12

418 69 16
                                    

Boleh gak, pas di ending part ini lagunya kalian dengar?

Udah ada terjemahannya juga.

Semoga ada yang mau dengar, amin.



.      .      .



Tak perlu penjelasan lebih panjang, Hoseok berlari menjauhi tempat lomba. Semua menatapnya kebingungan. Namun seorang yang tidak tinggal diam, menghampiri sang panitia yang tadi berbicara pada Hoseok.

Yoongi menggeleng tak percaya. Ia membeku. Kakinya sulit bergerak. Jiwoo ... meninggal? Namun dengan cepat kesadarannya segera terkumpul.

Ia menyusul Hoseok pergi ke rumah sakit.

.    .    .

Yoongi berlari di tengah koridor rumah sakit. Ia tidak peduli dengan derap kakinya yang mengundang keributan. Di depan pintu ruangan Jiwoo dia kembali terperangah.

Ia melihat Hoseok menangis seraya berteriak menolak adiknya disentuh para petugas medis. Hoseok mendekap kepala Jiwoo erat di dadanya.

"Jiwoo masih dengar kakak, kan? Ayo, bangun. Kakak gak ijinkan Jiwoo pergi. Ayo, cantiknya kakak bangun," lirihnya lemah. Yang pasti semua mendengar kepedihan Hoseok.

"Jiwoo-ya," panggilnya halus. Dokter dan beberapa perawat hanya mampu terdiam. Yoongi perlahan masuk. Dirinya juga tak sanggup menahan tangis.

"Yoongi, Jiwoo belum pergi, kan? Kita akan bawa dia pergi kemana lagi? Yoon, kita akan bawa Jiwoo pergi bersama lagi, kan?" Yoongi diam seribu bahasa. Dia justru memeluk Hoseok yang juga melakukan hal sama pada Jiwoo.

"Seok, kasih Jiwoo pergi, ya." Hoseok tampak terdiam lama. Mendengar suara Yoongi membuatnya tersadar. Ya, adiknya memang sudah pergi. Namun enggan hatinya melepas Jiwoo.

Ia masih ingin memeluknya lebih lama. Terakhir kali. Iya, terakhir. Ia tidak mendapatkan balasan pelukan lagi. Mendengar deru napas dan detak jantung Jiwoo saat berada dalam dekapannya.

Adiknya sudah memilih menyerah. Hoseok melepas pelukannya. Menatap wajah beku sang adik. Cantik, gumamnya.

"Jiwoo paling cantik," tambahnya. Hoseok mengelus sayang wajah Jiwoo. Membubuhkan kecupan di keningnya. Untuk terakhir kali.

.      .      .

Hoseok menggenggam surat itu erat. Entah itu akan membuatnya hancur atau tidak. Pandangan kosongnya kini terarah pada peti kayu yang akan mulai dikremasi.

Ia tidak mampu merasakan apapun sekarang. Bahkan genggaman tangan Yoongi tidak membuatnya berkutik. Seluruh teman Hoseok hanya mampu memandang Hoseok yang kini bak mayat hidup.

Jimin bahkan membiarkan Yoongi bersama Hoseok untuk menguatkannya. Jimin tidak pernah mengira Hoseok menyimpan hal ini. Adiknya yang sakit, sementara yang Jimin tau hanya sekedar Hoseok punya adik. Hanya itu.

Pakaian dan suasana hitam memenuhi seluruh pandangan. Hoseok hanya mampu berdiri mematung memandang dari balik ruangan kaca yang melakukan kremasi.

Setelah membaca surat yang ditinggalkan Jiwoo padanya, dia justru membalas surat itu. Ia menyelipkannya pada baju Jiwoo. Yang dia tau itu akan ikut terbakar dan pergi dibawa oleh adiknya.

'Jiwoo bawa pergi hati kakak. Tidak apa-apa. Nanti kita bertemu lagi, jangan pernah menyesal jadi adikku. Kakak sayang Jiwoo. Pake banget.'

.     .     .

Hoseok masih dituntun oleh teman-temannya. Ia berhenti saat menangkap sosok bajingan dalam hidupnya dan Jiwoo.

Can't Take My Eyes Off YouHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin