-End-

174 16 9
                                    

"Happy wedding, Bulan."

Putriana Bulan

Tiga hari lagi acara pernikahan gue, pokoknya lo harus balik ke Indonesia. Dan datang ke pernikahan gue, kalau bisa bawa partner.

In Syaa Allah, gue gak janji.

Gak bisa gitu, lo harus datang. Titik.

Maksa lo?!

Oh, ya jelas.

Kampret!

Haha. Pokoknya lo harus datang, gak mau tau gue.

Iyeee!

Kartu undangan udah gue kirim kesana. Kayaknya hari ini nyampenya, lo tunggu aja deh.

Sok banget lo segala ngirim undangan, mahal dong ongkirnya keluar negeri.

Lumayan, sekalian mau pamer sama lo.

Sialan si kampret.

Haha.

"Rain, ada yang ngantar paket buat lo. Kayaknya dari Indonesia."

Rain segera menghampiri Sekar dibawah sedang memegang bungkusan paket bewarna coklat.

"Isinya ringan banget. Lo mesan apaan?" tanya Sekar sambil menggoyangkan isi paket didepan telinganya.

"Gak mesan apa-apa, Kak. Paling itu paketan yang dikirim Bulan."

"Bulan? Teman lo yang dari orok itu?"

"Dari SMP, ya kali dari orok."

"Iya itu. Emang dia ngirim apaan?"

"Undangan."

"Undangan apa?"

"Undangan pernikahan lah."

"Yang nikah siapa? Setau gue teman lo itu gak punya Kakak atau Abang, deh."

"Bulannya yang mau nikah."

"Emang dia gak lanjut kuliah?"

"Mana gue tau."

"Kan lo temannya, Rain."

"Kayaknya, sih, enggak. Bulan gak kayak adeknya yang rajin sekaligus pintar. Tu anak doyan keluyuran, jalan-jalan, shoping. Nyokap nya aja udah geleng kepala sama tingkah Bulan. Dari pada pacaran sana sini mending nikah, kan? Lagian Bulan juga udah cukup umur. Dianya dua puluh tahun, dan calonnya kalau gak salah dua puluh satu."

"Lo tau emang calonnya siapa? Diundangkan gak ada potonya."

Sekar sibuk melihat sekeliling undangan, berharap menemukan sesuatu disana.

"Gak, sih, Kak. Ya, udah lah gue balik ke kamar lagi mau nyelesain skripsi buat kelas besok."

Rain berjalan malas kembali ke kamarnya. Bahkan undangan pernikahan Bulan terabaikan.

Rintik Hujan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang