🌶🍭SCR-27🍭🌶

127 27 8
                                    

Belva terpaksa harus menelan umpatan, saat kakinya menjejak lift

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Belva terpaksa harus menelan umpatan, saat kakinya menjejak lift. Di dalam sana, tepat dua langkah di depan, Carol berdiri dengan punggung menempel pada dinding lift. Kedua tangannya memeluk 3 buah map tebal di depan dada, hingga membuat tubuh mungilnya tampak sedikit menunduk. Sedetik mata mereka bersitatap. Sama-sama terkejut akan ketidaksengajaan ini.

Untungnya wajah Belva sudah ter-setting tanpa ekspresi. Jadi keterkejutannya tidak ketara. Walau sebenarnya dia galau harus bersikap bagaimana. Mau melangkah mundur rasanya memalukan, karena bukan hanya mereka berdua di dalam kotak itu. Jika Belva memaksakan diri untuk berbalik arah justru akan timbul suara sumbang.

Sehingga pilihan Belva terpaksa berdiri di baris depan setelah menyapa dua pegawai lain. Dengan memunggungi Carol, membuatnya tak harus menatap wajah gadis itu berlama-lama. Dia juga tak ingin kejadian di lobi beberapa waktu lalu terulang. Tidak bisa dipastikan apakah gadis bermulut tipis itu akan keceplosan lagi.

Turun empat lantai harusnya tidak akan ada masalah. Seharusnya tidak sampai satu menit mereka sudah tiba di lantai dasar. Sayang hari ini semesta tidak mengabulkan harapan Belva. Di lantai tiga, kedua karyawan berseragam room service keluar, meninggalkan Belva berdua dengan Carol. Belva kembali melempar mata ke arah lampu penanda lantai yang ada di samping pintu.

Di belakang, Carol mengetuk-ngetuk ujung sepatu ke lantai lift. Menghasilkan satu-satunya suara di ruang sempit itu. Gugup, sudah jelas. Kesalahannya beberapa waktu lalu sampai sekarang masih menyisakan malu dan sungkan pada Belva.

Kali ini Carol hanya berharap tidak ada kejadian ala sinetron yang biasa Yanti tonton. Seingatnya selama ia bekerja di GWS belum pernah ada cerita tentang lift yang mati mendadak. Karena hotel mereka memiliki sistem perlistrikan yang canggih.

Begitu listrik dari pusat mati, maka generator otomatis menggantikan. Lagipula secara berkala seluruh fasilitas GWS dilakukan perawatan lengkap. Jadi Carol bisa bernapas lega. Maksimal dalam waktu sepuluh detik dia sudah sampai di lantai satu. Saat Belva keluar dari lift, Carol pun bisa lanjut ke basement.

Entah Belva harus menyalahkan siapa. Rasanya semalam dia tidak bermimpi aneh-aneh. Pun sedari pagi dia belum bersikap buruk ke orang lain hingga harus mendapat karma. Terlalu berlebihan jika dikatakan semesta mendukung. Mungkin lebih tepat disebut drama yang berlebihan. Karena seharusnya lift langsung turun ke lantai satu. Namun, justru terhenti di lantai dua. Jari Belva rasanya gatal ingin menutup lagi pintu yang baru terbuka satu centi.

"Selamat siang, Pak Belva," sapa salah satu karyawan yang berada di depan pintu lift. "Maaf, Bapak, apa kami bisa ikut masuk?"

Belva mengamati kedua pegawai di depannya yang sedang mendorong 2 buah lemari besi setinggi satu setengah meter. Sepertinya orang dari bagian purchasing.

"Maaf, Bapak, lift barang baru ada sedikit perbaikan," jelas salah satu karyawan saat mencoba untuk memasukkan lemari. "Padahal ini harus dipindahkan ke bawah."

Sweet Carolina ReaperWhere stories live. Discover now