AVENGEMENT - 23

7.8K 624 49
                                    


"Sa, are you okay?"

Jira menjawil pundak Khansa yang sedang duduk di kursi sebelahnya dengan sorot mata yang kosong serta raut wajah yang begitu gelisah. Hari ini Khansa memang sedang menemani Jira untuk memeriksa kehamilannya yang baru menginjak 2 bulan, dan berhubung Hazmi sedang sibuk dengan pekerjaannya, Khansa pun menawarkan diri untuk menggantikannya menemani sang istri untuk kontrol ke dokter. Beruntung sekolah taman kanak-kanak tempatnya bekerja sedang diliburkan selama 2 minggu setelah para murid selesai melaksanakan ujian membaca dan menulis mereka, jadi Khansa punya banyak waktu luang untuk mengurus Jerome dan berkumpul bersama teman-temannya.

Merasakan sentuhan jari Jira pada bahunya, Khansa tersentak kaget dan langsung menegakkan tubuhnya.

"Khansa, lo nggak apa-apa kan?" tanya Jira dengan nada sedikit panik karena reaksi Khansa yang agak berlebihan itu. "Lo sakit ya?"

"Hah? Oh nggak kok!" Khansa tersenyum lebar berusaha untuk menyembunyikan keterkejutannya sendiri.

"Nggak! Nggak! lo pasti lagi mikirin sesuatu yang ngeselin deh! soalnya-"

"Ibu Yejira, silahkan masuk bu!"

Khansa buru-buru meraih tangan Jira begitu mendengar panggilan suster yang meminta sahabatnya itu untuk segera masuk ke dalam ruang periksa. Jira menghela nafas sejenak sebelum akhirnya dia mengikuti Khansa sembari bertekad untuk menginterogasi sahabatnya itu soal apa yang telah membuatnya termenung sedih seperti tadi.

Beruntung pemeriksaan itu tidak terlalu lama karena kandungan Jira sangat sehat dan kuat. Dokter yang menangani Jira pun memuji cara Jira menjaga janin di dalam perutnya sambil sesekali dia memberikan saran mengenai hal-hal apa saja yang harus Jira lakukan untuk kesehatan sang jabang bayi, makanan dan minuman apa yang harus dikonsumsinya dan vitamin-vitamin apa saja yang boleh diminumnya. Sepanjang sang dokter menjelaskan, Khansa kembali termenung sembari tangannya ikut menyentuh perutnya sendiri, sedikit berharap bahwa suatu saat nanti akan ada bayi juga yang menghuni rahimnya.

Dokter yang merupakan senior dari Hemma itu menyadari perilaku Khansa lalu kemudian dia tersenyum.

"Ikhtiar terus ya bu, jangan nyerah." ucap dokter wanita itu pada Khansa yang langsung gelagapan. Kedua pipinya merona sementara mulutnya mengumandangkan tawa tertahan. Jira meraih tangannya dan menggenggamnya erat-erat.

"Sahabat saya ini juga pengen banget punya anak dok, tapi katanya ada sedikit gangguan di rahim nya yang bisa bikin dia susah hamil. kira-kira masih ada kemungkinan itu bisa sembuh kan ya, dok? dia bisa hamil juga kan ya?" tanya Jira.

"Insha Allah bisa, bu. Semuanya bisa terjadi tergantung dari rencana yang maha kuasa. Yang penting doa dan ikhtiar nya jalan terus," jawab sang dokter sambil tertawa dengan penuh kelembutan. Wanita itu tersenyum lagi pada Khansa. "Bismillah ya bu, nggak ada yang nggak mungkin kalau Allah sudah berkehendak. Semuanya hanya perkara waktu saja."

"Iya dok, terima kasih." Khansa menundukan kepalanya malu.

Setelah pemeriksaan selesai, Jira dan Khansa berjalan beriringan menuju mobil. Kali ini Khansa lah yang menawarkan diri untuk menyetir, karena dia khawatir Jira akan kelelahan nanti.

"Ji, mama mertua gue ngajakin ketemuan. Berdua aja." kata Khansa sebelum dia menyalakan mobil Jira.

"Lah kok tumben? Bukannya dia nggak suka sama lo ya? lagian kan lo sama dia udah sering ketemu di rumah?" Dahi Jira berkerut dan ada sedikit nada dongkol dalam suaranya sebab dia jelas tahu sekali seperti apa ibu Jerome itu memperlakukan Khansa. "Kalau nggak usah ketemu aja, gimana? Mendingan lo makan sama gue aja di restoran langganan kita?"

AVENGEMENT ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang