29 | let's end it here

260 42 11
                                    

Sorry for typo(s)
.
.
.

Setelah makan malam yang gagal tempo hari, Jeviar jadi agak berbeda. Is he mad?

Sella udah minta maaf malam itu, dan Jeviar bilang enggak papa. Bukan masalah dong seharusnya.

Sella benar-benar gak tahu apa yang terjadi. Dia punya salah kah?

Bukankah semua orang punya batas kesabarannya masing-masing?

Haruskah Sella mengakhiri semuanya? Termasuk perasaannya kepada Jeviar?

~

to : Jeje

lg sibuk?

bisa kita ktmu?

~

Sella meletakkan kepalanya diatas meja. Satu kata yang bisa mendeskripsikan keadaannya saat ini. Lelah.

Harusnya ia sudah pulang sekarang, tapi Sella memilih menghabiskan waktunya di perpustakaan.

Lima belas menit kemudian, pesannya dibalas.

~

from : Jeje

bisa.

to : Jeje

masih dikampus?

from : Jeje

masih.

~

Mengajak ketemuan Jeje di perpustakaan bukanlah ide yang bagus. Masih cukup banyak orang disana.

Sella butuh tempat yang privat.

~

to : Jeje

skrng lagi dimana?

from : Jeje

masih dikelas.

to : Jeje

bawa mobil apa motor?

from : Jeje

mobil.

knp?

to : Jeje

gue pengen bicara 4 mata sama lo.

didalem mobil lo, sounds good.

from : Jeje

oke.

gua tunggu di depan gedung rektorat.

~

Setelah mengembalikan semua buku ke rak, Sella pergi nyamperin Jeviar.

Saat tahu Sella mendekat, Jeviar langsung memimpin jalan menuju tempat dimana mobilnya diparkiran.

Sella mengikutinya dalam diam.

Sella benar-benar merasa bertemu dengan Jeviar yang lain. Dia bukan seperti Jeviar yang Sella kenal, dia jadi berbeda.

Jeviar yang dulu selalu menyamakan langkah mereka.

LET'S MAKE MAGIC حيث تعيش القصص. اكتشف الآن