🌶🍭SCR-25🍭🌶

153 28 12
                                    

Percakapan dengan Suprapto dan Yanti siang tadi cukup membekas di pikiran Carol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Percakapan dengan Suprapto dan Yanti siang tadi cukup membekas di pikiran Carol. Dia tidak yakin perkenalan dengan lelaki itu tanpa ada lanjutannya. Bukankah tujuannya agar Carol dekat dengan cowok itu. Pasti dari pihak Slamet atau Yanti akan melakukan berbagai cara supaya Carol cocok. Pada akhirnya Carol terjebak pada kata 'ya udah deh'. Iya 'kan?

"Lo kenapa sih? Gue perhatiin lo ngelamun terus. Lo masih kepikiran soal kemarin, ya?" Kirana memutar kursi ke arah Carol. Baru masuk sekitar satu jam, tapi dia sudah menghitung puluhan kali Carol menghela napas panjang.

"Bukannya kemarin lo bilang udah nggak ada masalah, ya? Tadi pagi si Adit juga udah cabut kok. Gue yang ngurus cek out mereka. Kemarin tuh lo baru apes, karena istrinya Adit memang cemburuannya nggak karuan. Tadi aja si Nia juga kena semprot. Cuma kemarin kebetulan Pak Belva pas lewat aja, jadi lo kena panggil."

Carol mendengkus kesal. "Udah aku duga. Itu orang memang nggak jelas. Kamu tahu sendiri kan, Ran, mana pernah aku genit-genit sama tamu. Ogah banget aku godain laki orang. Mending yang single aja kan, ya." Carol masih belum bisa memaafkan tuduhan Belva yang menyebutnya genit.

"Makanya, lo nggak usah mikirin lagi. Lagian lo juga sih, ngapa nggak bilang ke Pak Firman sama Pak Belva kalau Nia yang manas-manasin istrinya Adit sih?"

Carol menggeleng. "Buat apa? Ntar aku dikira fitnah. Mereka kan nggak lihat langsung gimana si Nia. Aku juga yakin istrinya Adit nggak cerita soal Nia. Aku nggak ada bukti."

Kirana menyobek ujung kertas catatan, menggulungnya, lalu melempar ke sembarang arah dengan wajah kesal. "Memang ya, orang satu itu tukang cari masalah. Tadi gue kerjain tuh bocah. Nia boleh semena-mena sama lo karena dia ngerasa senior. Tapi, dia nggak bakal bisa ngelawan gue."

Carol tertawa pelan mengingat hubungan spesial Nia dengan Kirana. "Memangnya kamu apain?"

"Gue kasih semua kerjaan hari ini ke dia." Hari ini giliran Kirana yang masuk dua shift sekaligus.

Sebelah alis Carol terangkat. Dia tidak percaya Nia mau melakukan perintah Kirana. "Memangnya dia mau?"

"Mau lah! Kalau nolak, bakal gue laporin ke Bang Sultan. Biar diputusin sama abang gue. Kan lo tahu, selama ini yang ngejar-ngejar si Nia. Abang gue mah biasa aja. Putus juga nggak masalah."

"Kamu itu jahilnya. Perasaan orang jangan dibikin mainan, Ran." Carol tidak habis pikir dengan kelakuan temannya ini. Lucu sih, sekali-sekali Nia memang butuh dikasih pelajaran.

"Emang gue pikirin. Dia dulu kan yang mulai bikin masalah sama lo. Makanya lo nggak usah galau-galau lagi. Malam ini kita happy-happy di sini." Kirana mendekatkan tubuh ke Carol demi bisa berbisik, "Hari ini tamu nggak banyak. Jadi kita bisa ngedrakor."

Bola mata Carol mendadak bersinar. Masalah perjodohan yang tadinya jadi momok, otomatis tergantikan dengan antusiasme untuk menonton para oppa tampan.

"Kamu punya film apa?"

Sweet Carolina ReaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang