Bab 14 "food fight"

238 20 1
                                    

Laila tersadar selama pingsan di atas tempat tidurnya, ia masih menggunakan gaun pesta ini.  Pantas saja rasanya tubuhnya seperti  terkurung.  Namun ia melihat kesekelilingnya, ia tidak melihat batang hidung Mas Garanya.  Apa suaminya masih marah dengan kejadian yang gak perlu diperpanjang ini.

Laila semakin bingung, dimana letak kesalahannya.  Ia sudah pamit dan seharusnya yang boleh marah disini dia.  Saat berada ditempat yang sama ia dikejutkan dengan kehadiran sang suami bersama sang mantan.  Walau ia tahu dari Tomi bahwa Raline merupakan Brand Ambasador dari perusahaan suaminya.

Tapi yang membuat Laila bingung,  kenapa suaminya marah bahkan ia tidak mempermasalahkan kejadian disana.  Karena terlalu banyak mikir,  laila lupa bahwa ia harus segera beberes mengganti bajunya dengan baju santai rumahan.
Setelah rutinitasnya di kamar selesai,  ia memutuskan pergi taman belakang. Ia menyiram semua tanaman dari bunga sampai sayuran organik yang ia budidayakan.  Buatnya makanan sehat itu sangat penting.

Dalam lantunan musik klasik yang menemaninya,  laila dikagetkan dengan kehadiran sang suami.  Yang termangu melihatnya.

"Mas membutuhkan sesuatu? ".

"tidak,  kamu sepertinya yang membutuhkan sesuatu?".

"Hah...  aku?  ".

"Kamu lupa menggunakan hijabmu,  ini pakai dulu".

Laila lupa atau terlalu kepikiran dengan kejadian semalam.  Ia langsung mengambil hijab yang diberikan sang suami, dan memberi seutas senyum tanda terima kasihnya.

"Aku minta maaf atas kejadian semalam".

"its okay mas.  Bukan masalah , aku gak terganggu atas apa pun koq".

Gara yang mendengar itu menaikan alisnya, apa maksud dari istrinya ini.  Sudah dua tahun lebih pernikahan,  sikapnya selalu datar dan dingin.  Tapi terkadang  menghangatkan. 

"Apa ila boleh bertanya? Apa wanita yang menolak lamaran Mas Gara itu adalah wanita yang ada disamping mas kemarin "Raline".

"Hmmm...  Ya dia orangnya".

"Ohh...  Dia orangnya yang kemarin juga makan bubur bareng Mas kan? ".
Gara otomatos mengangguk,  karena semua yang diucapkan laila adalah kebenaran.

"Dia cantik dan Dia BA perusahaan  Mas Gara. Pantas aja dia dipilih,  dia pantas".

Gara yang merasa risih,  seperti dirinya disini yang paling salah.  Laila tidak sadar bahwa dia hampir mempermalukan suaminya disana. Lebih tepatnya sudah.

"ehm..  saya pikir teman kamu hanya Safa,  dan saya lihat kamu begitu dekat dengan putra pemilik LuwisCorp,  ada hubungan apa kamu sama dia? "

"ila gak ada hubungan apa-apa sama Bang Rafa,  hanya sebatas adik dan kakak.  Maminya sudah menganggap ila anaknya itu saja.  Gak lebih dari itu".

"Hah...  Masih ada hubungan tidak sedarah jadi kakak adik? Alasan klise".

"Jadi mau Mas Gara aku beralasan seperti  apa lagi".

"Aku hanya bingung. Kalau kalian dekat kenapa kamu gak nikah sama dia aja.  Kenapa sama Saya?".

Laila diam dalam bimbang,  ia ingin menjawab tapi kenyataan tak bisa.  Bibirnya keluh sampai suara itu meremas hatinya kembali kedasar jurang.

"Kamu tahu kita menikah sudah hampir tiga tahun,  tapi masih stuck disini aja.  Kamu yang dingin,  cuek dan mengabdi sama suami seperti  aku.  Kamu tahu manusia mana yang tahan dengan drama kita ini? ".

"Apa menurut  Mas selama aku hidup menjadi istri mas merupakan drama?  Aku sunggu-sunggu berbakti sesuai janjiku dihadapan tuhan dan orang tua kita.  Aku ingin menjadi istri penghuni  surganya kelak.  Hanya itu ! Apa aku salah? ".

L A I L A ( On Going )Where stories live. Discover now