Chapter 16

2K 246 130
                                    

16

Okanogan, Washington

Jericho dan Ronald mulai menempelkan kedua telapak tangan mereka pada jendela mobil Van yang menampilkan hamparan perkebunan apel. Jericho tampak terkagum melihat pohon-pohon perkebunan tersebut yang terdapat di setiap sisi jalan, sementara Ronald sibuk membicarakan kegiatan favoritnya setiap berkunjung ke Okanogan. Ravena yang menyetir sesekali tersenyum mendengar suara putranya yang duduk di belakang sana.

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Jericho dan Shay akhirnya menerima ajakan Ravena Franklin untuk berkunjung ke kampung halamannya yang tidak jauh dari pusat kota Washington. Shay dan Ravena telah saling mengenal cukup lama, mereka kerap kali membicarakan seputar pertumbuhan anak ketika bertemu di lingkungan sekolah. Bagi Shay, Ravena adalah wanita yang sangat baik. Sikapnya yang ringan dan mudah berbaur membuat Shay merasa rileks saat berbicara dengannya. Tak heran jika wanita berambut merah tembaga itu memiliki keluarga yang harmonis dan tenang, tidak sepertinya.

"Kita bisa bermain banyak permainan dan mencoba banyak apel.  Aku suka memetiknya saat pagi sekali."

"Oh, ya? Kalau begitu kita harus bangun lebih awal?"

"Ya, aku akan membangunkanmu setiap pagi. Dan kita akan membangunkan nenekku juga untuk membuatkan cokelat panas."

Jericho mengernyit. "Apa itu tidak akan merepotkan nenekmu?"

Ronald Franklin, anak lelaki berambut cokelat gelap itu terkekeh. "Tenang saja, nenekku justru akan senang. Kau tahu, di pagi hari cuaca di sini cukup dingin."

Shay dan Ravena saling menoleh, lantas tersenyum mendengar percakapan anak-anak mereka.

"Apa kau belum pernah ke Okanogan sebelumnya?" Ujar Ravena seraya melirik Shay yang kini terdiam sembari melihat pemandangan dari balik jendela mobil.

Shay menoleh, lantas kembali tersenyum. "Aku pernah kemari saat masih kecil."

Ravena mengangguk, cukup terkejut mendengar penuturan Shay karena ia jarang sekali berbicara soal kehidupan pribadi. Shay dikenal sebagai orang tua yang sangat tertutup.

"Oh, ya? Apa kau juga berasal dari Washington?"

"Ya, aku berasal dari Seattle."

"Astaga, kau baru menceritakannya padaku."

Shay terkekeh, melihat senyumnya yang dipenuhi banyak beban membuat Ravena sedikit terenyuh melihatnya. Menurutnya, Shay terlihat sangat cantik. Penampilannya yang kerap kali memakai aksesoris bermerk mahal terkadang membuatnya merasa minder karena ia jarang sekali berpenampilan seperti itu. Namun, di balik penampilan glamornya dan setelah mengenal Shay cukup dekat, Ravena merasa jika wanita itu memiliki sesuatu yang lain. Suatu hal yang disembunyikan sebaik mungkin namun tetap terlihat.

"Apa masih jauh?"

Suara lembut Shay yang terdengar lirih membuat Ravena tersadar dari lamunannya. Wanita berambut merah itu mengerjap, lantas kembali memokuskan diri untuk mengemudi.

"Sepuluh menit lagi kita akan sampai."

Shay mengangguk seraya mengambil ponselnya, lalu kembali menoleh ke arah Ravena seraya bertanya. "Bolehkah aku menyalakan musik?"

"Oh, tentu. Kita terlalu asyik mendengar celotehan anak-anak selama perjalanan."

Shay kembali terkekeh, lalu mulai menyalakan musik dari ponselnya yang terhubung dengan tape mobil melalui bluetooth. Tanpa ragu, wanita itu menyalakan lagu Old Town Road yang kerap kali didengarnya akhir-akhir ini. Ravena tampak antusias lantas mulai menggerakkan kepalanya, diikuti Ronald yang ikut menyanyikan bagian chorus lagu dengan keras. Suasana seketika menghangat, Shay tertawa dan mulai larut bersama lagu di tengah perjalanan.

SLUT 2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now