AVENGEMENT - 5

8.4K 725 36
                                    


Sebelum hubungannya dengan sang ibu mendingin seperti sekarang ini, Khansa pernah diingatkan oleh beliau soal adab tinggal di rumah mertua setelah menikah. Dan salah satu adab yang diajarkan olehnya adalah, sebisa mungkin harus bisa bangun lebih pagi daripada si ibu mertua. Kalaupun tidak bisa memasak, setidaknya cobalah untuk bantu-bantu asisten rumah tangga di dapur agar si ibu mertua tidak mencapnya sebagai istri yang pemalas.

Tentunya adab itu langsung dipraktekan oleh Khansa setelah dia selesai melaksanakan sholat subuh bersama Jerome.

"Biasanya sarapan apa?" tanya Khansa pada Jerome yang sudah berbaring lagi di tempat tidur.

"Grilled Cheese. Gue nggak terlalu suka sarapan sebenernya, tapi kalau Grilled Cheese doang kayaknya nggak masalah." jawab Jerome.

Khansa menganggukkan kepalanya sambil berjalan ke arah lemari untuk menyiapkan pakaian kerja Jerome. Dia bergerak ke sana kemari sambil menguncir rambut panjangnya dengan sedikit tergesa-gesa sehingga hal itu menarik perhatian Jerome yang sempat ingin kembali ke alam mimpi lagi namun tidak jadi karena gerakkan terburu-buru yang berasal dari istrinya itu.

"Kei," panggil Jerome sambil berusaha menahan tawa.

"Ya?" Khansa yang terlihat linglung langsung menoleh ke arah Jerome.

"Calm down. Lo tuh kayak lagi dikejar-kejar penagih utang tau nggak? apa sih yang bikin lo panik?"

Khansa menggeleng malu. "Nggak kok. Gue cuma masih bingung aja harus mulai darimana. Gue takut bikin kesan yang buruk ke mama, makanya-"

Senyum geli Jerome berubah menjadi senyum penuh arti dalam hitungan detik. Tentu saja kesan pertama ibunya kepada Khansa harus bagus meskipun hal itu sama sekali tidak akan mengurangi kebenciannya pada sang menantu. Tapi Jerome sudah bertekad untuk melindungi Khansa apapun yang terjadi. Dia mungkin akan kesulitan untuk menentang ibunya, tapi hal itu tidak akan bisa mencegahnya untuk melindungi sang istri.

"Pertama-tama, lo harus mulai dengan baca bismillah," kata Jerome sambil berjalan mendekati Khansa. Dia menangkup kedua pipi sang istri. "Habis itu lo tarik nafas dalam-dalam, buang, terus lo keluar dari kamar dan mulai bikinin gue Grilled Cheese."

"Tapi sarapan buat mama, papa sama Laura gimana?"

"Itu urusannya bi Hanum, lo cukup nyari tau aja. Setelah itu lo mau coba masakin mereka, itu terserah lo," Jerome menatap Khansa dalam-dalam. "Tapi yang harus lo inget adalah lo itu istri gue. Kewajiban lo ya cuma ngurus dan ngelayanin gue. lo nggak perlu ngelayanin semua anggota keluarga gue hanya karena lo ngerasa bersalah sama mereka. lo itu menantu, bukan pembantu. Tapi kalau lo pengen coba masakin mereka atau bikinin apapun yang mereka suka atas dasar keinginan lo sendiri, itu adalah hak lo. Gue nggak akan melarang kecuali kalau lo dipaksa, ngerti?"

Khansa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Oh iya, satu lagi," Jerome menahan pergelangan tangan Khansa sebelum wanitanya itu keluar dari kamar. "Sekecil apapun perbuatan mereka yang sekiranya menyakiti hati atau fisik lo, lo harus langsung lapor sama gue, oke?"

"Jei, gue rasa mama sama Laura nggak akan mungkin bertindak sampe segitunya sama gue deh. Gue yakin mereka cuma perlu beradaptasi dengan kehadiran gue dan-"

"It's an order," potong Jerome tegas membuat Khansa langsung menutup mulutnya rapat-rapat. "It's an order, Khansa Nuria Pramadita. We already had a deal, right?"

Khansa menghela nafas lalu kemudian menganggukkan kepalanya patuh. Mungkin memang sebaiknya dia mengikuti semua perintah Jerome, sebab hanya pria itu yang tahu bagaimana karakter ibu dan adik perempuannya itu. Jerome yang paling tahu situasi dan kondisi di rumah mereka, jadi jika Khansa berani bertindak dengan caranya sendiri, hal itu tidak hanya akan menjadi bumerang untuknya tapi juga bisa berpotensi menghancurkan dirinya.

AVENGEMENT ( ✔ )Where stories live. Discover now