AVENGEMENT - EPILOG

11.4K 690 77
                                    



"Bunda, kita mau ke mana?"

Gadis kecil berusia 3 tahun itu bertanya sambil duduk manis di pangkuan Khansa sambil menatap ke pemandangan jalanan dari balik kaca mobil.

"Kita mau ke rumah oma, kak." jawab Khansa sembari mengusap-usap puncak kepala Kiana.

"Oma?" Kiana langsung menolehkan kepalanya untuk menatap Khansa dengan sepasang matanya yang bulat menggemaskan itu.

Khansa menganggukkan kepalanya lalu kemudian melirik Jerome yang masih fokus menyetir. "Iya kak. Oma Hilda. Mamanya ayah. Kakak belum pernah ketemu langsung sama dia, makanya bunda sama ayah mau ngajakin kakak ke rumahnya."

"Oma punya mainan nggak, bunda?" tanya Kiana lagi.

Mendengar nada polos serta ekspresi imut yang tergambar di wajah Kiana, baik Khansa maupun Jerome pun sama-sama tertawa. Jerome bahkan harus mati-matian menahan diri untuk tidak menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan memberikan satu kecupan di pipi gembil putri cantiknya itu.

"Punya dong. Oma beli banyak mainan buat kakak." jawab Khansa lagi dan dia langsung menghujani pipi Kiana dengan kecupan-kecupan kecil.

"Emang mainan kakak di rumah belum cukup?" kali ini Jerome yang gantian bertanya.

Kiana mengangguk. "Kakak belum pernah dapet mainan dari oma. Biasanya dari opa aja."

Sekali lagi Jerome dan Khansa dibuat tertawa oleh jawaban polos Kiana hingga membuat gadis kecil yang sudah lancar berbicara itu mengerutkan dahinya bingung. Nampaknya dia tidak menyadari bahwa jawaban polosnya itu benar-benar berhasil membuat ayah dan bunda nya gemas setengah mati.

Sudah 3 tahun berlalu sejak terakhir kali Khansa dan Jerome bertemu dengan Hilda. Dan meski wanita itu mengatakan dalam kartu ucapan ulang tahunnya untuk Kiana yang ke 1 bahwa dia ingin bertemu dengan mereka setelah keduanya pulang dari luar negeri, nyatanya Tuhan masih belum mengizinkan. Ketika Jerome dan Khansa pulang dari Swiss, Hilda telah berangkat menuju kota Padang untuk memperdalam ilmu agamanya di salah satu pondok pesantren di sana. Namun tidak seperti sebelum-sebelumnya dimana Hilda terus menolak untuk berkomunikasi dengan Khansa dalam bentuk apapun, setelah keberangkatannya ke Padang itu dia sudah mulai mau mengangkat telepon dari Khansa. Hilda juga mau melakukan video call dengan menantunya itu untuk sekedar mengobrol ringan sekaligus melihat wajah Kiana.

Kiana juga tumbuh besar dengan baik dan sehat. Wajahnya sangat cantik dan mirip sekali dengan Jerome kecuali di bagian mata dan rambutnya. Mata Kiana lebih mirip dengan mata Khansa begitu juga dengan rambutnya yang panjang, hitam dan tebal itu. Kemana pun Kiana pergi, pasti akan selalu ada orang asing yang rela menghentikan langkah mereka hanya untuk memuji kecantikannya. Kiana juga memiliki sifat yang periang dan cerewet seperti Khansa jadi tak heran jika dia bisa dengan mudahnya menarik hati serta perhatian dari semua orang.

"Kak Tiara sama bang Irgi dateng juga, Jei?" tanya Khansa.

"Dateng sih kayaknya, tapi mungkin agak telat. Mereka mau kondangan dulu katanya." jawab Jerome.

Khansa mengangguk-anggukkan kepalanya. Sejujurnya dia ingin sekali berteriak bahagia karena hari dimana Kiana akan bertemu langsung dengan nenek dari pihak sang ayah pun akhirnya tiba juga. Selama ini Kiana hanya bertemu lewat video call saja dan itu pun tidak lama karena Hilda jarang menggunakan ponsel selama dia berada di pondok pesantren itu.

"You look happy." Jerome terkekeh seraya mengacak rambut Khansa gemas.

"Of course I am!" Khansa melirik Kiana yang kini sedang asyik bersenandung sendiri sembari memainkan jemari sang bunda. "Karena akhirnya hari yang aku tunggu-tunggu sebentar lagi akan datang. Hari dimana mama akan ketemu sama Kiana secara langsung. Kira-kira gimana ya reaksi mereka berdua pas bertatap muka nanti?"

AVENGEMENT ( ✔ )Where stories live. Discover now