Tolong...

330 22 32
                                    

Pastikan sudah membaca Bab sebelumnya 👆👆

-----------------------------------------------------------

Art : "Apakah lift nya rusak?"

Gulf yang panik, lalu menggedor-gedor pintu lift dengan kencang, BUG!! BUG!! BUG!!

Dan berteriak di dekat pintu, "TOLONG!!! KAMI TERJEBAK DISINI!!..."

"Gulf, tenang," Art menghela napas. "Kita harus memanggil teknisi gedung ini..."

Lalu, Art mencari tombol interphone. Usai menemukan sebuah tombol dengan simbol, terdengar suara dari arah tombol tersebut. "Halo, ada yang bisa dibantu?"

Art : "KAMI TERJEBAK DI DALAM LIFT!"

Teknisi : "Baik, kami akan segera mengirim bantuan. Harap tunggu."

Perlahan tubuh Mew terduduk di lantai. Wajahnya ketakutan dan mulai terlihat pucat. Tiba-tiba keringat yang banyak membasahi wajahnya. Dan tubuhnya pun gemetaran.

Gulf dan Art belum menyadari keadaan Mew. "Kita sebaiknya tenang, dan menunggu bantuan datang. Seperti yang tadi diucapkan oleh teknisi," kata Art.

Gulf : "Apakah kita bertiga bisa keluar?"

Art mengangguk. "Aku sangat yakin. Karena kita bisa bicara dengan teknisi gedung ini."

Gulf dan Art lalu duduk di lantai. Mereka semua terdiam. Gulf mulai menengok kearah Mew, dan baru menyadari keadaan kekasihnya.

"Phi, kau kenapa?" kedua tangan Gulf mengusap bahu Mew.

Wajah Mew ketakutan dan tubuhnya masih gemetar. Lalu ia mulai menangis, "keluarkan aku dari sini..."

Gulf heran kenapa Mew sangat ketakukan. Sedangkan, Art teringat sesuatu. "Gulf, P'Mew pernah bilang padaku, bahwa dia akan merasa phobia jika terkunci di dalam sebuah ruangan."

Gulf mengangguk mendengar penjelasan Art. Ia baru tau, karena selama menjalin hubungan dengan Mew, baru sekarang mereka mengalami kejadian seperti ini.

Gulf memeluk erat tubuh Mew. "P'Mew tenanglah. Nggak lama lagi kita akan keluar. Ada aku disini yang melindungi mu."

Mew juga memeluk Gulf dengan erat. Seperti balita kehilangan ibunya dan butuh perlindungan. Gulf merasa lucu, tidak menyangka jika Mew yang dewasa dan gagah, ternyata bisa selemah ini?

Perasaan Mew sedikit demi sedikit mulai tenang. Berkat kasih sayang dan perlindungan yang ia rasakan dalam pelukan Gulf.

Beberapa saat lamanya, mereka bertiga terdiam. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu bantuan datang. Mereka mengeluh dalam hati, "kenapa kami harus mengalami kesialan ini? Bangs*t!"

"Hhhh... hhh...," perlahan terdengar suara nafas yang nyaring. Mew dan Gulf saling memandang, lalu mereka menengok kearah Art. Nampak Art yang memejamkan mata sambil memegangi dadanya, dengan nafas yang tersengal-sengal.

Gulf mendekati Art dan memegang bahunya. "Art, kau kenapa?"

Art berusaha mengatur nafasnya. "I'm okay. Relax..."

Mew teringat sesuatu, dan ia menjadi panik. "Setahuku, Art sudah sembuh dari penyakit asma. Tapi sekarang kambuh lagi..."

"...ini pasti karena oksigen di dalam ruangan ini terbatas."

Gulf geram. Lalu ia berdiri dan memencet tombol interphone. Kemudian, terdengar suara dari arah tombol tersebut. "Halo, bisa dibantu?"

Gulf : "TOLONG LEBIH CEPAT!! ADA ORANG ASMA DISINI!!"

Bagaimana Jika...Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora