17. Pertemuan Pertama

101 32 115
                                    

Saat semua orang berada di kantin, berbeda dengan Aghni sekarang dia sedang fokus membaca buku sejarah dunia di perpustakaan. Tidak hanya novel yang sangat dia sukai namun dia juga teramat berminat mencari tahu tentang fakta sejarah dunia. Jika kalian tanya dimana Ailee? Jawabannya sekarang dia sedang menatap Aghni kesal dan menekuk kedua tangannya di atas meja. Karena Aghni sekarang dia harus menatap banyak sekali buku di rak. Dan itu sangat membosankan.

Tadinya Aghni sudah bicara bahwa dia tidak ingin ke kantin melainkan perpustakaan. Lantaran Ailee tidak ingin ditinggalkan oleh Aghni jadi dia terpaksa mengikutinya ke perpustakaan.

"Aghni..." Ailee menatap Aghni jengah karena masih saja menatap buku tebal itu.

"Hm?" sahutnya yang masih fokus membaca tanpa melihat Ailee.

"Lo nggak bosen apa natap buku setebel itu?" ucap Ailee sambil mengetuk-ngetuk pelan meja di perpus. "Bukunya lebih cantik dari gue ya Agh?" imbuhnya.

Tanpa sadar Aghni menggangguki pertanyaan sahabatnya itu. Seketika mata Ailee membulat dengan mulut menganga.

"Astaga Aghni lo jahat banget sih sama gue. Huaaa gue bilangin Jini ntar biar lo dicakar."

Aghni terkejut dengan sikap Ailee yang tiba-tiba berubah. Dia mulai mengingat-ingat apa yang sebelumnya dia katakan hingga membuat Ailee merajuk. Tapi sama sekali Aghni tidak mengingat apapun.

"Ai, tadi aku ngomong apa emang?" tanya Aghni memegang pundak Ailee dikarenakan sekarang Ailee merajuk dan membelakangi Aghni.

Ailee berbalik badan dan mengedipkan matanya berkali-kali. "Huaaaa Aghni lo mah gitu pura-pura lupaaaa!"

Aghni menggaruk lehernya yang tidak gatal, dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa.

"Tadi lo bilang kalau bukunya lebih cantik dari pada gue!" Sekarang raut wajah Ailee seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan oleh orang tuanya.

Aghni seketika cengo, "Tapi kayaknya aku nggak ngomong itu deh Ai." Seingat Aghni dia tidak pernah mengucapkan kata itu.

"Iya sih emang lo nggak ngomong, tapi lo ngangguk tadi." cetus Ailee mengalihkan pandangannya ke arah lain. Karena dia masih merajuk. "Tapi lebih cantikan buku apa gue?" tanya Ailee sekali lagi.

"Buku eh b-ukan t-tapi kamu!" Spontan saja Aghni mengucapkan itu. Ailee menatapnya sinis dan mengamati setiap gerak-geriknya membuat Aghni diam membeku di tempat.

"K-kenapa Ai?" gugupnya yang masih diam tak bergeming.

"Itu... rambut lo ada..." ucap Ailee menggantung.

Mendengar itu, spontan saja tangan Aghni meraba rambutnya. Bisa jadi ada apa-apa di atas rambutnya. "Ada apa sih Ai di rambut aku?"

"Em nggak ada apa-apa sih." jawab Ailee dengan cengiran polosnya. Karena sebal Aghni memukul pelan Ailee menggunakan buku sejarah tadi.

Tiba-tiba datang salah seorang teman sekelas mereka. Dia bilang bahwa Aghni dipanggil oleh kepala sekolah mereka. Mereka berdua saling tatap dan mengerutkan alisnya.

Ada gerangan apa Pak Aji memanggil Aghni ke ruangannya. Mungkin ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan Aghni.

"Gue ikut ya Agh!" pinta Ailee. Dia pun mengangguk karena mungkin tidak ingin meninggalkan Ailee sendiri di sini.

Dalam pikiran Aghni ada banyak sekali pertanyaan. Mengapa dia dipanggil Pak Aji. Apa dia telah membuat kesalahan fatal? Tapi seingat Aghni dia tidak melakukan kesalahan apapun. Ataukan dipanggil untuk olimpiade? Tapi tidak ada olimpiade apapun saat ini. Jawaban yang pasti hanya akan didapatkan setelah menemui kepala sekolah.

BEDA TAKDIRWhere stories live. Discover now