AVENGEMENT - EXTRA : Jerome's POV

5.4K 427 42
                                    



Kadang gue selalu bertanya-tanya, apa yang salah dari diri gue sampai gue harus merasakan yang namanya 'perpecahan' di dalam keluarga inti gue sendiri.

Kalau diingat-ingat lagi, terakhir kali gue pergi dan makan bareng sama keluarga secara lengkap itu waktu kelas enam SD. Lebih tepatnya setelah gue berhasil lulus dengan nilai yang sangat memuaskan dan gue berhasil masuk ke SMP favorit dari dulu selalu gue idam-idamkan. Makan malam itu terasa agak berbeda karena mama yang biasanya terlihat hangat dan lembut mendadak jadi begitu pendiam. Dia bahkan nggak merespon ketika Laura berusaha menarik perhatiannya dengan minta disuapi makanan yang justru malah membuat mama melotot sinis ke arah dia.

Dan setelah makan malam itu selesai, gue baru menyadari kalau keadaan mama dan papa lagi nggak baik-baik aja. Gue sering dengerin mereka berantem dengan suara yang sengaja direndahkan, namun itu sama sekali nggak bisa menyamarkan amarah yang terdengar dari nada suara mama. Sedangkan papa terlihat jauh lebih tenang malah cenderung dingin menanggapinya.

Gue baru aja ulang tahun yang 13 waktu itu dan gue masih terlalu muda untuk mengerti apa yang sedang mereka hadapi. Baik papa maupun mama pun juga berusaha sebisa mungkin untuk tetap terlihat baik-baik aja di depan gue dan kedua saudara perempuan gue, papa juga tetap bersikap hangat dan penuh perhatian seperti biasanya, tapi mama justru malah sebaliknya. Wanita yang udah melahirkan gue ke dunia itu perlahan mulai menjaga jarak dari gue, dari kami bertiga.

Mama juga mulai jarang ada di rumah. Dia lebih suka menyibukkan diri di kantor dan kalau pun pulang, dia akan memilih untuk mendekam di kamar sampai pagi mejemput. Siklus itu terus berputar sampai gue lulus SMP dan kembali berlanjut begitu gue masuk ke jenjang SMA. Dan di masa SMA ini, mama mulai kembali mendekati gue. Dia mulai mengajak gue bicara dan berusaha untuk bersikap selayaknya ibu namun topik obrolannya tak pernah jauh dari kejelekan-kejelekan yang ia umbar soal papa dan betapa ia membenci lelaki yang sangat mencintainya itu.

Saat itu gue bertanya dalam hati, apa yang membuat mama begitu membenci papa. Tapi pertanyaan itu tak pernah terjawab. Kehidupan di rumah mulai membuat gue gerah, tapi sebisa mungkin gue berusaha untuk tetap mengukir prestasi di sekolah. Jangan sampai hanya karena perpecahan yang terjadi di dalam keluarga membuat gue berubah menjadi anak yang nakal.

"Jerome, anak-anak osis pada mau nongkrong di kafe deket sekolah nih habis ini, lo ikut ya?"

Gue mengalihkan pandangan dari aktivitas gue memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas pada Silena yang berdiri di depan gue. Perempuan cantik itu tersenyum manis dan gue bisa lihat dengan jelas bagaimana sorot matanya itu nampak begitu berharap bahwa gue akan ikut. Tapi sayangnya gue udah ada acara sendiri sore ini, jadi gue terpaksa harus menolak.

"Sorry, gue udah ada acara sore ini. Next time aja ya?"

Silena terlihat sedikit kecewa, tapi nggak cuma dia, beberapa anak osis yang menunggu di dekat pintu kelas pun ikut kecewa mendengar jawaban gue.

"Hmm ya udah deh kalau gitu. Lain kali lo harus ikut gabung ya, Jer?"

"Iya. Maaf ya."

Setelah itu Silena pergi meninggalkan kelas bersama beberapa anak osis yang ternyata juga merasa kecewa karena gue nggak bisa ikut hari ini. Yah tapi gue udah punya janji duluan sama temen gue yang sekolahnya terletak nggak jauh dari sekolah gue. Sore ini kita mau main basket di sana sekaligus memperbaiki tali silaturahmi yang sempat kusut akibat pertikaian antara murid di angkatan-angkatan sebelum angkatan gue dulu.

Nggak butuh waktu lama bagi gue untuk sampe ke SMA Ranajaya yang jaraknya bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 15 menit. Gue nunggu temen gue, Hazmi, di depan gerbang yang telah terbuka lebar itu sambil ngirim sms ke dia supaya gue bisa disamperin ke depan. Dan sembari nunggu, gue pun memandangi para murid Ranajaya yang keluar dari sekolah itu satu-persatu. Ada yang sendirian, ada juga yang bergerombol. Beberapa dari mereka yang tentunya berjenis kelamin perempuan langsung bisik-bisik antara sesamanya sambil ngeliatin gue, sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki langsung menyapa gue tanpa ada rasa canggung sama sekali.

AVENGEMENT ( ✔ )Where stories live. Discover now