Menunggu Tanpa Mengganggu

95 22 1
                                    

Tempatmu yang paling mulia, disimpan dibagian hati paling dalam. Tidak mampu dilirik siapapun, karena itu paten untukmu.
.
.
.
.
.
••••>•<••••

"Hai"

Sapaan manis dari gadis yang sama manisnya, berjalan mendekat dan berakhir duduk berdampingan. Lienara kalau kalian lupa namanya, menyapa Sakya dan kedua temannya.

"Nara ya? Apa kabar?"

Lukas kembali menyapa—ramah. Senyumnya tidak lupa disematkan, begitulah orangnya ramah senyum.

"Baik kas"

Siang ini, obrolan banyak sekali meraka lontarkan. Siang ini, kedua teman Sakya menerima baik esensi dari Lienara. Si cantik dengan senyum manisnya, enak diajak berbagai cerita juga cakap menanggapinya.

Siang ini meraka habiskan bersama, sampai akhirnya Nara berpamitan untuk pulang. Ia hanya mengurus kepindahannya saja, belum memulai mata kuliah apapun.

"Sakya, aku tunggu ya. Aku tunggu dengan janji tidak akan pernah mengganggu"

Sebelum benar-benar beranjak, kalimat peringatan perihal menunggu dijabarkan oleh Lienara, tujuannya masih sama—Menunggu lelaki itu tanpa mengganggunya dengan kekasihnya sekarang.

Lukas dan Helmy tercekat, tidak mampu menunjukkan ekspresi apapun lagi selain terkejut. Melihat tingkah agresif Lienara membuat meraka kehilangan kata dalam beberapa detik. Tubuh ringkih itu pergi, menghilang dibalik koridor yang mana tadi sempat-sempatnya melambaikan tangan.

"Gue, speechless" Ujar Helmy.

Alih-alih menanggapi omongan Helmy, tatapan sendu Sayaka perlihatkan. Sudah ia duga, kehadiran Lienara hanya menambah kumpulan orang yang memberi fakta nyata. Kata tanpa mengganggu jelas omong kosong yang kentara, tidak munafik bahwa Sakya semakin takut sekarang—takut jika dirinya kembali memilih berhenti untuk bersama Nayaka.

"Gue capek, capek banget"

"Sakya... Berhenti ya? Berhenti memaksa. Cukup lukanya, jangan lo tambah lagi—"

Lukas menghentikan kalimatnya saat mendapat tepukan di bahu kiri nya—dari Helmy.

"Istirahat, masih ada besok. Capek nggak melulu harus berhenti, tenangin diri lo. Kalo udah bener-bener nggak kuat, lepasin. Lepasin semuanya, termasuk Nayaka"

Helmy berdiri hendak pergi setelah berucap seperti itu, tapi sedetik kemudian terhenti saat mendengar jawaban dari Sakya.

"Apa gue, pindah agama aja ya?"

Bugh....

Satu pukulan telak Helmy berikan, rahang kanan Sakya menjadi korbannya, lalu menatap jijik Sakya atas perkataannya barusan. Satu pukulan hendak diberikan lagi sebelum akhirnya ia ditahan mati-matian oleh Lukas.

"Bro!! Sadar!"  Ujarnya pada Helmy.

"Sakya!! Gue tau lo putus asa, cinta lo untuk Nayaka bukan main-main semata. Tapi tolong mikir! Lo kira agama bisa segampang itu lo genggam? Cuman karena ingin cinta lo diterima Tuhan? Cuman karena ingin perasaan lo pada Nayaka diterima oleh orang-orang?—

Heel | Mark Lee ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