T I G A T I G A

19K 2.8K 462
                                    

Motor yang dikendarai Hero telah memasuki gerbang sekolah, Hero mengendarai motornya hingga sampai di tempat parkiran.

Arsenio turun dari motor lalu melepaskan helmnya dan dia taruh di jok belakang. Tangannya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena memakai helm. Hero juga melepaskan helm miliknya dan turun dari motor.

"Bang, mau bareng?" Tanya Arsenio yang langsung diangguki oleh Hero.

Mereka berdua berjalan memasuki lobi sekolah membuat siswa siswi yang melihat keduanya berjalan beriringan merasa terpesona, apalagi paras keduanya yang tak main-main. Terlebih memperhatikan Arsenio yang kemarin menyabet juara umum dan membantu teman-temannya belajar hingga memperoleh juara.

Kini tak ada yang mencaci maki Arsenio karena sikapnya yang selalu mencelakakan Cello dan berbuat semena-mena yang ada hanya pujian yang terlontar di mulut mereka terhadap Arsenio.

Seperti biasa Arsenio menghiraukan segala omongan orang-orang yang membicarakan tentang dirinya, dia hanya berjalan dengan pandangan ke depan dan sesekali mengatakan sesuatu pada Hero.

Kelas Hero dan Arsenio berbeda lantai, mereka hanya bersama sampai di lift lalu Arsenio keluar terlebih dahulu.

Arsenio berjalan menuju kelasnya, sesampainya di depan kelas kerutan terlihat jelas di dahinya kala melihat pintu kelas masih tertutup rapat.

Tangan kanan Arsenio terulur memegang kenop pintu lalu memutarnya pelan dan mendorongnya hingga pintu terbuka sepenuhnya.

Matanya melotot ketika melihat kelas masih kosong melompong seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Dia mengambil ponselnya dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06.50.

"Perasaan gue gak berangkat pagi-pagi amat," ucap Arsenio pada dirinya sendiri.

Melihat kelas kosong seperti ini malah mengingatkannya pada hari pertama saat dia sekolah, apakah teman-temannya setelah mendapatkan piala mereka langsung tak berangkat?

Arsenio mengendikkan bahunya lalu berjalan menuju kursinya namun baru dia berjalan di depan kelas tiba-tiba dia dikagetkan dengan teman-temannya yang bersembunyi di belakang meja dan kursi belakang.

"SURPRISE!" Teriak mereka bersama-sama.

Serra dan Siska membawa banner yang bertuliskan 'TERIMA KASIH ARSEN' lalu di di sampingnya berdiri teman-temannya yang lain membawa piala kemarin, buket bunga, buket makanan, bahkan buket uang juga.

Bimo dan Surya yang berada di paling kanan dan kiri memutar confetti yang dia pegang hingga kertas-kertas bertebaran.

"Terima kasih Arsen!" ucap mereka bersama-sama.

Arsenio menutup matanya kaget melihat surprise yang diberikan teman-temannya, dia tak menyangka mereka akan repot-repot melakukan hal seperti ini.

Mereka merasa senang melihat reaksi Arsenio, mereka berjalan ke arah Arsenio.

Serra memakaikan mahkota di atas kepala Arsenio lalu Rehan memakaikan selempang yang bertuliskan 'Guru Terbaik XI MIPA 6'.

Yang lainnya pun segera memberikan buket-buket yang mereka bawa pada Arsenio.

"Fotoin gue sama casu dong!" ucap Serra sambil menyerahkan ponselnya pada Rehan.

"Casu?" Beo Rehan.

"Calon suami, gitu aja gak tau! Cepetan fotoin," balas Serra seraya berdiri di dekat Arsenio sambil menggandeng lengan Arsenio.

"Casu matamu, minggir!" Usir Surya menggeret tubuh Serra menjauh dari tubuh Arsenio.

"Mantep Sur, kasian itu Arsen kena virus gatelnya Serra," ucap Bimo.

ARSENIOWhere stories live. Discover now