🌶🍭SCR-20🍭🌶

119 29 9
                                    

Hai haiii ....
Makasih buat yang masih setia sama Belva. Maaf kalau bikin puyeng karena banyak flashback.

Jangan lupa klik vote di tanda bintang tiap bab, yaaa. Gumawo

Happy reading
💜💜💜💜💜💜💜

Happy reading💜💜💜💜💜💜💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepuluh tahun lalu

"Va, aku turun di sini aja deh," rengek Carol entah ke berapa kali sejak mobil Belva meninggalkan pelataran rumah Suprapto.

Belva melirik Carol sekilas menggunakan ekor mata. "Lo mau bolos lagi?"

Carol memilih diam. Ucapan Belva terdengar seperti pernyataan ketimbang pertanyaan. Dan itu benar. Kejadian perundungan rekayasa itu masih belum bisa Carol lupakan. Memang semua berakhir sesuai rencana Belva dan Suprapto. Ulfa berhasil masuk jebakan. Mereka bisa menangkap tangan perbuatan Ulfa beserta bukti nyata.

"Lo mau ke mana?" Belva mengarahkan mobil ke tepi jalan tepat satu belokan sebelum sekolah mereka.

Carol menggeleng lemah, tidak tahu arah tujuan. "Yang penting aku nggak ke sekolah dulu."

Belva mengambil ponsel dari kantong seragam. Membuka internet guna mencari info tempat yang nyaman untuk menenangkan diri. "Anyer? Dufan?"

Carol menggeser duduk hingga menghadap Belva. "Aku nggak ada niat jalan-jalan, Va. Aku turun di sini aja, kamu lanjut sekolah."

"Dan membiarkan pakdemu berpikir aku cowok nggak bertanggung jawab?"

"Please ... jangan paksa aku sekolah. Cuma hari ini aja kok. Aku janji, besok aku pasti masuk. Pakde juga nggak mungkin tahu kalau kamu nggak bilang. Oke?" Carol melepas sabuk pengaman bersiap untuk turun dari mobil.

Belva menyimpan lagi ponsel ke dalam kantong kemeja. Tanpa berkata-kata, cowok berkulit putih itu menginjak pedal gas.

"Ih Belva, kok jalan lagi?" sungut Carol kesal. Kedongkolannya berganti bingung saat Belva tidak berbelok ke kiri, tapi malah mengambil lajur kanan. "Kok nggak belok, Va?"

Belva berdecak pelan. "Tadi lo bilang mau bolos."

"Maksudnya kan aku yang bolos, kamu nggak usah ikutan," geram Carol.

Belva mengedikkan bahu, tidak peduli dengan ceramah Carol. "Lo mau ke mana?"

Percuma adu mulut dengan patung berjalan. Yang ada cuma capek sendiri. Carol kembali memasang sabuk pengaman. "Aku nggak tanggung jawab kalau kamu kena marah lho."

Bukannya tidak berpikir ke sana. Belva jelas tahu perbuatannya hari ini pasti menambah daftar kebencian Anthony padanya. Terlambat sekolah saja sudah masuk list haram, apalagi membolos. Bisa langsung masuk neraka jahanam tanpa lewat jembatan shirothol mustaqim.

Alih-alih menanggapi Carol, Belva menghubungkan ponsel dengan pemutar musik di mobil. Lagu Maroon 5 selalu jadi pilihan utama baginya. Mumpung tidak ada Bella, dia bisa bebas memutar lagu apapun yang disuka.

Sweet Carolina ReaperWhere stories live. Discover now