Chap 6. Penghianat

109 19 0
                                    

"Antara cinta dan sahabat, mana yang akan kau pilih?"

"Kusut amat tu muka, kayak pakaian belum disetrika aja. Lo kenapa, Rain?"

Rain menggeleng pelan, melipat tangan dan membenamkan wajahnya disana.

"Dari awal gue jemput lo pas disekolah, lo udah kayak gini. Ditanya jawabannya geleng kepala mulu. Gue mana ngerti, Rain."

Rain mendongak menatap Devan yang mulai bingung dengan tingkahnya. "Padahal gue berusaha buat gak nyari masalah sama siapa pun, Dev. Tapi, ada aja orang nyari masalah sama gue. Kayak gak tenang kalau lihat gue gak kesal beberapa hari aja."

"Lo nyindir gue?"

"Bukan. Ini masalah tadi pas disekolah. Bisa-bisanya genk gosip murahan itu buat gosip yang enggak-enggak tentang gue sama Galang. Mana segala bawa-bawa nama lo sama Rey lagi, kesel gue."

"Bentar, kenapa gue ikut-ikutan? Gue aja gak pernah sekolah disitu. Bisa-bisanya gue terkenal, ya."

Devan merapikan gaya rambutnya menjadi sedikit rapi. Yang membuat Rain ingin menjambaknya.

"Sok keren lo!" cibir Rain.

"Gue emang keren, gimana dong?"

"Bodoamat."

"Jadi gimana? Lo gak sampe ribut kan waktu disekolah?"

Rain menggeleng.

Devan manggut-manggut pertanda bagus.

"Gak salah lagi maksudnya," jawab Rain.

"Lo ribut disekolah?"

"Jangan keras-keras, ntar Mama gue dengar. Bisa habis ntar gue diomelin."

"Lo ributnya gak sampe berantem kan, Rain?"

Rain menggeleng.

"Gak salah lagi?"

"Emang gak berantem, Dev!"

"Kirain."

"Tau gak yang lebih parahnya apa?"

"Apa?"

"Gue ketemu sama Galang pas jam istirahat. Mana tu anak makin cakep aja semenjak gak masuk-masuk sekolah. Gimana gue bisa move on coba?"

"Udah hampir dua bulan lo putus dari Galang, belum juga lupain dia?"

"Lagi mencoba," ucap Rain asal lalu ikut memakan kacang yang dibawa Devan dari rumah, bahkan isinya sudah tinggal setengah dibuat Devan yang makan sedari tadi tanpa menawari Rain.

"Mencoba apa? Buktinya lo masih suka sama Galang."

"Move on gak segampang yang lo pikir, Dev. Melupakan seseorang yang lama berhubungan dengan kita itu sulit. Apa lagi posisinya gue masih sayang sama Galang waktu itu."

"Sekarang?"

"Gak terlalu. Sebenarnya udah gak kepikiran, tapi gara-gara ketemu lagi jadinya ingat dikit-dikit."

"Banyak, bukan dikit."

"Sewot aja lo!"

***

Seminggu telah berlalu, Devan juga sudah balik pagi ini. Sayangnya Rain tidak bisa mengantarnya sampai bandara, karena pagi ini dia ada ulangan. Lagi pula ujian Nasional akan berlangsung beberapa minggu lagi. Kini Rain harus benar-benar fokus untuk belajar agar keinginannya bisa masuk fakultas impiannya akan terwujud.

"Kasihan banget, ya. Kalau gue gak bakal gue anggap teman lagi kalau kelakuannya kayak gitu."

"Bisa-bisanya mau sama mantan teman sendiri."

Rintik Hujan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang