Kontes (3)

157 20 74
                                    

Aku lagi suka banget lagu ini 👇💖

Pastikan sudah membaca Bab sebelumnya.

Selamat membaca 💖

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat membaca 💖


*****


Mild mengendarai mobil yang ia tumpangi bersama Gulf. Mengikuti mobil Mew yang melaju didepan mereka. Setelah cukup jauh melaju, akhirnya mobil Mew berhenti. Mew, Marie dan teman-teman lainnya turun, lalu melanjutkan kegiatan sosial mereka. Membagikan paket bansos kepada tunawisma yang membutuhkan.

Gulf turun dari mobilnya, lalu berjalan kearah Mew yang sedang memberikan bantuan sosial kepada seorang tunawisma. Si penerima berterima kasih kepada Mew, dan Mew membalasnya dengan senyuman yang sangat ramah. Melihat hal itu membuat hati Gulf tersentuh. Gulf terus melangkah, hingga sampailah didepan Mew.

Gulf : "Heh!"

Mew menengok kearah Gulf, lalu memandang dengan heran. "Ada apa?"

Gulf : "Kau yang bernama Mew Suppasit? Orang yang memimpin demonstrasi, untuk memprotes acara kontes yang aku adakan?"

Mew mulai paham. "Oo... Kau Gulf Kanawut? Orang kaya sombong yang mengadakan acara kontes enggak penting itu?"

Gulf : "Kau tau, gara-gara kalian memprotes acaraku, netizen jadi ikut menghujat ku! Kalian telah mempermalukan aku!"

Mew : "Oya? Acara kontes yang kau adakan memang tidak pantas! Buat apa semua cowok di Thailand harus memperebutkan dirimu? Dengan mengikuti kontes itu?..."

"...Gulf, itu menunjukkan kalau kamu sok hebat! Sampai semua cowok di negeri ini merendahkan harga diri mereka demi kamu!! Aku jijik melihatnya!"

Gulf menampar pipi Mew. Plak!! Mew tidak membalas, hanya menatap Gulf dengan marah.

Gulf : "Jangan ikut campur urusanku! Aku mengadakan kontes itu untuk mencari jodoh terbaik! Semua cowok di Thailand memang harus bertekuk lutut demi aku!"

Gulf lalu berbalik dan meninggalkan Mew. Baru beberapa langkah, tiba-tiba Gulf kembali menghampiri Mew.

Gulf : "Lihat dirimu! Kau cuma petugas bantuan sosial yang dipekerjakan pemerintah! Dasar rakyat jelata! Beraninya orang sepertimu buat masalah denganku?!"

Mew : "Idih, sok tau! Heh, aku ini pemilik Yayasan Sosial Suppasit. Aku menyumbang untuk orang miskin pakai hartaku sendiri! Dan juga sumbangan dari para dermawan. Makanya jangan sok tau!"

"Oo...," Gulf merasa malu karena sikapnya yang sok tau. Dan juga, Gulf merasa kagum setelah mengetahui siapa Mew sebenarnya.

Yayasan Suppasit adalah yayasan sosial terbesar di Thailand. Yang sudah memberikan banyak sekali bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan di negeri itu. Gulf malu. Karena walaupun keluarganya sangat kaya, Gulf baru sadar bahwa keluarganya tidak memiliki yayasan sosial, bahkan tidak pernah menyumbang untuk orang miskin.

Gulf menghela napas. Selain merasa malu, hati Gulf juga tersentuh melihat kebaikan yang Mew lakukan kepada orang yang membutuhkan. Amarah Gulf kepada Mew mulai mereda.

Tiba-tiba Gulf melepas jam tangan yang ia kenakan. Gulf meraih tangan Mew dan meletakkan benda itu ditangan Mew.

Mew : "Apa ini?"

Gulf : "Ambillah. Itu sumbangan untuk yayasan milikmu, untuk orang-orang yang membutuhkan."

Lalu, Gulf berbalik dan pergi. Mew heran, lalu menatap jam tangan Gulf yang ia genggam. Setelah Mew periksa, itu adalah jam tangan seharga ratusan juta! Mew takjub, uang sebanyak itu akan tersalurkan untuk yayasan sosial miliknya, jika jam tangan dari Gulf ia jual.

