6. Salma Kelewat PD

203 115 69
                                    

Pulang sekolah Aryo mampir dulu ke rumah Aghni. Sambil berbincang ringan mereka sampai di rumah pukul 4 sore karena jalan-jalan terlebih dahulu.

Saat Aryo tiba di rumah Aghni, ia mengerutkan dahinya. Mengapa ada anak-anak di halaman depan rumah Aghni. Apakah rumah Aghni dijadikan panti asuhan? Tapi Aghni tidak cerita apapun mengenai ini.

Aryo menyenggol tangan Aghni. Aghni yang disenggol mengangkat sebelah alisnya. "Kok rumah lo banyak anak-anak? Atau... rumah lo jadi panti asuhan?" tanya Aryo dengan wajah serius.

Aghni yang mendengar pertanyaan itu tertawa. Aryo yang melihat gadis disampingnya tertawa menjadi heran. Apakah pertanyaannya salah atau bagaimana.

"Gue nanya serius loh, kok malah ketawa?!" gerutu Aryo dengan wajah sebal. Aghni menghentikan tawanya dan menoleh pada Aryo, "Nggak... Ibu ngajar anak-anak ngaji setiap sore makanya disini banyak anak-anak. Yuk masuk!"

Aryo manggut-manggut, "Disini aja deh. Mau liatin anak-anak ngaji biar kuping adem." ucap Aryo lalu duduk di bangku dekat anak-anak mengaji.

"Yaudah kalo gitu. Mau minum apa?"

"Mm.. seadanya aja!" Aghni menautkan jari telunjuk dan jempolnya mengisyaratkan 'oke'.

Setelah Aghni masuk kerumahnya, Aryo tersenyum saat melihat anak-anak itu bermain. Dia jadi ingat masa kecilnya bersama Kevin dulu. Aryo dan Kevin sudah bersahabat sejak mereka masih kanak-kanak. Sedangkan Jarrel, mereka berdua baru mengenal Jarrel saat MOS SMA dulu.

Aryo dan Kevin melihat Jarrel sendirian saat MOS jadi mereka berinisiatif menghampirinya dan mengajak berkenalan. Selama itu pula mereka menjadi dekat satu sama lain. Sehingga Jarrel menjadi bagian dari kedua sahabat itu.

"Eh ada nak Aryo. Tumben mampir.." Menyadari kehadiran ibu Aghni, Aryo buru-buru bangkit dan langsung menyalami punggung tangan ibu. "Iya Bu lagi pengen mampir hehe.." ucap Aryo dengan cengeran khasnya.

"Yaudah ibu tinggal ngajar dulu ya. Kamu ngobrol aja sama Aghni!" ujar ibu lalu menghampiri anak-anak. Sementara Aryo kembali duduk.

Aghni datang dengan kedua gelas berisi es jeruk lalu menaruhnya diatas meja. Kemudian Aghni duduk disamping Aryo.

"Ibu lo dibayar berapa ngajar anak-anak mengaji?" tanya Aryo fokus ke anak-anak.

Aghni menoleh pada Aryo, "Dibayar seikhlasnya."

"Kenapa nggak nentuin harga?" tanya Aryo lagi. "Ibu ikhlas kok ngajar anak-anak itu mengaji, kan pahalanya banyak." jawab Aghni tersenyum.

"Salut gue sama ibu lo, Ibunya hatinya baik pantesan nurun ke anaknya!" ucap Aryo tanpa sadar.

"Eh?"

"Mm.. Iyakan bener?" Aryo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Aghni terkekeh melihat Aryo yang canggung atas ucapannya tadi. "Yaudah itu es jeruknya diminum keburu dingin nanti."

Aryo cengo karena ucapan yang dilontarkan Aghni, "Kan es jeruk pakai es. Jadi ya emang dingin lah Aghni. Gimana sih lo?"

Aghni menepuk pelan keningnya, "Bener juga ya. Maaf maaf..." Mereka berdua tertawa karena candaan kecil Aghni. Melihat Aghni tertawa membuat hati Aryo senang karena jarang-jarang dia melihat gadis disampingnya ini tertawa.

Setelah agak lama berbincang hingga anak-anak menyelesaikan pembelajaran hari ini. Seperti biasa mereka akan menyalami Aghni.

"Kakak ganteng.. Salim?" ucap Salma menyodorkan tangannya, dia salah satu dari anak-anak itu.

Aryo mengangkat sebelah alisnya,lalu kemudian paham dengan apa yang dimaksud Salma. "Iya adek cantik.." balas Aryo.

Sementara Salma tersipu malu. Padahal dia masih kecil. Sudah malu-malu. "Aku kan emang cantik kak ganteng.."

BEDA TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang