🌶️🍭SCR-34🍭🌶️

221 31 23
                                    

"Keponakan?" Belva masih saja bermonolog, bahkan setelah kedua sahabatnya pergi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Keponakan?" Belva masih saja bermonolog, bahkan setelah kedua sahabatnya pergi.

Jadi ... anak yang dari kemarin dia sebut itu bukan anak di luar nikah Carol? Tapi keponakannya. Benar begitu? batin Belva bergejolak. Informasi yang baru ia dapat benar-benar membuatnya tertohok.

Berarti pikiran gue salah? Belva memijat pangkal hidung. Mendadak kepalanya berdenyut. Entah karena semalam kurang tidur, belum sarapan, atau memikirkan kesalahan yang tanpa sengaja sudah ia perbuat.

Perlu effort luar biasa bagi Belva untuk angkat kaki dari lobi. Pasalnya ia harus melewati meja resepsionis, yang mana pasti ada Carol di sana. Jika tadi dia malas melihat Carol karena muak dengan perilaku gadis itu, yang ternyata hanya kesalahpahamannya. Saat ini Belva merasa bersalah dan malu.

Kalau boleh disebut beruntung, maka saat ini Belva sedang diberi keistimewaan. Tepat saat ia berbalik untuk kembali ke ruangannya, ada beberapa tamu yang berada di meja resepsionis. Sehingga Belva tidak perlu menghindar jika sewaktu-waktu berpapasan dengan Carol.

Jika dipikirkan lagi, sikapnya semalam dan tadi sungguh keterlaluan. Wajar kalau Cristal dan Bella marah. Wajar juga kalau Carol membencinya. Jangankan mereka, saat ini saja Belva mulai mengutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa otaknya semalam mengalami konsleting sampai berpikir di luar nalar.

"Pak Belva." Marsya mengejar Belva menuju ruangannya.

Tanpa mengurangi kecepatan dan tidak bersusah payah untuk menoleh, Belva melanjutkan langkah. Kalaupun ada hal penting yang Marsya ingin bicarakan, nanti bisa dibahas di ruangan. Belva sudah cukup bersabar dengan sikap Marsya. Hingga membuat berbagai gosip yang berhubungan dengan Belva merebak. Kalau saat ini dia meladeni lagi, tentu berpasang-pasang mata akan dengan suka cita menyebarkan berita miring lagi.

"Hei, what's wrong? Dari tadi aku panggil nggak noleh," ucap Marsya begitu mereka berada dalam ruangan Belva.

Belva menyampirkan jas ke punggung kursi. Lalu mendudukkan diri di kursinya. "Ada laporan yang perlu saya tanda tangani?"

"Memangnya aku nggak boleh ke sini kalau bukan urusan kerjaan?" Marsya mengerling sambil memamerkan deretan gigi putih, bersih, dan rapi.

"Kalau tidak ada hal penting, tolong keluar dari ruangan saya." Belva menatap tajam wanita yang kini tengah berdiri di samping meja. "Sekarang!"

Marsya mengerjap beberapa kali. Tidak menyangka respon yang diberikan Belva akan sedingin ini. Namun, bukan Marsya namanya kalau tidak bisa mengubah raut muka dengan cepat. Keterkejutannya langsung berubah menjadi senyum. Dibelai-belainya lengan kanan Belva.

"Kamu baru ada masalah, ya?"

Belva menepis tangan Marsya dengan kasar. "Kamu tidak paham dengan bahasa manusia?" desis Belva. Pelan, tapi cukup membuat nyali Marsya menciut.

Sweet Carolina ReaperWhere stories live. Discover now