T I G A E M P A T

18K 2.7K 788
                                    

Arsenio berjalan keluar dari kamar mandi sambil merapikan atasan seragamnya, dia baru selesai membuang air kecil.

Arsenio melangkahkan kakinya menelusuri koridor yang sepi karena para siswa masih mengikuti pelajaran. Arsenio menghentikan langkahnya ketika melihat Cello yang berdiri tak jauh darinya.

Cello yang merasakan ada orang yang menatapnya pun mengangkat wajahnya dan netranya bertatapan dengan Arsenio.

"Hai kak!" Sapa Cello dengan senyum manis membuat Arsenio memutar bola matanya malas.

"Di sini gak ada orang lain selain kita, gak usah sok baik lo sama gue!" ucap Arsenio dengan berani membuat senyum manis Cello pudar berganti dengan pandangan merendahkan.

"Gue juga muak sok baik sama lo, kenapa lo gak mati aja waktu itu?" Tanya Cello dengan nada benci yang begitu ketara.

Arsenio yang mendengar hal itu menjadi emosi namun dia harus tahan, dia tak ingin emosinya terpancing begitu saja.

"Gara-gara ulah lo! Gue gak menang lomba kemarin, harusnya yang dapet itu gue bukan lo, njing!" ucap Cello dengan nada marah terlihat jelas jika dia emosi.

"Itu tandanya gue lebih pinter dari lo," balas Arsenio dengan nada kalem.

"Bangsat! Kenapa lo berubah hah! Mana Nio yang sering nyiksa gue, mana Nio yang gampang emosian itu," teriak Cello marah.

"Kenapa? Lo takut satu persatu yang lo punya bakal gue rebut hm?" Tanya balik Arsenio dengan nada main-main.

"Lo gak bakal bisa lakuin hal itu," balas Cello berani.

Tentu saja Arsenio bisa melakukan hal itu karena dia bukan Nio dia adalah Arsen, jiwa lain yang memasuki tubuh Nio.

"Lo gak kenal siapa gue, Cell! Gue bisa lakuin apa yang gue mau, termasuk gue bisa rebut si kembar dan Daddy dari lo!" Balas Arsenio untuk memancing emosi Cello.

"Lo gak akan bisa!" Balas cepat Cello yang terpancing emosinya.

"Gue bisa! Gue saudara dan anak kandung mereka, sedangkan lo? Cuma anak pungut yang bisa aja dibuang kapanpun itu setelah lo gak dibutuhin!" ucap Arsenio sambil tersenyum miring.

"Lo tau kan darah lebih kental dari pada air, apalagi gue bukan Nio yang dulu sekarang gue udah pinter dan gue bisa ngalahin lo! Dan pelan-pelan gue bakal ganti posisi lo dan ngusir lo dari kediaman Bagaskara!" seperti apa yang lo lakuin sama mendiang Nio, Tambah Arsenio dalam hati.

Cello mengepalkan kedua tangannya yang berada di sisi tubuhnya, wajahnya merah padam memikirkan apa yang akan terjadi jika ucapan Arsenio menjadi kenyataan.

"GAK! GAK! ITU GAK AKAN MUNGKIN TERJADI!" Teriak Cello sambil menggelengkan kepalanya dengan kencang.

"ITU BAKAL TERJADI!" Balas Arsenio dengan teriakan.

"Lo lupa! Sekarang orang-orang mulai muji gue dan lupa sama kehadiran lo," tambah Arsenio.

Cello maju mencengkram kerah baju Arsenio, tak ada lagi raut menggemaskan hanya ada wajah yang memerah karena amarah.

"Kenapa lo jadi kayak gini ha! Susah payah gue akting di depan mereka supaya mereka suka sama gue dan lupa sama anak kayak lo! Tapi apa ini malah sia-sia," ujar Cello.

Arsenio melepaskan cengkraman Cello lalu merapikan kerah bajunya.

"Karena gue gak bakal biarin lo menang," balas Arsenio tenang.

Cello terkekeh pelan namun lama-lama kekehan itu menjadi menyeramkan membuat Arsenio menjadi was-was.

"Menang? Gue gak bakal biarin lo menang!" Balas Cello lalu berlari membuat Arsenio yang melihat itu reflek mengejarnya.

ARSENIOWhere stories live. Discover now