Chapter 20

437 55 42
                                    

Semua bermula dari mimpi buruk.

Jericho masih mengingatnya dengan jelas. Mimpi menyebalkan yang kembali mengganggunya hingga ia terbangun dengan napas terengah dan berkeringat. Ia kembali melihat ibunya yang tersakiti hingga berdarah-darah. Ketika Jericho terbangun, anak itu segera turun dari tempat tidur dan mencari-cari keberadaan ibunya. Ia berlari dengan menahan kerongkongannya yang terasa sangat sakit.

Pagi itu, ibunya ada di sana. Di dalam kamar yang berada tepat di samping kamarnya. Wanita itu berbaring dengan dikerubungi oleh petugas keamanan yang tampak sibuk dengan perban dan alat medis lainnya. Shay tidak sadarkan diri. Ini bukan pertama kalinya Jericho melihat keadaan ibunya yang terluka. Orang-orang dewasa itu akan bilang jika Shay memang memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan mudah terluka.

Namun karena mimpi, semua terasa berbeda.

Jericho takut sekali ibunya mati. Seakan, mimpi itu hadir untuk menakutinya. Penjelasan para petugas keamanan sama sekali tidak membantu. Dan anak itu merasa jika ibunya perlu penanganan medis yang lebih baik. Lalu kenapa mereka tidak membawa Shay ke rumah sakit? Pertanyaan itu selalu terngiang di benaknya namun tidak pernah terkuak. Karena setiap kali ibunya seperti ini, Paman Will selalu menutup kalimat 'semua akan baik-baik saja' dengan lugas. Seakan Jericho tidak diijinkan untuk bertanya lebih banyak.

Maka, yang bisa Jericho lakukan hanyalah menelepon 911. Jika hal ini adalah urusan orang dewasa, ia hanya bisa meminta orang dewasa lain untuk membantu. Agar para petugas keamanan itu bisa melepaskan ibunya untuk dibawa ke rumah sakit. Jericho ingin ibunya selamat. Anak itu takut, takut sekali.

"Jericho,"

Perhatiannya yang tengah melamun di dekat jendela teralih oleh suara serak Bibi Rosemary yang melangkah masuk. Wanita paruh baya itu menghampiri Jericho, berjongkok di dekat ranjang seraya memandanginya dengan nanar.

"Kau... sedang apa?"

Jericho mengedikkan bahu, kedua matanya sembab. "Menunggu Mom pulang. Walaupun aku tahu dia tidak mungkin pulang malam ini."

"Mom akan baik-baik saja, percayalah."

"Ya. Dokter di rumah sakit akan mengobatinya dengan obat yang bagus. Agar Mom tidak sakit lagi."

Rosemary mengusap puncak kepala Jericho dengan dada yang terasa sesak. "Mau membuat cupcake bersama? Sebentar lagi Dokter Katy akan datang untuk mengajakmu bermain."

Tanpa sadar, kedua mata Jericho berbinar. Hanya sekejap sebelum akhirnya anak itu menghela napas dan kembali termenung menghadap jendela. Sementara Rosemary tampak tidak puas dengan reaksi anak itu. Ia tenggelam dalam rasa takut. Amarah William benar-benar mempengaruhi segalanya. Sejurus kemudian, Rosemary menarik lengan Jericho yang kini terkejut. Karena wanita paruh baya itu menariknya cukup keras.

"Bibi, ada apa denganmu?" Jericho meringis, tubuhnya ikut tertarik ke belakang. "Lepaskan. Tanganku sakit."

"Ayo kita turun dan membuat cupcake, Jericho." bisik Rosemary dengan tubuh gemetar. "Cepatlah. Dokter Katy akan datang sebentar lagi."

Melihat keanehan Bibi Rosemary membuat Jericho sadar bahwa ada sesuatu yang terjadi. Ini pertama kalinya Bibi Rosemary membujuknya dengan begitu keras. Wanita itu seakan dipaksa untuk menenangkannya. Di saat Jericho sama sekali tidak membutuhkan kehadiran siapa pun saat ini. Anak itu hanya ingin sendirian dan menunggu ibunya pulang.

"Aku tidak mau."

"Sayang, bukannya kau sangat menyukai cupcake? Bibi akan menambahkan banyak blueberry dan gula untukmu. Dokter Katy juga pasti akan suka." Rosemary menyentuh pundak kecil Jericho. Dan anak itu bisa merasakan getaran yang janggal dari gestur pembantunya. "Mom tidak akan marah jika aku memasukkan banyak gula. Lagi pula dia tidak ada di sini."

SLUT 2 [COMPLETED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin