Bab 5 "Remember"

167 16 1
                                    

Sudah dua hari rega tidak masuk kerja namun ia kontrol dari rumah.  Dan untuk  urusan lainnya ia serahkan pada tomi.  Bisa dibilang setiap hal yang dilalui rega selama dua hari ini cukup membuatnya berguna,  setidaknya selama 2 tahun lebih pernikahan. Laila sama sekali tidak pernah mengeluh sakit atau apa pun.  Sekarang  baru dia melihat bagaimana  seorang Laila yang keukeh menjadi wanita kuat dapat jatuh juga.

Namun yang membuatnya makin bingung,  setelah sakit istrinya ini mulai jarang bicara.  Lebih banyak diam dan cuek.  Seperti sekarang  ini,  saat ia hendak bersiap menuju kantor.  Ia hanya melihat satu stel pakaian kantor yang siap dipakainya hari ini.  Sedangkan laila sama sekali gak terlihat dan gak berniat pakaikan dasi seperti biasanya.  Mungkin  laila sibuk didapur, namun saat dia melihat di tempat yang ia tuju juga gak ada.  Yang terlihat malah sebaliknya, laila saat ini sedang Yoga Pilates dan meditasi seorang diri di halaman belakang.

Merasa sudah terlalu  makan waktunya  hanya untuk  mencari  laila,  dia memutuskan untuk pergi langsung tanpa pamit karena ia tidak mau mengganggu sesi meditasi laila saat ini. Namun sebelum itu dia membuat stick notes untuk  laila, bahwa ia pergi dan berucap untuk  istirahat tidak perlu banyak bekerja ucapnya. 

Dalam perjalanan kantor rega terpikir akan satu hal,  ia berpikir dimana letak sempurnanya pernikahannya pada wanita yang tinggal seatap bersamanya selam dua tahun lebih ini.  Bahkan pasangan beautu and the best yang masih bagusan dibanding  kisahnya.  Sejelek-jeleknya tampang tapi menikahnya emang dengan pilihan sendiri.  Dan tentunya cinta.  Rega tidak mengenal cinta bersama pernikahan  yang membuatnya merasa menyesal dan sebuah kesalahan. Ia merasa seperti ada tembok antara dirinya dan laila. 
Bagaimana bisa dia yang tidak begitu mengenal Laila Prameswari Hutama binti H. Moh.Abdi Hutama langsung dihadapkan sebuah tangan yang ia jabat untuk ijab qabul. Janji suci dihadapan Allah sudah ia tunai kan , dengan demikian semua hasrat teruntuk kisah cintanya selama SMA kandas sudah.  Rega mengubur semuanya dan memulai dengan wanita yang ada dihadapnya saat ini.
Bila saja Ayahnya tidak tertipu bujuk rayu  adik beserta sepupunya,  tidak akan terjadi seperti ini. Ayahnya bangkrut karena investasi pada adiknya.  Karena begitu semangat dengan bujuk rayunya,  akhir dari investasi pun gagal.  Tidak ada kondisi baik,  perusahaan yang dibangun ayahnya mati-matian kini diambang kehancuran.  Sampai rega bertemu  sang Ayah dirumah bersama seorang Pria berperawakan  tinggi besar dengan kumis khas pak radennya, menatapnya begitu intens , namun sosok ini begitu ramah padanya bahkan pada Ayahnya.  Seperti nya keduanya berteman lama.  Dari cara bicara dan senda gurau nya keduanya seperti nostalgia.

"Rega ini om Hutama,  dulu kalau liburan kamu mintanya kerumah om ini terus loh".

"Pakcik tama saja . Gak nyangka kau sudah sebesar ini saja ya Gara.  Jangan kaget sejak kecil ada seseorang  yang menyuruhku memanggilmu gara.  Dibanding nama depanmu". Tambahnya dengan akrab seraya menepuk pundak rega.

"Aku masih ingat dulu,  kalau kau gara.  Sudah datang ke Batam pasti ndak ingat pulang kalau tidak ibu nya ila yang jemput kalian berdua.  Dan sekarang  tubuh mu makin besar dan genteng saja".

Rega yang mendengar itu hanya tersenyum, agar terlihat menghargai sang tamu ayahnya.  Walau sebenarnya ia sama sekali gak mengingat soal pembicaraan kali ini.  Hanya saja ia tidak asing dengan panggilan "Gara" , ia ingat saat Laila sakit menyebut nama Gara itu berulang kali.  Ia yang ingin bertanya tak kunjung terealisasikan. Namun sebuah ungkapan yang pernah ia ingat dulu bersama dengan Ayah laila.  Akhirnya  membuatnya mengerti.

Tapi ada hal yang membuatnya sedikit curiga dengan pandangan kedua sahabat karib ini,  saat Ayah Rega memandangnya dan tersenyum bahagia.  Beda dari biasanya pikirnya.
"Regara,  sebentar lagi kamu akan menikah dengan Laila.  Jadi persiapkan dirimu"

L A I L A ( On Going )Onde histórias criam vida. Descubra agora