Mew memandangi Gulf yang memasuki mobil. Usai mobil Gulf pergi, Mew berpikir bahwa Gulf mungkin tidak seburuk yang ia kira.


*****


Keesokan harinya.

Di sebuah cafe, Gulf duduk bersantai sambil merenung. Pertemuannya dengan Mew kemarin membuat Gulf kepikiran.

Kemudian, Bright datang ke cafe itu dan menghampiri Gulf. "Hai, sayang," sapa Bright, lalu mencium pipi Gulf. Bright pun duduk didepan Gulf.

Gulf tersenyum. "Baru pacaran sehari, sudah berani cium pipi ya?"

Bright : "Kamu juga. Baru pacaran sehari, sudah berani meminjamkan black card kepadaku. Terima kasih banyak, ya..."

"...oiya, Gulf. Mengenai pernikahan kita, kemarin aku sudah menghubungi wedding organizer yang terbaik. Enaknya kita resepsi dimana? Di gedung, hotel, atau outdoor? Di Thailand atau diluar negeri? Di Phuket atau di Bali?"

Gulf : "Hei, tunggu. Kamu buru-buru banget, Bright?"

Bright tersenyum. "Aku udah enggak sabar pengen nikah sama kamu, Gulf. Kamu juga pasti ingin aku jadi suami mu."

Gulf termenung. Bright memang pria yang Gulf pilih untuk jadi calon suaminya. Tentu, Gulf ingin menikah dengan Bright.

Tapi setelah pertemuannya dengan Mew, perasaan Gulf mulai berubah.

Gulf mengelus-elus kepala Bright dengan lembut. "Bright, kamu santai aja. Acara pernikahan kita biar diurus sama Mild, sekretaris ku. Kamu enggak usah repot-repot begitu."

Bright : "Tapi aku ingin menentukan urusan pernikahan. Seperti... baju pernikahan apa yang akan kita pakai, lokasinya, katering nya, semuanya."

Gulf : "Aku sih terserah kamu aja."

Bright : "Kalau terserah aku, berarti aku juga yang menentukan tanggalnya?"

Bright ingin secepatnya menikahi Gulf. Padahal dia adalah pria yang dipilih oleh Gulf, tapi Gulf malah tidak siap menikah dengannya. Gulf merasa aneh dengan dirinya sendiri.

Gulf : "Bright, kau bebas menentukan segalanya tentang pernikahan. Tapi soal tanggal, biar aku yang menentukan."

Bright tersenyum. "Baiklah, Gulf."

Lalu, Bright menggeser posisi duduknya hingga sedekat mungkin dengan Gulf. Bright berbisik lembut ke telinga pria itu. "Gulf, bayangkan kalau kita menikah nanti. Setiap malam, aku tidur denganmu dan menikmati keindahan tubuhmu."

Bright mengusap wajah tampan Gulf dan mencium pipinya. Gulf pun  menikmatinya.

Bright : "Gulf, aku enggak tahan. Didekat sini ada hotel berbintang. Yuk kita kesana!"

*****


Dua jam kemudian.

Didalam kamar mandi yang mewah, Gulf berada dibawah guyuran shower. Membersihkan tubuhnya usai berhubungan seks dengan Bright dikamar hotel.

Gulf merasa, Bright seperti "habis manis sepah dibuang". Bright memang memuaskan, sesuai harapan Gulf untuk jadi calon suaminya. Tapi setelah Gulf terpuaskan, justru rasa sayang Gulf kepada Bright sedikit berkurang.
Bright ibarat permen karet, yang akan terus dinikmati selama manisnya masih ada. Lalu akan dibuang setelah manisnya hilang. Itulah yang Gulf pikirkan setelah menikmati tubuh Bright.

Hanya nafsu, tidak ada cinta.

Lalu, Gulf teringat seseorang yang membuat hatinya tertarik.





(Bersambung)


Bagaimana Jika...Where stories live. Discover now