E M P A T

30.8K 4.2K 225
                                    

Arsenio keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos polos berwarna putih dan celana pendek berwarna hitam jangan lupakan handuk putih yang melingkar di lehernya serta rambutnya yang masih basah menandakan ia habis mandi.

Matanya melirik jam di atas nakas yang sudah menunjukkan waktu makan malam, ia mengambil handuk yang melingkar di lehernya lalu ia taruh di gantungan handuk.

Dengan rambut yang masih basah dan acak-acakan Arsenio keluar dari kamarnya bertepatan dengan Bi Narsi yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya dengan tangan terangkat ke udara.

"Ngapain bi itu tangannya?" Tanya Arsenio sambil menutup pintu kamarnya.

"Itu den, tadi mau ngasih tau kalo makan malam udah siap," ucap Bi Narsi sambil menurunkan tangannya.

Arsenio mengangguk lalu berjalan menuju ruang makan diikuti oleh Bi Narsi di belakangnya.

"Bi, jalannya di samping Nio aja!" Perintah Arsenio yang belum terbiasa melihat orang yang lebih tua berjalan di belakangnya.

"Gakpapa den, aden duluan aja." Tolak Bi Narsi membuat Arsenio menatap tajam yang tak terima perintahnya ditolak.

"Baik den." Bi Narsi pun segera berjalan di samping Arsenio dengan kepala menunduk.

Mereka berdua berjalan menuju tangga untuk ke lantai bawah. Tak membutuhkan waktu kini mereka sudah berada di ruang makan, Arsenio menatap meja makan yang sudah terisi penuh menyisakan satu kursi yang berada di pojok kanan di samping kursi Aksa.

Tanpa mengatakan apapun Arsenio segera berjalan menuju kursinya dan duduk dalam diam.

Untuk pertama kalinya ia melihat daddy Nio dan ibu tirinya, Anthony Bagaskara pria berumur 45 tahun namun memiliki tubuh yang masih bugar dan proposional. Apalagi didukung dengan wajah yang tampan dan garis rahang yang tegas membuat pria pemegang perusahaan Bagaskara itu pasti diminati oleh para wanita diluar sana.

Ratna Anggraeni, wanita berumur 40 tahun itu juga memiliki paras yang tak main-main dengan wajah yang ayu menggunakan riasan tipis dan pakaian sederhana yang ia kenakan. Pasti orang-orang akan mengatakan betapa serasinya mereka.

Ia menatap orang yang sedari tadi diam dengan menampilkan raut datar, ia tahu siapa dia. Delkana Setya Bagaskara atau biasa dipanggil bang Setya oleh Nio, kakak sulung dari Nio yang selalu diam dan datar meski bersama Cello sekalipun. Menurut ingatannya pun Nio tak pernah dekat dengan Setya karena Nio yang selalu segan melihat wajah Setya yang datar seperti tak tersentuh.

Setelah merasa semua telah berada di meja makan mereka pun memulai makan malam mereka namun berbeda dengan Arsenio yang masih bergeming di kursinya.

Matanya menatap meja makan yang penuh dengan masakan yang tak pernah Arsenio jumpai di kehidupan yang dulu, bahkan untuk makan saja ia harus berbagi dengan teman-teman panti yang lain.

Namun mengingat ini bukan tubuh miliknya dan ingatan yang ia miliki membuatnya marah.

Sret.

Arsenio berdiri dari duduknya membuat yang lainnya mengangkat kepalanya menatapnya.

Tanpa mengatakan apapun ia berbalik lalu pergi dari ruang makan membuat sang kepala keluarga marah.

"ARSENIO!!" Panggil sang kepala keluarga dengan nada marah.

Arsenio memejamkan matanya sejenak lalu berbalik menatap sang daddy, dapat ia lihat Daddy Nio menatapnya marah dengan rahang mengeras.

"Apa-apan kamu! Semakin lama kamu semakin ngelunjak! Kamu gak ngehargain Ratna yang udah susah-susah masakin makan malam tapi kamu malah main tinggal aja?!" Bentak Anthony membuat Ratna mengelus lengan suaminya menenangkannya.

ARSENIOWhere stories live. Discover now