D U A D E L A P A N

21.3K 3.6K 1.1K
                                    

Setelah melalui dua babak penyisihan disinilah Arsenio, dan kedua temannya Rehan dan Serra berada, duduk di bangku peserta lomba sembari menunggu mc memanggil dua kelompok yang melaju ke babak final.

Mata Arsenio melirik ke arah Serra dan Rehan yang sedari tadi diam saja setelah mendengar jika kelompoknya akan melaju ke final bersama kelompok Cello.

"Lo berdua kenapa diem aja?" Tanya Arsenio dengan dahi terlipat.

Serra menoleh ke arah Arsenio lalu mengangkat kedua tangannya menyentuh dadanya, "Gue seneng, gugup, takut, khawatir, deg-degan, campur-campur deh! Gue gak nyangka kita bisa sampe ke titik ini."

"Gue juga sama, gue masih inget tahun kemarin kalo ada lomba kayak gini kita sekelas kan gak ada yang berangkat. Tapi di tahun ini gak disangka malah kita ikut terus dapet juara lagi, ini aja kita pasti udah dapet juara 1 kalo gak 2! Nyokap bokap gue pasti bangga." Balas Rehan sambil menyenderkan tubuhnya ke sandaran bangku.

Arsenio tersenyum kecil, hatinya menghangat bisa melihat teman-teman Nio kini telah berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dirinya ikut senang melihat mereka bisa membuktikan kalo diri mereka mampu.

Seorang guru yang menjadi mc berjalan menuju panggung.

"Selamat siang semuanya! Seperti yang sudah kalian semua tahu, saat ini kita akan menyaksikan perlombaan yang sudah ditunggu-tunggu oleh kita semua. Babak Final Lomba Cerdas Cermat Campuran!!" ucap Pak Samsudin dengan semangat.

Para siswa dan siswi yang mendengar hal itu pun bertepuk tangan heboh terlebih kelas XI MIPA 6, kelas milik Arsenio.

Senyum Pak Samsudin tersungging lebar, "Mari kita sambut kelompok pertama kita, kelompok yang diketuai oleh Cello!! X MIPA 1!"

Suara tepukan menyambut kelompok Cello yang menaiki panggung, Cello yang berada di tengah pun tersenyum manis sambil melambaikan tangannya pada teman-temannya dan kakak-kakaknya yang mendukungnya.

Pak Samsudin mempersilakan kelompok Cello untuk duduk di bangku dan meja yang berada di sebelah kiri.

"Wah, bagaimana nih kabarnya nak Cello?" Tanya Pak Samsudin.

"Baik pak," ucap Cello sopan.

Pak Samsudin mengangguk, "Gimana persiapannya buat babak final ini? Pasti kamu yakin ya buat ngalahin lawan kan kamu biasanya menang olimpiade."

Cello hanya tersenyum menanggapi ucapan Pak Samsudin.

"Okay, sekarang kita panggil kelompok yang melaju ke babak final ini sekaligus lawan dari X MIPA 1, kelompok yang tak disangka-sangka bakal lolos. Kita sambut kelompok dari XI MIPA 6! Mana tepuk tangannya semua!"

Arsenio merapikan dasi miliknya, "Ini saatnya, gaes!"

Rehan dan Serra mengangguk, mereka berdua pun berdiri diikuti oleh Arsenio.

Terdengar tepukan yang begitu heboh dari teman-temannya meski tak terdengar tepukan dari siswa lain namun itu bukan masalah buat Arsenio.

Arsenio menatap sekilas ke arah Cello yang juga menatap ke arahnya dengan tersenyum manis. Hari ini adalah penentuannya, apakah dia ataukah Cello yang akan menang.

Arsenio, Serra, dan Rehan berjalan menaiki tangga ke atas panggung.

Pak Samsudin yang melihat ketiganya tersenyum lalu mempersilakan ketiganya untuk duduk di kursi yang tersedia.

Pak Samsudin berjalan mendekat ke arah mereka, "Udah siap lawan pemenang olimpiade kalian?"

Rehan yang mendengar ucapan Pak Samsudin yang seperti meremehkan pun merasa tak suka, hatinya semakin ingin dia menang untuk membungkam mulut semua orang di sini.

ARSENIOWhere stories live. Discover now