18 | jadi babu

235 44 11
                                    

Sorry for typo(s)
.
.
.

Semalaman, Sella uring-uringan karena enggak tidur nyenyak sama sekali. Dia terbangun tengah malam entah udah berapa kali. Gak tahu apa yang dia pikirkan, yang jelas, dia masih teringat dengan wajah itu.

Siapa lagi kalau bukan temannya Hilmi yang berinisial J itu.

Tampan, lembut, dan manis disaat yang bersamaan.

Wajahnya, adalah pahatan sempurna yang diciptakan Tuhan untuk hambanya. Oh, Sella rasa, dia berlebihan, tapi itu yang tengah dia pikirkan.

Sella pikir, mengingat wajah tampannya seharian saja sudah cukup, tapi nyatanya enggak. Dia justru mengingatnya sampai malam dan malah enggak bisa tidur.

"Anjinggg, bisa gila gue lama-lama."

Sella mengacak rambutnya, menelungkupkan kepalanya di bawah bantal dan mencoba terlelap lagi.

Pada akhirnya Sella berhasil terlelap dengan posisi yang sangat, tidak enak dipandang. Tengkurap dengan bantal yang masih berada diatas kepalanya.

Suara gedoran pintu tak santai terdengar esok pagi nya.

Hari ini kuliah libur, siapa yang membangunkan Sella pagi-pagi buta seperti ini?

"Sellaa."

Oh tidak, itu suara Yara.

"Lo tidur apa mati sih anjir?!" lanjutnya berteriak.

Dengan malas, Sella berjalan gontai menuju pintu.

"Apaan sih, Yar? Ini tuh masih pagi."

"Pagi pala lo. Udah jam sembilan."

"Masih pagi itungannya." Sella menguap lebar sambil merenggangkan sendi-sendi tubuhnya. "Ngapain kesini?"

"Gue mau ke kosan cowo-cowo. Ikut enggak?"

"Mau ngapain?"

"Katanya mereka mau ngajak main uno."

"Yaudah gue ikut, daripada gue bosen."

Yang dipikiran Sella saat ini adalah main uno mungkin bisa mengalihkan pikirannya.

"Buruan mandi, jangan lama-lama, gue tunggu dibawah."

"Em-hm."

Demi menghindari memikirkan orang berinisial J secara berlebihan seperti semalam, Sella ngikut aja ke kosan anak cowok.

"Mikirin cowok ternyata bisa capek juga ya."

"YA TAPI KAN INI ENGGAK DIPIKIRIN MUNCUL SENDIRI DI OTAK GUE." lanjutnya frustasi.

💎

"Lo telat 53 menit." kata Hilmi sambil memandang pergelangan tangan yang enggak ada jamnya. "Bilangnya jam sembilan."

"Noh yang bikin lama." Yara menunjuk Sella dengan dagunya.

"Salah sendiri gak temu janji dulu, udah tahu gue orangnya sibuk."

"Halah, sibuk ngapain lo?"

"Gue kan perlu menghidupi para cowok-cowok virtual gue."

"Pret."

"Hil, kenapa lo gak ajak aja sekalian temen lo?" usul Ajun.

"Felix sama Jeje? Bentar gue chat dulu."

"Loh, ngapain mereka ikut juga?" tanya Sella.

Sella mencoba protes, untung dia masih bisa mengontrol mimik mukanya jadi enggak terlalu kelihatan kalo sebenarnya dia gak mau ada Jeviar, karena gak baik buat jantungnya.

LET'S MAKE MAGIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang