AVENGEMENT - 3

11.8K 840 43
                                    



"Jetski? Diving? Snorkling? Atau Parasailing?"

"Empat-empatnya boleh?"

Jerome menghentikan kegiatan makannya selama beberapa detik hanya untuk untuk menatap takjub wajah Khansa yang kini berhiaskan raut memohon yang sangat menggemaskan. Dia tidak menyangka dibalik wajah cantik serta figurnya yang lemah lembut, ternyata Khansa menyukai olahraga-olahraga yang cukup ekstrim.

"Seriusan? lo mau naik parasailing juga?" tanya Jerome berusaha memastikan.

"Serius! Gue suka ketinggian soalnya!" Khansa nyengir lebar.

"Baru kali ini gue denger ada orang yang suka sama ketinggian." Jerome geleng-geleng kepala sembari menyuapkan makanannya lagi kedalam mulut.

"Percaya nggak, salah satu alasan kenapa gue suka dan nggak takut ketinggian karena dulu gue sempet mau bunuh diri dengan cara lompat dari jembatan," kata Khansa. "Dan anehnya pemandangan air sungai yang gue liat saat itu keliatan indah banget di mata gue."

Sekali lagi Jerome menghentikan gerakkan sendoknya di udara dengan mata yang tertuju lurus-lurus pada sosok Khansa yang nampak begitu menawan dengan balutan kaus oversize dan short pants sebatas pahanya. Rambutnya yang hitam dan panjang di gelung asal-asalan yang mana justru semakin menguatkan aura kecantikannya. Khansa dan penampilan kasual benar-benar sangat berbahaya untuk fantasi Jerome yang cukup liar.

"Lo pikir dengan bunuh diri, semua masalah lo bisa langsung selesai?" tanya Jerome datar.

"Awalnya gue mikir kayak gitu, tapi setelah di kasih nasihat dan wejangan sama orang-orang yang waktu itu nahan gue, gue langsung sadar," jawab Khansa malu. Dia benar-benar sangat menyesal telah melakukan tindakan yang menurutnya sangat bodoh itu dulu. "I was still 18 back then, and the problem that my mom and your dad created has made everything worse, that's why..."

"Still, suicide is not a solution," Jerome meletakkan sendok dan garpunya di piring. "Permasalahan lo di dunia mungkin bisa langsung selesai, tapi perbuatan lo itu akan dimintain pertanggung jawabannya di akhirat nanti."

Khansa terdiam.

"I'm not a religious person, to be honest," Jerome meneguk jus jeruknya lalu kemudian menatap mata indah Khansa lurus-lurus. "Tapi ada satu ayat dari Al-Qur'an yang sampe sekarang akan selalu gue inget setiap kali gue punya pikiran buat bunuh diri. Inna ma'al usri yusra. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Al-Insyirah ayat 5."

Jerome tersenyum tipis begitu dia mendapati raut takjub yang tergambar di wajah Khansa. Mungkin perempuan itu tidak menyangka bahwa dibalik sifatnya yang dingin dan tanpa emosi, Jerome masih bisa mengingat Tuhan. Sejujurnya jika Jerome tidak mempunyai teman seperti Naresh, Harya, dan Reksa yang selalu mendukung dan mengingatkannya soal agama, mungkin dia akan terjerumus ke perbuatan-perbuatan yang buruk. Mereka juga yang telah berhasil menarik keluar Jerome dari kebiasaannya meminum minuman beralkohol hingga mabuk.

"Kenapa? lo kaget gue masih inget Allah?" ledek Jerome membuat Khansa terkekeh pelan.

"Iya. kaget banget gue." jawab Khansa jujur.

"Gue udah bilang kan kalau gue ini bukan orang yang agamis banget? Tapi nggak agamis bukan berarti gue nggak percaya. Lo harus tau itu."

Khansa menganggukkan kepalanya masih dengan disertai dengan senyumnya yang menggemaskan. Jerome mengangkat satu alisnya sekilas. Khansa yang sekarang ada di depannya ini terlihat begitu berbeda dengan Khansa yang dulu pernah ia lihat saat masih menjadi mahasiswi di salah satu universitas terkenal di Jogja itu. Jerome masih ingat betul bagaimana Khansa yang sama sekali tidak pernah memedulikan penampilannya itu mulai mendatangi satu restoran ke restoran lainnya untuk bekerja paruh waktu.

AVENGEMENT ( ✔ )Where stories live. Discover now