Chapter 15

2.3K 268 118
                                    

Washington D.C


"Shay McConnell!"

Teriakan itu terdengar cukup keras dan berhasil menginterupsi beberapa pelanggan di sekitar Starbucks. Gaby menurunkan satu tangannya lantas menggenggam segelas frappuccino kesukaannya yang masih terasa dingin. Gadis berambut ombre sebahu itu mendongak, memerhatikan langkah demi langkah seorang wanita berambut brunette yang mulai berjalan menghampirinya. Tatapannya begitu dipenuhi arti, bibirnya yang terpulas lipcream hitam pekat terbenam rapat. Diikuti gerak tubuhnya yang terlihat gusar sekaligus tidak sabar.

"Kau bisa memesan sesuatu sebelum kita bicara." Ujar Gaby Sebelum wanita itu duduk dan menanyakan segala keanehan yang terjadi. Karena ia tampak kebingungan.

Well, sudah sejak lama Gaby merencanakan semua ini. Keadaan keluarganya semakin hancur. Dan Gaby merasa jika keretakkan itu tidak disadari oleh seluruh keluarganya. Ia hanya menyadarinya seorang diri, karena hanya dia yang tahu kebusukan ayahnya. Ayahnya telah lama selingkuh. Gaby tahu itu. Dan wanita bernama Shay McConnell yang bersedia datang ke Starbucks dan duduk di depannya adalah selingkuhan itu. Maka, ia memberanikan diri untuk menyadap ponsel ayahnya dan menyuruh wanita itu datang atas perintah ayahnya.

Gaby mengetahuinya sejak lama.

Sejak ia mengikuti ayahnya ke sebuah rumah bergaya minimalis yang terletak cukup jauh dari rumahnya, sejak ia mencari seluk-beluk wanita itu, sejak ia berani menyadap ponsel ayahnya dengan bantuan sahabatnya yang pandai meretas sesuatu. Gaby mengetahui semuanya. Bahkan Gaby tahu jika Shay McConnell memiliki seorang anak laki-laki bernama Jericho.

"Tidak perlu," Pikiran Gaby terinterupsi oleh wanita itu. "Bisakah kau segera memberi tahuku akan apa yang terjadi?"

Shay McConnell hanya menatap Gaby dengan penuh tanya, seakan tidak menaruh sedikit pun rasa curiga pada eksistensinya. Padahal tanpa Gaby ketahui, Shay merasa takut. Ia tahu akan ada sesuatu yang akan terbongkar setelah ini. Sejurus kemudian, Gaby menghela napas. Kuku-kukunya yang panjang mulai mengetuk permukaan meja. Lantas satu tangannya terangkat, bermaksud untuk berkenalan dengan selingkuhan ayahnya.

"Baiklah, perkenalkan. Aku Gaby." Ujar gadis itu seraya menelengkan kepalanya ke satu sisi. "Gaby Charlotte Pattinson."

Shay telah menduganya sejak awal. Gadis ini adalah anak William. Meski iris matanya berwarna cokelat terang, Shay yakin jika dia salah satu putri William. Pria itu tidak pernah terbuka sedikit pun soal keluarganya, namun Shay kerap kali mencari informasi di internet karena tentu, William adalah orang yang cukup dikenal sebagai pembisnis hebat. Informasinya cukup mudah untuk dicari. Dan Shay merasa perlu untuk mengetahuinya.

Agar ia tidak terlihat bodoh jika hal seperti ini menimpanya secara mendadak.

Shay menjabat jemari Gaby yang terasa dingin. "Shay... McConnell. Kau sudah tahu namaku."

"Ya, kali ini aku akan to the point."

Shay mengangguk, kedua tangannya saling bertautan satu sama lain. Lantas, ia mulai memerhatikan Gaby yang hendak bicara. Gadis itu mengerjap seraya menjilat permukaan bibirnya yang terlihat begitu gelap. Ia membenarkan lilitan kalung besar di lehernya lantas kembali menghela napas. Iris matanya yang berwarna cokelat kehijauan mulai menatap Shay begitu tajam.

"Mari kita bicarakan ini sebagai sesama perempuan." Tukas Gaby lugas, satu tangannya lantas terkepal. "Tolong jauhi ayahku."

Shay terdiam.

"Kiranya, sudah berapa lama kau menjadi selingkuhan ayahku?"

Shay menunduk sekilas, mulai merasa rikuh. Pertahanannya untuk terlihat santai dan tak berdosa mulai hancur oleh intimidasi seorang gadis berpenampilan gothic di depannya, dengan eyeliner tebal dan warna bibir yang gelap.

SLUT 2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now