Sebuah Doa dan Harapan

145 25 1
                                    

Cintaku sudah di ujung jalan


-Agnes Monica-
.
.
.
.
••••>•<••••

Satu batang nikotin Sakya genggam, tapi tidak berani dinyalakan. Korek apinya dipermainkan, sorot matanya penuh dengan keraguan. 𝘈𝘥𝘶𝘩 𝘤𝘰𝘣𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘺𝘢-isi pikirannya.

"Cupu lo, sama rokok aja kagak berani"

Seruan meledek dari kawannya terdengar, tidak bisa dielak karena memang Sakya tidak berani untuk merokok. Bukan apa-apa, tapi dampaknya harus diperkirakan.

"Nyebat enak loh, ngilangin stres sama beban pikiran"

Keraguannya disahuti sungut manis temannya. Katanya bisa menghilangkan beban, sekali-kali mencoba mungkin tidak apa-apa. Siapa tahu memang benar, bebannya bisa sedikit berkurang.

"Lo bacot bener jadi orang"

Setelah berucap, Sakya menyulut rokok itu dengan api dari pemantik.

Satu hisapan ia tidak kuasa, rasanya sesak bukan kepalang. 𝘔𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘯𝘺𝘢 karena alih-alih merasa tenang, justru rokok menambah kesan sengsara untuknya.

"Haduh, jadi orang jangan terlalu bego. Pelan-pelan aja, nanti kerasa nikmatnya"

Lukas namanya, kawan yang dimaksud tadi. Si jangkung muka badas, tapi hatinya hello kitty. Perayu handal sayangnya masih bertahan sendiri-alias jomblo, katanya tidak dulu serius untuk pacaran.

Lukas pula panggilannya, manusia random yang Sakya jumpai dari kelas satu SMP. Berteman sampai hari ini dan semoga seterusnya.

"Nikmat gimana?"

"Nggak bisa dideskripsiin sih, lo cari sendiri nikmatnya gimana"

Rokok yang baru dihisap satu kali, Sakya lempar ke tanah lalu menginjaknya sampai benar-benar padam, akhirnya berujung dibuang ke tong sampah. Dari awal memang ia tidak mau menyentuh hal-hal tidak sehat begini, hanya karena penasaran akhirnya berani.

"Loh si anying, buang-buang uang itu namanya" Lukas protes, tidak terima dengan apa yang Sakya lakukan.

"Sorry, cewek gue gak suka sama orang yang ngerokok. Daripada gue diputusin mending cari aman" Gelak tawa Sakya tunjukkan, menambah dongkol dihati Lukas semakin tajam.

"Nanti juga pisah"

"Ngomongnya jangan kayak anjing ya, gak suka gue"

Lukas terkekeh, merangkul gemas Sakya. Lantas bicara "maaf maaf, lo lagi pusing masalah itu kan?"

"Jangan sotoy deh"

"Ya elah segala denial, muka lo kusut banget, keliatan jelas anjir"

"Putus pertemanan aja mau kas?"

"Yeuuuu baperan amat, coba sini kenapa cerita sama kakang?"

Sebelum benar-benar bercerita, suara teriakan lantang terdengar dari arah depan. Meneriaki nama Sakya dan Lukas bergatian. Orang itu semakin dekat, rasi di wajahnya terlihat, kulit Tan enak dipandang juga ia bawa-𝘺𝘢 𝘪𝘢 𝘭𝘢𝘩.

"Helmy, lama banget buset"

Helmy rupanya, kawan mereka juga. Si gembul paling imut, suaranya melengking tapi nikmat didengar, tengil kelewatan juga ajaib pembawaannya-𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩, 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘪 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘢𝘴𝘢𝘯𝘢.

Heel | Mark Lee ✔Where stories live. Discover now