E N A M

29.4K 4K 447
                                    

"Siapa lo sebenernya?"

"Lo tahu gue siapa?" Tanya balik Arsenio dengan was-was.

Brak.

Bintang memukul meja di depannya membuat sate yang baru dimakannya satu tusuk itu terjatuh ke bawah. Namun Arsenio hiraukan karena ia masih menatap Bintang dengan pandang waspada.

Tangan Bintang terangkat dengan jari telunjuk menunjuk Arsenio, "Lo demit kan?! Lo mesti kerasukan setan miskin! Gak mungkin banget seorang Adhyastha Arsenio makan di tempat kayak gini!"

Teriakan Bintang membuat semua pengunjung menatap ke arah mereka dengan aneh namun berbeda dengan Arsenio yang diam-diam mengelus dada, ternyata orang di depannya tak mengetahui yang sebenarnya. Ia menatap satenya yang sudah tak layak makan lalu berdiri.

"Demit mata lo buta! Liat tuh sate gue baru diincip malah jatuh!" Tunjuknya setelah sadar Bintang tak mengenalnya sambil marah-marah tak terima.

"Kok gue yang disalahin!" Balas Bintang tak mau disalahkan.

Sudah dua kali ia ingin makan malam dan gak jadi, kenapa orang-orang di sekitar Nio tak membiarkan dia makan dengan tenang dan kenyang.

"Bangsat lo! Awas aja kalo gue ketemu lo lagi, abis lo entar!" Ancam Arsenio lalu pergi dari kedai itu.

"Dek! Belum bayar!" Teriak mas penjual sate membuat Arsenio menoleh.

"Tu orang yang bayar bang!" Teriaknya kembali lalu segera mengambil sepedanya dan kabur dari sana meninggalkan Bintang yang terlihat kesal dan juga sedikit syok.

"Dia beneran gak kerasukan ya? Tapi dia berbeda."

***

Arsenio mengayuh sepedanya dengan kesal, bangsat sekali orang yang bernama Bintang itu. Gara-gara dia, kini ia harus mencari makan malam lagi.

Netranya menangkap gerobak nasi goreng yang terlihat sedikit ramai di depan sana membuatnya sedikit keroncongan memikirkan betapa enaknya makan nasi goreng malam-malam begini.

"Gak makan sate, nasi goreng pun bolehlah." lirihnya lalu mengayuh sepedanya ke arah gerobak itu.

Ia menurunkan standar sepeda lalu berjalan mendekati abang penjual, melihat tempat duduk yang sudah penuh ia berniat membawa pulang saja "Bang nasi goreng satu dibungkus ya!"

"Siap mas ditunggu ya," balas abang itu.

Arsenio mengangguk lalu kembali ke tempat ia menaruh sepeda lalu duduk di jok sepeda. Ia memainkan ponsel Nio untuk melihat-lihat dan mencari tahu.

"Gila nih si Nio, dia gak ada temen atau gimana. Masa isi pesannya cuma abang kembar sama Daddynya aja, mana gak dibaca lagi tapi kok dia gak pernah ngechat abang pertamanya ya," ucapnya menggelengkan kepalanya tak percaya dengan tangannya masih menggulirkan isi percakapan Nio pada Anton dan si kembar.

Aplikasi percakapan itu hanya berisi grup kelas, grup angkatan dan keluarganya. Setelah itu ia beralih ke aplikasi instagram, matanya bergulir melihat postingan Nio yang menurutnya terlalu alay, ada enam belas postingan dan ia akui pengikutnya lumayan banyak. Dengan cepat ia menghapus semua postingan yang menurutnya alay dan menyisakan tiga foto Nio yang menurutnya lebih mendingan, ia sebenarnya tak suka membuka sosial media jadi ia membiarkan tiga foto milik Nio sebagai kenang-kenangan karena ia mungkin tak bermain instagram lagi.

"Mas! Nasi gorengnya udah jadi!" Teriak abang penjual membuat Arsenio menoleh lalu mengangguk, ia memasukkan ponselnya lalu turun dari sepedanya.

"Berapa bang?" Tanyanya mengambil nasi goreng yang diulurkan.

ARSENIOWhere stories live. Discover now