13

592 86 13
                                    

.

.

.

Hoseok menatap datar ruangan yang kini sudah dipenuhi dengan barang-barangnya itu.

Baik ruang tengah yang kini ditempati teman-temannya yang melepaskan lelah setelah beres-beres. Seakan kembali ke dunia nyata, dia menyadari suatu hal.

"Maaf sudah merepotkan kalian. Terima kasih banyak sudah membantu," ujarnya sambil membungkuk.

"Eh?! Kok gitu, Seok? Lagian kita bukan orang asing, lho," bantah Seokjin yang merasa tak enak melihat temannya itu membungkuk hormat. Yoongi dari kejauhan hanya menatap iba.

Tidak berterima kasih pun rasanya tak mengapa. Hoseok masih tampak kehilangan sekali. Yoongi sedikit mengkhawatirkan keadaan Hoseok setelah ini. Ia sedikit ragu membiarkannya tinggal sendirian setelah kejadian yang sangat membuatnya terpukul.

"Ayo, makan kue berasnya. Nanti mendingin, nih," sela Jungkook sambil meraih kotak kue beras yang diberi oleh ibu Seokjin tadi. Hoseok tersenyum tipis. Setidaknya melihat temannya saat ini sedikit mengisi kekosongan.

.    .    .

"Di lemari ada stok makanan. Masak bila kau lapar lagi. Di kulkas juga ada bahan makanan beku. Kau hanya tinggal memanaskan. Jangan begadang, kau harus istirahat. Jangan--"

"Ya, ya, ya. Aku tau Yoongi. Kau boleh pulang sekarang." Hoseok membawa Yoongi sampai di depan pintu. Menatapnya sebentar lalu tersenyum kecil. Seakan meyakinkan kalau dia baik-baik saja.

Namun tidak dengan Yoongi. Justru dia khawatir. Mudah saja bagi seseorang untuk memanipulasi keadaan dirinya, bukan?

"Hubungi aku bila ada sesuatu," pesannya terakhir kali dan dibalas oleh anggukan Hoseok.

Malam ini Hoseok sudah sendirian sepenuhnya. Ia duduk di kursi ruang tengah. Memeluk kakinya yang dia tekuk. Mencoba mengingat bagaimana ayahnya mencoba membawa Hoseok kembali ke Gwangju. Begitu juga ibunya yang berjanji akan membawanya ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan di sana.

Hoseok sudah pasti bersikeras tidak ingin kemanapun, terutama bila itu bersama mereka. Sekalipun dia diberi jaminan hidup yang mewah, itu tak akan bisa menggantikan momen hidupnya bersama sang adik.

Tidak ada. Justru dia ingin menyusul Jiwoo sekarang juga.

.    .    .

Yoongi sampai di rumah. Seperti biasa ia disambut dengan baik oleh pelayan rumah mereka. Hingga dia bertemu dengan sang ayah. Dia tidak bisa menahan rasa untuk memeluk ayahnya.

Setidaknya dia merasa lebih beruntung daripada Hoseok. Sekalipun ayahnya bercerai, namun yang dia tau ayahnya bahagia dengannya setiap waktu.

"Ada cerita baru?" Ujarnya menebak. Yoongi mengangguk pelan.

"Ayah ... ini juga tentang sesuatu yang ayah harus tau." Keduanya mengambil tempat yang menjadi sebuah markas ayah dan anak ini.

Yoongi duduk di samping ayahnya. Sesekali memilih ujung bajunya mengurangi rasa gugupnya. Sang ayah penuh antusias menunggu hal yang ingin dibahas putranya.

"Ini ... soal Jimin."

"Ada apa dengan Jimin? Kalian berdua baik-baik saja, 'kan?" Yoongi lagi-lagi mengangguk saja.

"Tapi Yoongi yang sedang tidak baik-baik saja. Yoongi tiba-tiba suka ... pada teman sekelas. Dia siswa pindahan. Selama ini Yoongi suka membantunya karena Yoongi penasaran dengan orangnya."

Ia menarik napas sejenak. "Yoongi tak sadar semakin suka padanya, sementara Jimin ... Yoongi ragu entah masih suka atau tidak. Yoongi jahat sekali, kan, ayah?"

Tidak bisa dipungkiri bila sang ayah cukup terkejut. Dia mengetahui putranya yang tengah memacari Jimin. Ia tidak mempermasalahkan orientasi seksual putranya. Namun dia terkejut saat tau Yoongi kini tengah menyukai orang lain.

"Ada sesuatu yang membuat dia lebih menarik dari Jimin?" Ayahnya bertanya penuh hati-hati.

"Dia berjuang untuk menghidupi diri dan adiknya yang tengah sakit keras. Orangnya terlihat cuek namun tidak seperti itu. Dia sayang sekali dengan adiknya. Dan Yoongi juga sudah dekat dengan mereka berdua."

"Dan sekarang adiknya itu sudah pergi lebih dulu meninggalkan dia. Yoongi tidak tau lagi seperti apa dia menderita. Itu membuat Yoongi berada di dekatnya. Sampai-sampai lupa kalau Jimin masih Yoongi punya."

Keduanya terdiam. Berat sekali. Ya, sungguh. Ayahnya tidak bisa menyalahkan Yoongi yang sudah penasaran dengan orang yang dia sukai tadi. Namun, hati tidak bisa ditebak. Ya, semudah itu rasanya dia berpaling. Tapi dia tidak ingin putranya seperti mantan istrinya.

Mudah berpaling tanpa beberapa pertimbangan lebih dulu. Sang ayah kini mendaratkan tangan di bahu Yoongi.

"Coba tanyakan kembali hatimu, benar mencintainya atau hanya penasaran saja. Bila kau menjatuhkan pilihan, entah siapapun pilihan Yoongi pastikan tidak menyakiti siapapun."

"Ayah pernah baca. Katanya jika kau sudah jatuh cinta pada orang kedua, kau lebih baik memilihnya. Karena kalau kau sungguh mencintai orang pertama, tidak akan mudah untukmu mencari orang kedua."

Sang ayah berlalu membiarkan Yoongi merenung. Seperti yang Hoseok bilang sebelumnya, jika memang tempat berlabuh Yoongi adalah Jimin, pasti dia akan kembali pada Jimin juga.

Namun dia melabuhkan hatinya pada Hoseok. Yang justru dia sedang cari kesempatan untuk mendapatkan hati Hoseok juga.

.    .    .

Yoongi memasuki kelas dengan tampilan percaya diri dari biasanya. Dia tak sabar ingin bertemu Hoseok. Sehari tak berjumpa saja sudah membuatnya rindu. Sepertinya Yoongi sungguhan jatuh cinta lagi.

Namun sampai les pertama jam pelajaran dimulai, Hoseok tidak terlihat. Ketua kelas mengabarkan kalau Hoseok dianggap absen. Apa Hoseok berada di studio?

Jam istirahat dia sempatkan melihat ke studio musik dan studio dance. Tidak ada. Yoongi semakin tidak karuan. Dia ingin menyusul ke apartemen Hoseok. Namun jam sekolah belum berakhir.

Sepulang sekolah dia kembali bertanya pada temannya yang lain apa mereka melihat keberadaan Hoseok. Jawaban sama, tidak sama sekali. Yoongi mencoba menghubunginya namun jawaban dari seberang memberi tau bila ponsel Hoseok mati.

'Dimana dia sebenarnya?' pikirnya di tengah perjalanan menuju apartemen Hoseok. Sesampainya di sana dia memencet bel kamar Hoseok berkali-kali.

Ia mencoba memasukkan pin yang kemarin dia buat. Dia belum merubah PINnya. Ia memburu masuk dan menemukan ruangan itu kosong.

Yoongi menyusuri mulai dari ruang tengah, kamar, dapur hingga kamar mandi. Tidak ada. Yoongi mencoba memutar otak, mengira-ngira dimana dia sekarang.

Yoongi putuskan menanya tetangga sebelah.

"Tadi pagi dia keluar mengenakan seragam sekolahnya. Kupikir dia pergi berangkat sekolah."

Di tengah berpikir keras, muncul Taehyung dan Jungkook yang menyusul Yoongi ke apartemen Hoseok. Mendengar kabar dia tidak ada di rumah menambah rasa khawatir mereka.

"Sebenarnya apa yang sering dia lakukan bila pulang sekolah?" Celetuk Jungkook setelah mendengar jika Hoseok pergi mengenakan seragam sekolah.

Yoongi tiba-tiba tersentak. Semoga dia tidak salah kali ini. Dia sedikit mengenal lelaki itu. Mungkin itu dia.

"Kalian tutup rumahnya sekarang. Kalau ingin ikut, nyusul saja nanti. Aku harus buru-buru memastikannya."

"Kabari kami, Hyung!" Yoongi memberi tanda 'ok' dengan cepat.

'Semoga aku tidak salah.'

.

.

.

TBC

Hehehe, mana kemarin yang kena tipu sama kata The End? :')

Stay safe everyone 💜

Can't Take My Eyes Off YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang