol-nongol. Hmmmm...  Disekitar sini ada jualan bubur ayam enak banget.  Kalau mau hari ini saya teraktir kamu.  Gak usah nunggu rega,  dia pasti uda disana atau pulang ke rumah".

L A I L A ( On Going )Where stories live. Discover now