Nayaka dan lukanya

217 39 0
                                    

Bun.. Hidup berjalan seperti bajingan.
.
.
.
.

••••>•<•••

Secangkir penuh teh sari wangi tersaji, asapnya mengepul. Pertanda kalau teh ini masih panas. Di sebrang sana pria paruh baya duduk dengan wajahnya yang ditekuk. Berbicara lirih seakan-akan tidak sudi.

"Kamu pulang ke kampung, nanti ongkosnya bapak kasih. Tinggal di sana, tiap bulan nanti bapak Kirim uang."

Siapa saja pasti tahu kalau dia hanya bicara omong kosong, 'tiap bulan nanti bapak kirim uang' pembohongan ulung sedang bertingkah, tidak ada lagi yang bisa dipercaya dari pria ini. Kirim uang katanya? Yang benar saja.

"Jangan bertingkah seolah-olah kamu nggak punya orang tua. Jangan malu-maluin, udah berapa tahun kamu nggak pulang ke rumah mama?"

"Emang saya nggak punya orang tua, mereka udah pisah dari dulu. Saya hidup sendiri sejak lama." Saat itu, dengan keberanian yang ada, Nayaka berbicara.

"Kamu jangan kurang ajar! Begini-begini saya masih bapak kamu!"

"Bapak yang udah buang anaknya? Begitu maksudnya? Lalu datang tiba-tiba menawarkan pulang, juga berhilal mengirimkan uang? Anda pikir saya percaya?"

Hampir saja tamparan telak dilayangkan oleh pria atau bapaknya itu. Sebisa mungkin ditahan, menggeram dan lebih memilih pergi, membiarkan Nayaka dengan luka lamanya kembali.

Nayaka mungkin kurang ajar, tapi di satu sisi ia muak pada keluarganya. Selama ini, tidak ada yang mencarinya, tidak ada yang membantu nya bertahan hidup. 3 tahun di SMA, semuanya ia tanggung sendiri, mecari uang, belajar, juga menafkahi diri. Lalu sekarang? Dengan gampang bapaknya bicara seperti itu, tanpa ada kata maaf. Keterlaluan.


••••>•<••••

Langit sangat cerah, sangat disayangkan karena dibawahnya Nayaka memilih melankolis hari ini. Tidak punya semangat hidup, walaupun itu memang kebiasaannya. Matanya sayu, tubuhnya lesu, benar-benar mencerminkan dirinya malas melakukan banyak hal.

"Kenapa lagi sih? Semalem aku telepon nggak kamu angkat"

Pendengarannya menangkap suara yang sudah tidak asing. Nayaka berbalik dengan tatapan nanar, gadis itu selalu tidak bisa menyembunyikan kesedihannya di hadapan Sakya. "Aku capek" Ujar Nayaka.

"Sama hidup, apa aku mati aja ya" Imbuhnya

Peletak...

Dahinya dijitak enteng oleh Sakya, lalu ditatap dengan jenaka.

"Enak aja, main mati-mati. Gimana sama aku? Masa mau ninggalin aku sendiri, jadi jomblo dong"

Nayaka menghembuskan nafasnya kesal, bisa-bisanya Sakya bercanda di situasi seperti ini. Lagi pula apa yang lelaki ini lakukan?

"Kamu ngapain sih? Tiba-tiba udah dibelakang aku. Ngampus sana, aku mau kerja" Ketus Nayaka.

"Haha, mau skip ah males. Pacar aku juga kayaknya butuh tempat curhat"

"Sotoy, udah sana"

"Kata Bunda, aku boleh ajak kamu jalan-jalan kok. Jadi nggak usah masuk kerja"

Begitulah hidup Nayaka, tempatnya bekerja adalah toko milik Ibunya Sakya. Biar begitu, Nayaka tetap Perfesional.

"Nggak ah"

Heel | Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang