Bab 13 "Anger"

189 17 4
                                    

Suasana makan siang begitu hikmat dan cukup ramai untuk tiga orang yang sedang  bersenda gurau.  Sangking asyiknya ketiga orang yang sedang asyik berbicang dan sekarang sudah berpindah tempat di teras belakang rumah begitu sejuknya.  Tidak sadar akan ada orang lain yang sedang berdiri manis melihat keakraban ketiganya.

Terutama saat ia melihat kedekatan Laila dengan lelaki satu-satunya diantara dua wanita itu.  Yang kini tertawa bahagia,  ia tidak pernah melihat gurat tawa bahagia dari bibir istrinya selama ini.  Lebih tepatnya  pernah tapi tidak sebahagia ini. 

"siapa laki-laki gerangan yang ada dekat laila? ".batin gara

Dengan langkah sesantai mungkin Gara berjalan menuju ketiga anak manusia yang sedang asyik bercerita.

"Ehem..... "

Ketiganya langsung menoleh keasal suara,  saat melihat aura dingin dari seorang regara seorang safa hanyu cuek tak menanggapinya.

"Mas Gara sudah pulang, tumben biasanya ini masih jam sibuk mas.  Ada yang ketinggalan? ". Ucap laila tanpa basa-basi,  karena tidak seperti biasanya sang suami pulang secepat ini.

"Ohhh kamu gak suka aku pulang cepat  atau kamu takut keganggu acara bersama mereka".

Bukan laila yang menjawab tapk safa dengan difat ceriwisnya

"Lu gak suka gua bertamu disini Gar,  dingin banget sambutan lu ada tamu datang"

"MAAF mas bukan maksud ila begitu.  Mas sudah makan siang? ".

"Belum... ". Tapi cara menjawabnya gara bukan melihat laila,  kini mata itu tertuju pada satu titik mata lain yaitu Rafa.  Astagfirullah  pikir laila,  dia lupa".

"Kamu ngelihat saya kayak mau nerkam begitu.  Santai bos,  saya disini hanya membawa pesanan dari mami buat Laila.  Kamu suaminya pastinya,  terlihat".

"Sudah disampaikan pesanannya,  kalau begitu silahkan pergi dari rumah saya".

Laila yang mendengar ucapan gara cukup terkejut,  gak biasanya seorang gara berucap kasar.  Apa ada sesuatu dikantor atau ada terjadi hal yang lain.

"Ya sudah Kak Safa, Bang Rafa maaf yaaa.  Obrolannya nanti-nanti dilanjutin lagi".

Karena keduanya gak mau buat keributan dirumah laila,  akhirnya  langsung pergi tanpa pamit pada gara yang sudah pergi ke dapur untuk  makan.

Setelahnya Gara bersih2 untuk pergi keacara ulang tahun rekan bisnisnya.  Dengan dalih ia terburu dan ada kerjaan lainnya.  Ia tetap tidak membawa istrinya laila.

"Mas Gara baru pulang, ini uda mau balik lagi. Mau kekantor lagi? "
Laila yang melihat suaminya jauh lebih tampan dari biasannya,  membuat dirinya  begitu bahagia selalu diberi rejeki sama tuhan untuk melihat anugerah indah dihadapnya tentunya.

"Gak,  Saya ada acara sama klien?"

Gara mengatakan sebuah kebohongan lagi,  sebenarnya diacara tersebut diperbolehkan membawa orang lain apa lagi istrinya.  Dalam balutan gaun tidur dia begitu merindukan sentuhan Laila,  tidak tahu makin kesini laila seperti candunya.

"Kamu baik-baik dirumah".

"Hmmm..." laila tidak hentinya memandangi suaminya

"Saya pakai parfum kamu lagi,  gak papa kan La? ".

"gak papa mas,  sesuka hatinya mas saja".
Dalam  rengkuhan  Gara dan sebuah sentuhan hangat di kepala laila,  mau membuatnya semakin salah tingkah  dan bahagia.

Kini laila termenung melihat punggung  sang suami semakin jauh dan tak terlihat lagi bersama laju mobil yang ia kendarain.

Tapi ada yang tidak diketahui Gara,  bahwa rekan bisnis yang sedang merayakan ulang tahun itu merupakan  Ayah dari Rafael Luwis dan saat datang bertamu tadi rafa juga memberi undangan pada Laila untuk hadir.  Karena itu pesan maminya rafa.

L A I L A ( On Going )Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz