Gelap menjadi Persembunyian

121 25 0
                                    

Kamu, pegang saja tanganku. Aku handal bersembunyi.
.
.
.
.
••••>•<•••

Hari terus berlalu, bulan berganti keduanya masih sama-sama menyimpan cinta. Sakya dan Nayaka, mereka bersembunyi untuk tetap bersama.

Ayah yang banyak memberi fakta, Bunda yang katanya tidak apa-apa, nyatanya semua berakhir mengatakan bahwa Sakya dan Nayaka harus rela berpisah.

Dibawah langit malam, Sakya lagi-lagi mengaduh, bercerita sendu layak langit gelap adalah pendengar terbaiknya. Benar-benar gelap, karena bintang enggan mengganggu hati Sakya yang kelewat resah.

Malam hari tidak lagi mengerikan, gulita nya bukan penghalang, dinginnya juga tidak menakutkan. Sakya, dirinya tunduk untuk terus merajuk—pada langit malam.

Bulan kelima dengan kesadaran yang nyata, bahwa memang tidak ada jalan bagi keduanya. Haruskah diakhir saja disini? Tapi semesta masih berbaik hati menyembunyikan keduanya.

Ada banyak cara untuk terluka, tapi kenapa dirinya harus terluka karena cinta? Cinta yang kelewat luar biasa jika diakhiri begitu saja. Ada banyak hal yang bisa membuat bahagia, tapi kenapa harus Nayaka alasan bahagianya? Bahagia yang dipaksa berhenti oleh takdir.

Bunda bilang dirinya adalah pejuang yang hebat, lalu bagaimana untuk Nayaka yang sama-sama berjuang juga? Apakah dia juga hebat—hebat karena banyak menyimpan sakit?

Sebuah lagu ia lantunkan, Resah—Payung Teduh menjadi pilihannya. Rasanya, sudah lama ia tidak menyanyi untuk kekasihnya. Rasanya, ia lupa, bagaimana sumringah nya Nayaka saat mendengar suaranya. Nyanyiannya kembali menjadi teman untuk malam sendu.

"Sakya? Kamu terluka ya? Sakit sekali kayaknya. Udah ya, jangan dipaksa. Aku nggak tega liatnya, kita akhiri saja mau?"

Sakya berhenti saat sebuah suara kembali terdengar di kepalanya, mereka ulang kejadian tadi siang dimana Nayaka nya memilih menyerah, dimana Nayaka nya pasrah karena katanya tidak tega melihat ia yang terluka.

"Nggak, nggak mau!"

"Sakya tap—

"Aku belum bener-bener berjuang, aku tau emang nggak mungkin, tapi tolong jangan ajak aku menyerah dulu ya?—Kamu, mau pegang tanganku? Aku handal bersembunyi. Semesta masih mau membantu kita Naya. Tolong ya sebentar lagi"

Kilas-kilas percakapannya masih terekam sempurna, wajah cantik kekasihnya saat itu terlihat menyedihkan. Tersenyum manis tapi hampa tercetak nyata.

Nayaka bahkan sampai tercekat beberapa kali saat berbicara, menandakan jelas bahwa dirinya menahan sebuah tangisan. Sakya bukannya egois, tapi mau bagaimanapun keduanya memang masih sama-sama mau.

Semoga saja, Tuhan mau mengerti dan memaklumi dirinya yang kelewat jatuh cinta, semoga Tuhan, tidak apa-apa membiarkan semakin jatuh pada Nayaka. Semoga saja, ya?.

Nayaka🤍

Tidur, ya cantik..
Mimpi indah, Dunia nyata jahat soalnya

Pesannya terkirim, memberitahu Nayaka untuk bahagia, tidak apa-apa didalam mimpi, karena nyatanya selama ini mereka juga hidup dalam mimpi—mimpi untuk bersama.

Heel | Mark Lee ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora