Chap 1. Putus

722 29 0
                                    

"Semoga kau dapat pengganti yang lebih baik lagi."


"Gue mau kita putus!"

"Kenapa?"

"Ya, gak kenapa-kenapa. Gue cuma mau udahan aja."

"Alasannya apa? Lo hilang gak ada kabar berhari-hari dan tiba-tiba lo datang terus bilang putus?!"

"Gak ada alasan, intinya gue mau kita putus, titik."

"Okey."

"Semoga lo dapat yang lebih baik dari gue."

"Aamiin."

Galang, laki-laki itu pergi begitu saja setelah mengatakan putus. Tak memikirkan hati perempuan yang telah lama mencintainya. Setia bahkan sangat sabar menghadapi sikap kekanakannya.

Raina, cewek yang kerap disapa Rain itu berjalan santai di koridor sekolah. Pikiran dan hatinya sama-sama kecewa. Bahkan dia masih memikirkan apa salahnya harus dihukum seperti ini?

"Rain!" panggil seseorang dari belakang. Rain tetap berjalan, entah tidak dengar atau pura-pura tidak dengar. Dia hanya malas untuk berbicara atau berdebat dengan siapa pun.

Rey yang merasa diabaikan mencoba berjalan sedikit lebih cepat dan menarik tangan Rain pelan agar ia berhenti.

"Gue manggil lo dari tadi, kenapa lo gak berhenti?"

Rain menatap Rey sebentar lalu berpaling menatap kearah lain. Takut Rey akan tau kalau dia habis menangis.

Rey mengerutkan kening lalu menarik dagu Rain menghadapnya. "Lo habis nangis?!"

"Gak, cuma kelilipan doang."

Rain masih tetap mengelak walau dia tau matanya tidak pernah bisa berbohong kalau dihadapan Rey.

"Apa ini ada hubungannya sama Galang?"

Rain menghembuskan nafas berat, lalu melangkah duduk ditepi bangku sekolah.

"Gue gak tau sihir apa yang dipake Galang sampai lo cinta banget sama dia."

"Bahkan gue yang selalu ada buat lo, gak pernah lo anggap."

Rey tersenyum miring, nasip cintanya terlalu naif. Jelas-jelas Rain hanya mencintai Galang, tapi tetap bertahan walau hanya sebagai teman biasa.

Rain tak menjawab, dia hanya memilih diam dan menunduk. Dia masih tidak percaya dengan Galang yang tiba-tiba memutuskan hubungan yang sudah dijalin mereka selama hampir 2 tahun belakangan ini.

Kecewa, marah, sedih menjadi satu. Tapi, apa yang bisa seorang Raina Aprilia lakukan? Hanya bisa menangis dalam diam dan bersabar walau hatinya begitu rapuh.

Hening. Rain sibuk dengan pikirannya, sedangkan Rey sibuk memikirkan tetang cintanya dengan Rain yang hanya angan. Dilihatnya wajah teduh Rain. Cantik, gumamnya dalam hati. Walaupun dia tau cintanya hanyalah cinta sebelah pihak saja.

Bel masuk berbunyi, memecahkan keheningan mereka sedari tadi. Rain segera menyeka sisa air matanya lalu bangkit dari duduknya. "Gue ke kelas duluan, Rey."

"Okey. Pulang nanti gue antar, ya?"

Sebenarnya Rain enggan, dia hanya ingin sendiri saja untuk sekarang. Tapi tak ada gunanya, itu akan memperpanjang keadaan oleh pertanyaan-pertanyaan Rey tentang dirinya.

Rain mengangguk pelan dan berlalu pergi meninggalkan Rey sendiri.

"Gue sayang lo, Rain. Walaupun nantinya lo sendiri yang nyakitin hati gue. Tapi, selama lo bahagia. Gue juga bahagia."

Rintik Hujan [SELESAI]Where stories live. Discover now